Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Khifzhon Azwar
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa Syzygium aromaticum (cengkih) dapat berfungsi sebagai antioksidan dan prooksidan. Untuk mendapatkan data dan mengetahui efek cengkih terhadap konsentrasi malondialdehida (MDA) dikarenakan stres oksidatif yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) pada hati dan plasma darah tikus dan apakah plasma darah dapat mewakili kerusakan pada hati. Metode: 10 jenis perlakuan dibandingkan yaitu 5 perlakuan pada hati dan 5 pada plasma darah. Setiap jaringan diberi perlakuan yakni (1) CCl4 positif dan cengkih positif setelah 3 hari, (2) setelah 1 hari perlakuan, (3) alfa-tokoferol, (4) CCl4, dan" "(5) kontrol normal. Metode Wills digunakan untuk mengukur kadar MDA."

Hasil: Kadar MDA hati ±SD adalah 0,0262 ±0,0010 pada kelompok hari ketiga, 0,0214 ±0,0047 pada kelompok hari pertama, 0 pada kelompok alfa-tokoferol, 0,0077 ±0,0094 pada kelompok CCl4, dan 0,0039 ±0,0009 pada kontrol normal dalam nmol/mg protein (p=0,000), sedangkan di plasma darah hasilnya 29,6032 ±6,8021 pada kelompok hari ketiga, 26,1103 ±3,6920 pada kelompok hari pertama, 1,1612 ±0,3555 pada kelompok alfa-tokoferol, 1,4585 ±1,4747 pada kelompok CCl4, and 2,4217 ±1,2382 pada kontrol normal diukur dalam nmol/mL (p=0,000). "

" "Kesimpulan: Penggunaan ekstrak cengkih dengan dosis 200 mg/kg berat badan" "tikus meningkatkan kadar MDA dan kerusakan yang diinduksi oleh CCl4 tergantung pada lama perlakuan. Efek antioksidan tidak didapatkan dalam penelitian ini. Dengan adanya korelasi yang kuat antara kadar MDA di hati dan plasma darah (R=0,97; p=0,003), dapat disimpulkan penggunaan plasma darah dalam pengukuran kadar MDA dapat mewakili perubahan kadar di hati yang" "diakibatkan oleh kerusakan."
ABSTRACT
Background: Previous studies showed that Syzygium aromaticum (clove) could be antioxidant or prooxidant. It is important to obtain better understanding about the effect of clove on malondialdehyde (MDA) concentration due to carbon tetrachloride (CCl4)-induced oxidative stress in rat liver and blood plasma in Day 1 and Day 3; and whether blood plasma MDA level might represent liver damage. "

" Methods: 10 kinds of treatment consist of 5 kinds for liver and 5 for plasma. Each rat group underwent several treatments, namely (1) CCl4- and clove-positive treatment after 3 days of clove treatment, (2) one day after, (3) alpha-tocopherol, (4) CCl4, and (5) normal control. Wills method was used for MDA concentration measurement.

