Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Felly
Abstrak :

Penurunan fungsi kognitif atau daya ingat merupakan salah satu gejala kepikunan. Lansia yang berusia diatas 60 tahun memiliki tingkat resiko yang lebih besar untuk mengidap gangguan kesehatan ini. Pendekatan desain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah biophilic design. Biophilic Design memberikan sebuah strategi desain berkelanjutan (sustainable design) yang melihat hubungan manusia dengan lingkungan alami.  Biophilic Design bertujuan untuk menciptakan habitat yang berbasis hubungan alam, dengan cara mengintegrasikan alam, baik dengan material alami maupun bentuk-bentuk alami kedalam ruang. Biophilic Design mampu mengurangi tingkat stres, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum (well-being), dan juga meningkatkan fungsi kognitif (daya ingat) dan kreatifitas seseorang (Browning, Ryan, & Clancy, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana biophilic design membantu meningkatkan daya ingat lansia di sebuah sasana tresna werdha. Sasana tresna werdha yang diteliti dalam penelitian ini adalah sasana werdha milik swasta yang berada di Kota Jakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 43 poin instrumen asesmen biophilic design yang dikembangkan berdasarkan 14 pola Biophilic Design untuk mengidentifikasi keberadaan biophilic design secara kuantitatif. Untuk mengukur daya ingat lansia digunakan tabel Clinical Dementia Rating (CDR) dan Memory Card Games. Pengukuran CDR dilakukan setiap hari dengan melihat perubahan perilaku lansia. Sedangkan, Memory card games dilakukan saat sebelum diterapkan intervensi dan saat tiga kali tahapan masa intervensi. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan. Biophilic design mampu mempengaruhi penurunan tingkat demensia pada lansia dengan rentang usia 60-85 tahun yang berada di STW Ria Pembangunan, Cibubur. Penurunan tingkat demensia sebesar 1.00 poin atau 20% pada 61.11% lansia. Biophilic design ini menjadi implementasi yang baik di berbagai jenis bangunan, untuk meningkatkan quality of life manusia, dalam konteks ini adalah daya ingat manusia.

 


The lack of cognitive function or memory is one of the indicator of dementia. Elderly people who are aged in 60 years old or more have bigger risk to suffer from this dementia. One of the design approaches can fulfil this need is biophilic design. Biophilic design gives a sustainable design strategy which seeks the relation between human and natural environment (Degroff & Wood, 2015). The objective of biophilic design is to create a habitat based on the natural relations which integrated the natural systems, either the natural material or natural shapes into the habitat. Biophilic Design can reduce stress, improve health and well-being, and also improve cognitive function (memory) and creativity of human (Browning, Ryan, & Clancy, 2014). This research seeks how biophilic design increase the memory of elderly in the nursing home. The nursing home in this research is located in Jakarta. This research uses 43 instrument points of assessment in Biophilic Design which developed based on Browning’s. et al., 14 patterns of biophilic design to identify the existence of biophilic design quantitatively. To measure the elderly memory this research uses Clinical Dementia Rating (CDR) and Memory Card Games. CDR measurement was done everyday in observing changes in elders behaviour. Meanwhile, Memory Card Games was done prior intervention was applied, when every single  intervention steps had been done. This research was conducted for 1.5 month. Biophilic design could affect the decrease in dementia level in elders with age ranging from 60-85 years old located in STW Ria Pembangunan, Cibubur. The decrease of Dementia level of 1.00 points or 20% in 61.11% elders. It will be a great implementation in any building function to improve the human’s quality of life, in this case is increase human memory.

 

