Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kri Yudi Pati Sandy
Abstrak :
Sumber brakhiterapi I-125 pemancar foton energi rendah telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker. Sesuai rekomendasi AAPM TG-43, karakteristik dosimetri dari sumber brakhiterapi baru harus ditentukan terlebih dahulu sebelum penggunaan klinis. Dalam penelitian ini telah dilakukan penentuan karakteristik dosimetri dari dua buah sumber I-125 buatan BATAN S1 dan S2 dengan menggunakan Thermolumnescene Dosimeters ( TLD ) dan film gafchromic XR-QA2. Pengukuran fungsi dosis radial dilakukan pada jarak 0.5 cm sampai 10 cm dari pusat sumber. Pengukuran fungsi anisotropi dilakukan pada jarak 2 cm, 3 cm, dan 5 cm dari pusat sumber untuk sudut 0o sampai 90o di setiap kuadran. Hasil peneltian menunjukkan konstanta laju dosis sumber S1 sebesar 1,07 + 5% cGy.Jam-1.U-1 dan 0,95 + 5% cGy.Jam-1.U-1, sedangkan untuk sumber S2 sebesar 0,94 + 5% cGy.Jam-1.U-1 dan 0,98 + 5% cGy.Jam-1.U-1 berturut-turut untuk pengukuran TLD dan film gafchromic. Fungsi dosis radial sumber S1 dan S2 menurun seiring dengan meningkatnya jarak terhadap sumber dan memenuhi persamaan polinomial orde 5. Hasil fungsi anisotropi menunjukkan bahwa anisotropi distribusi dosis meningkat seiring perubahan sudut menuju arah tegak lurus sumber. Hasil pengukuran karakteristik dosimetri sumber I-125 ini memiliki kesesuaian dengan hasil simulasi Monte Carlo EGSnrc dan memiliki pola yang serupa dengan karakteristik sumber I-125 komersil buatan IsoAid dan Echoseed. ...... I-125 brachytherapy sources with low photon energies have been widely used in treating tumors. According to AAPM TG-43 recommendations, dosimetric characteristic of the new brachytherapy sources should be determined before clinical use. In this study, dosimetric characteristic of two I-125 manufacturing by BATAN with notation S1 and S2 have been determined by measurement using TLD and gafchromic XR-QA2 film. The radial dose function measurements were performed at distances ranging from 0.5 to 10 cm from the source center. The anisotropy functions were measured at distances of 2, 3, and 5 cm from the source center for angles ranging from 0 to 90 degree in all quadrants. The results indicated a dose rate constant of 1.07 + 5% cGy.h-1.U-1 and 0.95 + 5% cGy.h-1.U-1 for S1 and 0.94 + 5% cGy.h-1.U-1 and 0.98 + 5% cGy.h-1.U-1 for S2 with using TLD and film, respectively. Radial dose function for S1 and S2 decreased along with increace of distance from source and meet the 5th order polynomial equation. The anisotropy function result shows that the anisotropy in dose distribution increased along the source axis. This measurement data are in agreement with EGSnrc Monte Carlo result and have a similar pattern with IsoAid and Echoseed commercial I-125 source.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahcdriany
Abstrak :
Prospek penggunaan kurva kalibrasi dalam perhitungan dosis antar modalitas menjadi tantangan baru dalam penggunaan film gafchromic EBT3. Tujuan utama penelitian ini adalah membandingkan hasil perhitungan dosis pada pesawat brakhiterapi sumber Ir-192 dan Co-60 dengan menggunakan fungsi kalibrasi pada brakhiterapi Ir-192, brakhiterapi Co-60, teleterapi LINAC 6 MV dan Co-60. Pengukuran dilakukan dengan melakukan kalibrasi pada keempat modalitas menggunakan film gafchromic EBT3. Hasil kalibrasi berupa fungsi kalibrasi digunakan dalam mengkonversi densitas optik pada hasil perencanaan dengan dosis perskripsi 2 Gy, 3 Gy dan 6 Gy pada tiga buah aplikator silinder dengan fantom akrilik pada kedalaman 5 mm, 6 mm dan 7 mm. Hasil menunjukkan kurva kalibrasi keempat modalitas tampak hampir berimpit dengan pola polinomial. Koefisien korelasi R2 pada modalitas menunjukkan linearitas kalibrasi berturut-turut sebersar 0,9991; 0,9989; 0,9981 dan 0,990. Nilai dosis terukur tampak berkuran pada jarak yang lebih besar dari pusat aplikator ke fantom. Hasil perhitungan gamma indeks bernilai lebih kecil pada toleransi yang lebih kecil dengan nilai minimum dan maksimum sebesar 74% dan 98,4%. ......The prospect of using calibration curves in calculating intermodality doses is a new challenge in the