Results: : Liver MDA concentration was 0.0262 ± 0.0010 for day 3 group, 0.0214 ±0.0047 for day 1 group, 0 for alpha-tocopherol group, 0.0077 ±0.0094 for CCl4 group, and 0.0039 ±0.0009 for the normal control group in nmol/mg protein (p=0.000). Whereas in blood plasma it was 29.6032 ± 6.8021 for day 3 group, 26.1103 ±3.6920 for day 1 group, 1.1612 ±0.3555 for alpha-tocopherol group, 1.4585 ±1.4747 for CCl4 group, and 2.4217 ±1.2382 for normal control group in nmol/mL (p=0.000). "

" Conclusion: 200 mg clove administration /kg body weight of rat increased MDA concentration and enhanced CCl4-induced damage in a time-dependent fashion. No antioxidant properties were observed. Strong correlation between MDA concentration in the liver and blood plasma (R=0.97; p=0.003) approved blood plasma utilization to represent hepatic MDA concentration or damage
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Larasati Karlinda
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri neuropatik merupakan nyeri saraf yang pengobatannya masih memiliki efek samping bila digunakan untuk jangka panjang. Regulasi dan modulasi sistem imun dibutuhkan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang memicu timbulnya nyeri tersebut. Imunomodulator merupakan zat yang dapat membantu meregulasi atau memodulasi sistem imun tubuh sehingga tercapai keseimbangan imun. Tanaman  jahe (Zingiber officinale Roscoe), cengkih (Syzygium aromaticum L.), dan pala (Myristica fragrans Houtt) telah diketahui mengandung senyawa fenolik yang berkhasiat sebagai anti-inflamasi dan imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya aktivitas imunomodulator jamu penurun ketegangan saraf yang terdiri dari gabungan ketiga bahan tersebut serta untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan suhu ekstraksi terhadap kandungan total fenolik dari salah satu bahan jamu yaitu cengkih. 25 ekor mencit Balb/c dibagi ke dalam lima kelompok: kelompok normal diberi pakan dan minum, kontrol (+) diberikan imboost 0,39 mL/20 g BB, kelompok dosis 1 diberikan jamu 0,1625 mL/20 g BB, kelompok dosis 2 diberikan jamu 0,325 mL/20 g BB, dan kelompok dosis 3 diberikan jamu 0,65 mL/20 g BB. Setelah diberi jamu secara oral selama 28 hari, mencit dikorbankan untuk diambil organ hati dan limpa serta serum protein dan albumin. Pemberian jamu penurun ketegangan saraf menunjukkan adanya peningkatan total serum protein namun pengaruh terhadap serum albumin dan bobot organ limfoid tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok normal dan kontrol positif. Perlakuan dengan jamu dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 tidak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi limpa namun jamu dosis 2 dan dosis 3 menyebabkan kelainan jaringan hati berupa kongesti. Penentuan kandungan total fenol ekstrak cengkih dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Hasil menunjukkan bahwa suhu ekstraksi 80°C dengan pelarut etanol 50% menghasilkan kandungan total fenol tertinggi yaitu sebesar 30,13 mg GAE/g.
ABSTRACT
Neuropathic pain is nerve pain whose treatment still has side effects when used for the long term. Regulation and modulation of the immune system is needed to reduce the inflammatory reaction that triggers the onset of the pain. Immunomodulators are substances that can help regulate or modulate the bodys immune system to achieve immune balance. Ginger (Zingiber officinale Roscoe), cloves (Syzygium aromaticum L.), and nutmeg (Myristica fragrans Houtt) have been known to contain phenolic compounds that are efficacious as anti-inflammatory and immunomodulatory agents. This study aims to prove the immunomodulatory activity of neuropathic pain reducing herbs consisting of a combination of the three ingredients and to determine the effect of the type of solvent and extraction temperature on the total phenolic content of one of the herbal ingredients, which is clove. 