2019
T53371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galavia Permata
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Begitu pula pada bidang konstruksi dan perancangan arsitektur. Kehadiran teknologi lambat laun menggantikan peranan alam dalam keseharian manusia. Rusaknya kondisi alam dan menipisnya sumber daya alam menarik perhatian publik serta melahirkan konsep konstruksi yang berkelanjutan berupa arsitektur hijau. Namun banyak produk arsitektur hijau hanya cenderung menekankan pada performa bangunan yang ramah akan kondisi alam dan lingkungan namun belum memenuhi kebutuhan dasar manusia wellbeing secara tepat. Kehadiran alam dalam ruang yang terbangun built environment khususnya ruang dalam interior dapat membantu manusia dalam mencapai kondisi wellbeing yang optimum, salah satunya adalah dengan mengaplikasikan perancangan biofilik. Representasi alam dalam ruang dapat dihadirkan dengan banyak cara dalam perancangan biofilik Biophilic Design . Melalui studi kasus pada Google Asia Pacific diketahui bahwa untuk menghadirkan peningkatan yang signifikan pada wellbeing manusia, terdapat faktor internal fisik dan faktor eksternal non-fisik yang harus dipenuhi secara konsisten dan komperhensif. ......As the time goes by, technology took big part in fulfilling human everyday needs. Likewise, in the design and construction field architecture, technology gradually replaces the role of nature in human rsquo s everyday life. The destruction of nature and the depletion of natural resources finally get the publics attention, ad then it develope a new concept of sustainable construction in the form of green architecture. However, the output of green architecture itself, tend to emphasize the technical performance of the buildings which environmentally friendly, but has not fulfilled the human needs and wellbeing. The presence of nature in built environment, specifically interior space, has the potential to help human reaching the optimum condition of wellbeing. Nature representation within space could be applied in many form by applying Biophilic Design. Through a study on Google Asia Pacific, it is found that to achieve a significant improvement in human wellbeing, there are internal physical and external non physical factors that must be presented consistently and comperhensively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Navratilova Ivita
Abstrak :
Kehidupan di perkotaan saling terkait antara keadaan perkotaan secara fisik (kepadatan populasi, polusi, temperature yang ekstrem, limbah padat yang berlebihan, degradasi lanskap, dll.) dengan individu perkotaan. Jika keadaan perkotaan yang seperti ini sudah berada di luar batas toleransi, individu di dalam perkotaan tersebut bisa merasa stress (Rishi dan Khuntia, 2012). Menghadapi hal itu, manusia membutuhkan tempat yang dapat mengurangi rasa stress—salah satunya dengan beraktivitas di kafe sebagai sebuah tempat ketiga (Oldenburg, 1989). Kafe mulai populer dikalangan masyarakat Jakarta dengan berbagai macam konsep desain yang unik dan menarik. Istilah “experience selling” pada desain kafe merujuk pada prioritas kafe untuk menghadirkan desain yang spesifik dan dapat memberikan kepuasan terhadap pengunjung atau konsumen (Agarwal, 2009). Secara psikologis manusia memiliki kecenderungan yang sangat kuat terhadap alam. Hal ini disebut dengan konsep Biophilia dimana manusia secara psikologis memiliki kecenderungan yang kuat untuk terikat dengan alam (Wilson, 1984). Untuk merespon kebutuhan manusia akan tempat yang dapat mengurangi rasa stress, desain biofilik mulai diperkenalkan oleh Kellert (2013) sebagai penerapan konsep Biophilia dalam desain. Desain biofilik merupakan upaya untuk memahami pemahaman tentang ketertarikan manusia yang melekat untuk berhubungan dengan sistem dan proses alami ke dalam desain lingkungan binaan (Heerwagen, Kellert dan Mador, 2013). Dengan penerapan desain biofilik di kafe, diharapkan pengunjung kafe menghabiskan waktunya lebih lama dibandingkan dengan kafe yang tidak menggunakan desain biofilik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain biofilik terhadap durasi serta macam aktivitas pengunjung kafe, serta mengkaji pola-pola biofilik yang diterapkan di kafe Semusim dan kafe Brownstones Bintaro. ......Urban’s life is interrelated between physical urban conditions (population density, pollution, extreme temperatures, excessive solid waste, landscape degradation, etc.) with urban individuals. If the urban’s condition is out of tolerance, individuals in urban areas can feel