use of EBT3 gafchromic films. The main objective of this study was to compare the dose calculations on the Iridium (Ir)-192 and Cobalt (Co)-60 brachytherapy by using the calibration function of Ir-192 brachytherapy, LINAC 6 MV, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy. The calibration functions were obtained from the exposure of the EBT3 gafchromic film with dose references of 0 to 10 Gy by using the calibration function of Ir-192 brachytherapy, LINAC 6 MV, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy. The dose references of the treatment planning system (TPS) were 2 Gy, 3 Gy and 6 Gy. The experiment was conducted with three cylindrical applicators. R2 of the LINAC 6 MV, Ir-192 brachytherapy, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy are about 0.9991, 0.9989, 0.9981 and 0.990 respectively. The use of the Co-60 teletherapy calibration function shows the greatest discrepancy. Measured dose values ​​appear to be reduced at a greater distance from the center of the applicator to the phantom. The results of the calculation of the gamma index are smaller at a smaller tolerance. The minimum and maximum value of 74% and 98.4% respectively.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Dina Zain
Abstrak :
Peningkatan belanja kesehatan di Indonesia tidak secara bersamaan meningkatkan pendapatan rumah sakit umum. Untuk mengatasi fenomena ini, rumah sakit milik negara sebagai organisasi pelayanan kesehatan masyarakat perlu menekan biaya dan meningkatkan pendapatannya tanpa mengurangi kualitasnya untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Untuk dua tujuan utama tersebut, lean service digunakan oleh rumah sakit untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Dalam konteks tersebut, penelitian ini menganalisis value stream dari siklus pendapatan brakhiterapi, membuat hierarki aktivitas dan mengeliminasi aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Temuan penelitian didasarkan pada aktivitas pelayanan yang diberikan di Instalasi Y Rumah Sakit X pada 2019 dan 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% aktivitas adalah aktivitas yang memilki nilai tambah dan esensial (kolom A), namun 1 aktivitas dari tahapan penjadwalan dan 1 aktivitas dari tahapan admisi dan kasir adalah aktivitas yang memiliki nilai tambah namun tidak esensial (kolom B). Enam aktivitas lainnya termasuk dalam aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah namun termasuk aktivitas yang esensial (kolom C). Eliminasi 2 aktivitas pada kolom B dengan mengimplementasikan sistem penjadwalan yang terkomputerisasi dapat mengurangi biaya sebesar ±57 juta rupiah. Aktivitas dalam kolom C dapat diperbaiki dengan mengimplementasikan monitoring dan evaluasi untuk efisiensi waktu. ......An increase in health spending in Indonesia does not simultaneously increase general hospital revenues. To overcome this phenomenon, state-owned hospitals as public health service organizations need to reduce costs and increase revenues without reducing their quality to achieve efficiency and effectiveness. For these two main purposes, lean service is used by hospitals to eliminate activities that do not have added value. In this context, this study analyzes the value stream of the brakhiterapi income cycle, creates a hierarchy of activities and eliminates activities that do not have added value. The research findings are based on service activities provided at Installation Y Hospital X in 2019 and 2020. The findings show that 77% of activities are activities that have value-added and are essential (Column A), but an activity from the scheduling stage and an activity from the admission and cashier stages are activities which has value-added but are not essential (Column B). Six other activities included in the column C, those are acitvities that do not have value-added but are essential activities. Elimination of 2 activities in column B by implementing a computerized scheduling system can reduce costs by ±57 million rupiahs. Activities in column C can be improved by implementing monitoring and evaluation for time efficiency.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library