25 Balb/c mice were divided into five groups: normal group fed and drinking, positive control was given imboost 0,39 mL/20 g BB, group dose 1 was given herbs 0,1625 mL/20 g BB, group dose 2 was given herbs 0,325 mL/20 g BW, and group 3 dose was given herbs 0,65 mL/20 g BB. After being given herbs orally for 28 days, mice were sacrificed for liver and spleen also serum protein and albumin. The administration of neuropathic pain reducing herbs showed a significant increase in total protein but the effect on serum albumin and the weight of lymphoid organs did not show significant differences compare to normal group and positive control. Treatment with herbs dose 1, dose 2, and dose 3 did not affect the histopathology of the spleen but dose 2 and dose 3 cause liver tissue abnormalities in the form of congestion. Determination of the total phenol content of clove extract was carried out using the Folin-Ciocalteu method. The results showed that the extraction temperature of 80°C with 50% ethanol solvent produced the highest total phenol content of 30,13 mg GAE/g.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephen Diah Iskandar
Abstrak :
ABSTRAK
Syzygium aromaticum (cengkih) mengandung banyak zat yang bersifat antioksidan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas antioksidan ekstrak cengkih dan pengaruh lama pemberian ekstrak cengkih dalam mengobati kerusakan hati akibat CCl4 yang dinilai melalui aktivitas spesifik glutation peroksidase (GPx). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bulan Juni hingga Agustus 2014. Sampel sebanyak 36 tikus dibagi dalam 6 kelompok, yaitu kontrol positif (mendapat α-tokoferol), kontrol negatif (hanya mendapat CCl4), cengkih 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Data diolah dengan SPSS versi 20. Hasilnya menunjukkan rerata aktivitas spesifik GPx (U/gr protein) kontrol positif (6,11), kontrol negatif (8,06), cengkih 1 hari (8,42), 3 hari (6,95), 5 hari (7,64), dan 7 hari (7,98). Hasil uji one-way Annova menunjukkan nilai p 0,769. Uji post hoc antara kontrol negatif dan perlakuan lainnya menunjukkan nilai p>0,05, dengan perbedaan rerata terbesar pada kontrol positif dan cengkih 3 hari. Disimpulkan, cengkih tidak mempunyai efek antioksidan yang bermakna untuk mengobati kerusakan hati dan lama pemberian cengkih tidak mempengaruhi efek antioksidannya secara bermakna.
ABSTRACT
Syzygium aromaticum (clover) contains many antioxidant agents. This research was designed to determine the efficacy of clover extract as an antioxidant and the effect of duration of treatment to cure CCl4-induced liver damage that determined by the specific activity of glutathione peroxidase (GPx). This experiment was held in Biochemistry and Molecular Biology Laboratory Faculty of Medicine University of Indonesia, on 2014 June till August. Thirty six rats divided into 6 groups, that was positive control (received α-tocopherol), negative control (receieved CCl4), received clove for 1 day, 3 days, 5 days, and 7 days. The data was analyzed using SPSS 20. Result shows the specific activity of GPx (U/gr protein) in positive control (6,11), negative control (8,06), clove for 1 day (8,42), 3 days (6,95), 5 days (7,64), and 7 days (7,98). One-way Annova test shows p 0,769. Post hoc test between negative control and other groups shows p>0,05, with the highest mean difference is positive control and clove for 3 days. In conclusion, clove doesn’t have antioxidant effect to cure liver damaged and duration of treatment doesn’t influence the antioxidant effect significantly
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferlita Feliana
Abstrak :
ABSTRAK Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada sebagian wajah yang melibatkan nervus trigeminus. Penyakit ini dapat memberikan efek signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, seperti kehilangan berat badan, isolasi, bahkan depresi. Sebanyak 50% penderita trigeminal neuralgia tidak puas dengan pemberian obat-obatan farmasi karena pengobatan yang diberikan tidak efektif dan menimbulkan berbagai efek samping, seperti pusing dan gangguan gastrointestinal (sakit perut, mual, muntah). Oleh karena itu perlu dicari obat alternatif yang lebih ramah terhadap badan manusia yaitu jamu yang berbahan herbal. Menurut Penelitian Tristantini dkk., tanaman seperti cengkih (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans) dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Ekstrak jamu tersebut diketahui mengandung berbagai senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan yang umumnya juga terdapat pada obat-obatan yang digunakan dalam terapi pengobatan trigeminal neuralgia seperti carbamazepine, lamotrigine, dan oxcarbazepine. Formulasi jamu dapat dibuat melalui metode ekstraksi