stressed (Rishi and Khuntia, 2012). Facing that, humans need a place to reduce stressful feelings –by doing activities in the cafe as a third place (Oldenburg, 1989). Many cafes have shown up with a unique and interesting design. “Experienced Selling” is the priority in creating cafes with specific design and it can provide customer satisfaction (Agarwal, 2009). Psychologically humans have a very strong tendency towards nature accord to the concept of Biophilia (Wilson, 1984). Response in these human needs, Kellert (2013) introduced biophilic design as an application of the concept of biophilia in design. Biophilic design is an attempt to understand the understanding of human interest inherent in dealing with natural systems and processes into the design of the built environment (Heerwagen, Kellert and Mador, 2013). With the application of biophilic designs in cafes, it is assumed that the visitors will spend more time compare to cafes without biophilic designs. This research aims to determine the influence of biophilic design applications on cafe visitor's duration of stay by examining biophilic patterns applied, and type of activity in Semusim coffee garden; a café with applied biophilic design and Brownstones coffee; a café without biophilic design, Bintaro.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Wahyu Adjisaputri
Abstrak :
Di era modern yang terjadi saat ini memiliki pengaruh yang sigifikan terhadap manusia, terutama bagi warga yang tinggal di perkotaan. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap lifestyle warga perkotaan yang sibuk dan terpaku pada sesuatu yang cepat serta instan. Penerapan lifestyle seperti ini memberikan negative impact terhadap kondisi kesehatan baik secara physical, psychological dan pikiran manusia. Maka dari itu, diperlukan sarana untuk mengurangi dan mencegah munculnya negative impact tersebut terutama di daerah perkotaan. Fasilitas seperti health-spa, gym, dan wellness center menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh lifesyle masyarakat perkotaan yang modern ini. Penerapan unsur-unsur organik dalam wellness center design diharapkan membatu proses penyembuhan, pemulihan dan relaksasi bagi penggunanya, dengan memberikan kesan alami. Dengan menghadirkan konsep biophilic design pada wellness center design ini menghasilkan design bangunan yang terkoneksi langsung dengan alam, lewat penataan massa bangunan, program ruang, layout dan diikuti dengan penggunaan material baik material sintetis maupun alami, dan pemanfaatan energi secara alami. ......The modern era that is happening today has a significant influence on humans, especially for residents who live in urban areas. This development is very influential on the lifestyle of urban residents who are busy and fixated on something fast and instant. The application of this kind of lifestyle harms health conditions both physically, psychologically, and in the human mind. Therefore, facilities are needed to reduce and prevent the emergence of these negative impacts, especially in urban areas. Facilities such as health-spa, gym, and wellness center are one way to overcome the problems posed by this modern urban society's lifestyle. The application of organic elements in the wellness center design is expected to help the healing, recovery and relaxation process for its users, by giving a natural impression. By presenting the concept of biophilic design to the wellness center, this design produces a building design that is directly connected to nature, through the arrangement of building masses, space programs, layouts and followed by the use of materials, both synthetic and natural materials, and natural energy utilization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Feandri
Abstrak :
ABSTRAK
Biophilic-design bertujuan untuk menciptakan habitat yang baik bagi manusia sebagai organisme biologis pada lingkungan terbangun, yang dapat meningkatkan kesehatan, kebugaran dan kesejahteraan umum (well-being) (Kellert, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh apa kehadiran atau suasana alam pada ruang melalui 14 pola biophilic-design (Browning, Clancy & Ryan, 2014) pada jenis hunian yang berbeda, yaitu: hunian tapak sederhana dan real-estate; dan hunian vertikal sederhana (rumah susun sederhana) dan apartemen. Kemudian pada jenis hunian yang kehadiran alamnya paling rendah dilakukan percobaan penambahan nilai indeks biophilic-design untuk mengetahui apa dampak aplikasi pola biophilic design, terhadap kesejahteraan mental (mental well-being) penghuninya.