refluks dengan menggunakan pelarut air pada suhu 80oC selama 90 menit yang merupakan suhu dan waktu terbaik ekstraksi jamu. Sementara ekstraksi bahan jamu yaitu pala dan jahe dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut air, etanol, maupun campuran dari keduanya serta variasi suhu. Penggunaan metode pelarut air-etanol dengan perbandingan 50:50 pada suhu 70oC menghasilkan kadar fenolik tertinggi dari ekstrak pala dan jahe sebesar 23,13 mgGAE/g sampel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengkaji aktivitas antioksidan dari Jamu Penurun Ketegangan Saraf dengan menggunakan metode DPPH yang menghasilkan nilai IC50 sebesar 234,75 μg/ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
Antikonvulsan merupakan obat yang digunakan untuk mengobati konvulsi/kejang yang terjadi pada manusia. Antikonvulsan ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi GABA yang menghambat neurotransmitter sehingga mencegah terjadinya kejang. Sebagian tanaman telah diketahui mengandung berbagai senyawa kimia yang memiliki khasiat baik bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan ramuan herbal yang terdiri dari campuran antara cengkih (Syzygium aromaticum L.), pala (Myristica fragrans L.), dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) oleh Raden Soenarto Mertowardojo. Ramuan herbal tersebut dipercaya secara empirik sebagai jamu penurun ketegangan saraf yang mengandung fenolik dengan aktivitas antikonvulsan. Pengujian aktivitas antikonvulsan dilakukan secara in vivo pada mencit jantan galur ddY terinduksi striknin dalam 6 kelompok pengujian, yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif I (fenobarbital i.p.), kontrol positif II (fenobarbital p.o.) dosis I (jamu 0,325 mL/40 g BB), dosis II (jamu 0,65 mL/40 g BB), dan dosis III (jamu 1,3 mL/40 g BB). Aktivitas antikonvulsan jamu dalam 250 mL pelarut dengan metode refluks diuji berdasarkan kemampuan memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi. Analisis data menunjukkan bahwa jamu dosis III (1,3 mL/40 g BB) paling baik dalam memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi secara signifikan. Pengujian total fenolik dilakukan melalui ekstraksi 10 g bahan jamu dalam 250 mL pelarut secara refluks dengan variasi suhu dan komposisi pelarut (Suhu 60oC, 70oC, 80oC dan pelarut air:etanol 100:0; 75:25; 50:50). Total fenol tertinggi diperoleh pada suhu 80oC dan komposisi pelarut air:etanol 50:50. ...... Anticonvulsants are drugs used to treat convulsions that occur in humans. These anticonvulsants suppress the activity of the central nervous system and increase the action of GABA which inhibits neurotransmitters so as to prevent the occurrence of seizures. Some plants have been known to contain various chemical compounds that have good properties for human health. Based on this, herbal concoctions were made consisting of a mixture of cloves (Syzygium aromaticum L.), nutmeg (Myristica fragrans L.), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) by Raden Soenarto Mertowardojo. The herbal ingredients were trusted empiric as a nerve tension-lowering herb containing phenolic with anticonvulsant activity. Testing of anticonvulsant activity was carried out in vivo on striknin-induced male mice with ddY strain in 6 test groups, namely negative control (distilled water), positive control I (phenobarbital ip), positive control II (fenobarbital po) dose I (herbal medicine 0.325 mL / 40 g BB), dose II (herbal medicine 0.65 mL / 40 g BB), and dose III (herbal medicine 1.3 mL / 40 g BB). The anticonvulsant activity of herbs in 250 mL of solvent with the reflux method was tested based on the ability to extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and increase the rate of protection. Data analysis showed that herbal dosage III (1.3 mL / 40 g BB) is best for extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and significantly increase the rate of protection. Total phenolic testing was carried out by extracting 10 g of herbal ingredients in 250 mL of solvent by reflux with variations in temperature and solvent composition (Temperature 60oC, 70oC, 80oC and water solvents: ethanol 100: 0; 75:25; 50:50). The highest total phenol was obtained at 80oC and the water solvent composition: 50:50 ethanol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library