Instrumen penilaian indeks biophilic-design dikembangkan berdasarkan 14 pola biophilic-design dan digunakan untuk mengidentifikasi secara kuantitatif keberadaan atau suasana alam yang hadir pada ruang. Untuk mengukur kesejahteraan mental (mental well-being) penghuni digunakan The Warwick- Edinburg Mental Well-Being Scale (WEMWBS) yang diukur pada saat dimulainya percobaan penambahan nilai indeks biophilic-design dan dua minggu setelahnya untuk melihat dampaknya pada kesejahteraan mental (mental well-being) penghuni.
ABSTRACT
The objective of biophilic-design is to create a good habitat for people as a biological organism in a built environment, which can improve people’s health and well-being (Kellert, 2015). This research aims to identify how far nature or natural scene can be present in a space through 14 patterns of biohilic-design (Browning, Clancy & Ryan, 2014) on a different residential types: simple landed residential, mid to high class landed residential/real-estate, vertical residential, and mid to high class vertical residential/apartment. Then on the residential type which it’s natural scene is low than the other, experiment is conducted by improve it’s natural scene to find what impact biophilic-design does to people’s mental well-being on residential space.

Biophilic-design index scoring was developed based on 14 patterns of biophilic-design and used as an instrumen to identify and measure the nature and natural scene present in a space quantitatively. The Warwick-Edinburg Mental Well-Being Scale (WEMWBS) is used to measure people’s mental well-being. It is measured at the moment when the experiment is conducted and two weeks after it to find it’s impact.
2016
T45589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Azhari
Abstrak :
Di dunia modern saat ini, work from cafe menjadi cukup populer di kalangan para pekerja. Hal ini dikarenakan para pekerja cenderung membutuhkan ruang kerja dengan suasana baru yang mampu mengurangi rasa jenuh dan stres ketika bekerja di kantor. Dengan adanya perkembangan teknologi, para pekerja kini dapat melakukan pekerjaannya dimana saja. Cafe merupakan salah satu destinasi yang seringkali dikunjungi oleh para pekerja khususnya pekerja remote working. Fenomena ini membuat cafe tidak hanya menjadi tempat untuk makan dan minum, melainkan juga menjadi tempat bagi para pengunjung untuk melakukan pekerjaan dan pertemuan secara online (Oldenburg, 1989). Biophilic design hadir sebagai salah satu strategi pendekatan alam yang seringkali diterapkan pada suatu cafe. Cafe yang menerapkan biophilic design tentunya menawarkan kenyamanan visual yang diperlukan oleh para pekerja, terutama bagi para pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan alam. Kenyamanan visual pada ruang kerja di cafe dapat dihadirkan dengan penerapan elemen-elemen biophilic pada elemen pembentuk ruang cafe, baik secara langsung maupun tidak langsung. Variasi kualitas visual yang dihadirkan melalui penerapan elemen-elemen biophilic tersebut tentunya dapat berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas, suasana hati, dan stres dari pengguna ruang yang melakukan kegiatan bekerja di cafe. ......In today's modern world, work from cafes is becoming quite popular among workers. This is because some workers need a workspace with a new atmosphere that can reduce their boredom and stress while working at the office. With the development of technology, workers can now do their work anywhere outside the office. Cafe is one of the destinations that is often visited by the workers, especially for the remote working workers. This phenomenon makes the cafe not only a place to eat and drink, but also a place for the visitors to do their work and online meetings (Oldenburg, 1989). Biophilic design is one of the natural approach strategies that are often applied to a cafe. Cafe with a biophilic design concept certainly offers some visual comforts that are needed by the workers, especially for workers who do not have a direct contact with nature at the office. Visual comfort can be presented by applying some biophilic elements to the space-forming elements of a cafe, either directly or indirectly. The variety of visual quality presented through the application of these biophilic elements can certainly have a significant effect on the productivity, mood, and stress of the space users who work in cafes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Wurianturi
Abstrak :
Kampus urban sebagai salah satu elemen kota, harus turut berperan dalam mewujudkan kota berkelanjutan (SDG’s no 11) dengan menjadi kampus urban berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal ini adalah melalui pendekatan biophilic design, pendekatan perancangan yang mengupayakan kembalinya interaksi manusia dengan alam di sebuah lingkungan buatan. Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya konsep untuk membangun elemen fisik kampus urban berkelanjutan yang menerapkan pendekatan biophilic design dan melibatkan persepsi dan preferensi pengguna kampus. Tujuan penelitian secara khusus adalah menganalisis kondisi elemen fisik kawasan kampus, menganalisis persepsi, preferensi pengguna kampus, serta menyusun hasilnya menjadi sebuah konsep kampus urban berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan biophilic design Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen fisik ruang luar kampus urban dalam keadaan padat dan kurang terawat sedangkan ruang dalam bangunan sebagian sudah direnovasi sehingga lebih nyaman untuk berkegiatan. Konsep panduan perencanaan kampus urban diperoleh dari penggabungan preferensi pengguna dengan pola biophilic design. Penelitian ini menyimpulkan bahwa optimalisasi kawasan kampus urban, baik jangka pendek maupun jangka panjang perlu dilakukan untuk mewujudkan kampus urban berkelanjutan. Penerapan pola biophilic design membentuk persepsi positif dari pengguna kampus, memperbaiki kondisi lingkungan, dengan biaya konstruksi yang standar. ......Urban campuses as an element of a city must contribute to the achievement of a sustainable city, as stated in SDG no 11, by turning the campus into a sustainable campus. One of the methods to achieve the goal is by applying a biophilic design pattern, a design approach that improves the relationship between people and nature in the built environment. The problem of this research is there is no sustainable urban campus concept available for designing the physical elements of the campus that applies biophilic design patterns and focuses on the perception, and preference of the user. There are four objectives of this research: to analyze the existing condition of the urban campus, to analyze the user’s perceptions, to analyze the user’s preferences, and to compose a sustainable urban campus concept using a biophilic design approach. This research used a quantitative approach and mixed methods. The sampling technique is incidental sampling. The results showed that the physical element of the urban campus was dense and less maintained while the interior was renovated. The optimization design guideline was composed by combining the perception of users and a biophilic design pattern. The application of biophilic design did not significantly affect the construction cost. The research concluded that an urban campus should be optimized to achieve sustainable conditions. The application of biophilic design patterns can bring a positive perception, and improve the environmental condition at a reasonable cost.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library