Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fitrianingsih
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas biaya penggunaan sediaan D10-CaGluconas dan D5-1/4NS. Disain penelitian adalah kohort retrospektif pada pasien neonatus penderita Respiratory Distress Syndrome (RDS) dengan berat badan normal di RSU Kambang Jambi. Penelitian dilaksanakan pada kurun waktu September 2014-Juni 2015. Subyek penelitian terbagi dalam dua kelompok yaitu yang menggunakan D10-CaGluconas 40 pasien dan D5-1/4NS 43 pasien. Efektivitas dinilai dari perubahan hasil pemeriksaan fisik pasien yaitu rata - rata berat badan (28,48 gram/hari), kadar glukosa darah sewaktu (26,73 mg/dL), respiratory rate (-12,35 x/menit), frekuensi nadi (-10,98 x/menit), dan temperatur tubuh (0,013oC) pada sediaan D10-CaGluconas. Rata - rata efektivitas berat badan (23,49 gram/hari), kadar glukosa darah sewaktu (26,42 mg/dL), respiratory rate (-7,77 x/menit), frekuensi nadi (-8,07 x/menit), dan temperatur tubuh (0,012oC) pada sediaan D5-1/4NS. Rata - rata biaya langsung medis sediaan D10-CaGluconas adalah Rp. 458.290 dan D5-1/4NS adalah Rp. 408.347. Nilai ACER total biaya langsung medis sediaan D10-CaGluconas adalah Rp. 35.207.467, nilai ACER sediaan D5-1/4NS adalah Rp. 33.958.602. Nilai ICER biaya langsung medis sediaan D5-1/4NS terhadap sediaan D10-Ca.gluconas tiap efektivitas kenaikan berat badan adalah Rp. 10.009, kadar glukosa darah sewaktu adalah Rp. 161.107, respiratory rate adalah Rp. 10.905, frekuensi nadi adalah Rp. 17.163 dan temperatur tubuh adalah Rp. 49.943.000. Nilai rata - rata ICER total biaya langsung medis sediaan B terhadap sediaan A adalah Rp. 10.017.210. Sediaan parenteral nutrisi D10-CaGluconas lebih costeffective dibandingkan dengan sediaan D5-1/4NS.

This study aimed to compare the cost-effectiveness of the use of D10-CaGluconate and D5-1/4NS preparations. The design was a retrospective cohort study in neonatal Respiratory Distress Syndrome (RDS ) patients with normal weights in RSU Kambang Jambi. The research was conducted during the period September 2014 to June 2015. The research subjects were divided into two group, the use of D10-CaGluconate was 40 patients and D5-1/4NS was 43 patients . Effectiveness were seen from the changes of the patients physical examination results, on averages weights (28.48 grams/day), blood glucose levels (26.73 mg/dL), respiratory rates (-12.35 x/min), pulse rates (-10.98x/min), and the body temperature (0.013°C ) in D10-CaGluconate preparations. The average effectiveness of weight (23.49 grams/day), blood glucose levels (26.42 mg/dL), respiratory rates (-7.77 x/min ), pulse rates (-8.07 x/min), and the body temperatures (0.012°C) in D5-1/4NS preparations. The Average direct medical costs of D10- CaGluconate and D5-1/4NS were Rp. 458,290 and Rp. 408,347. The ACER values of total direct medical costs of D10-CaGluconate preparation were Rp. 35,207,467, while D5-1/4NS was Rp. 33,958,602. The ICER values of the direct medical costs of the D5-1/4NS preparations of D10-CaGluconas on each effectiveness of weights were Rp. 10,009, blood glucose levels were Rp. 161,107, respiratory rates were Rp. 10,905, pulse rates were Rp. 17,163, and the body temperature was Rp. 49,943,000. The averages ICER values of the direct medical costs of the D5-1/4NS preparations of D10-CaGluconate were Rp. 10,017,210. The parenteral nutrition preparations of D10-CaGluconate are more cost-effective compared to the D5-1/4NS."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwityamirta
"COVID-19 merupakan penyakit infeksi baru yang menimbulkan beban ekonomi pada layanan kesehatan dan negara. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis biaya terapi pasien COVID-19 sebagai langkah awal dalam mengetahui beban ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif, dilihat dari perspektif rumah sakit. Subjek penelitian adalah pasien COVID-19 derajat sedang yang dirawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Agustus - Desember 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel penelitian didominasi oleh laki-laki (58,9%) dan kategori usia 26-45 tahun (44,9%). Komorbiditas yang paling banyak yaitu hipertensi (30,0%). Total biaya COVID-19 yang diperoleh sebesar Rp30.499.984,00 ± 8.274.857 per pasien dengan biaya pada pasien dengan komorbiditas sebesar Rp30.916.570,00 ± 8.913.798 dan biaya pada pasien tanpa komorbiditas sebesar Rp29.903.508 ± 7.322.026. Hasil ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi rumah sakit untuk menentukan clinical pathway COVID-19.

COVID-19 is a new infectious disease with a heavy economic burden for healthcare facilities and the country. This study was conducted to analyze the cost of treatment of direct medical cost based on a hospital perspective. This study used a cross-sectional design with retrospective data collection. The subjects of this study were COVID-19 inpatients of a moderate degree at University of Indonesia Hospital in August – December 2020. The results showed the subjects were dominated by men (58,9%) and the age category of 26-45 years old (44,9%). The comorbidity with the highest prevalence was hypertension (30,0%). The total cost of treatment was Rp30.499.984,00 ± 8.274.857 per patient. Patients with comorbidities had a total cost of Rp30.916.570,00 ± 8.913.798 while patients without comorbidity had a total cost of Rp29.903.508 ± 7.322.026. This result can be used as a recommendation for hospital in establishing a clinical pathway for COVID-19.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Setyaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya langsung layanan hemodialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Desain penelitian ini bersifat analisis deskriptif, yaitu studi kasus yang bertujuan menganalisis biaya satuan layanan hemodialisis pada pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) berdasarkan pendekatan Simple distribution. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data biaya dan non biaya terkait unit hemodialisis
tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya langsung unit hemodialisis adalah sebesar Rp. 2.495.272.766,- dengan proporsi terbesar merupakan biaya
operasional yaitu 83 %. Biaya satuan langsung yang diperoleh sebesar Rp. 657.343,-., biaya tersebut masih lebih besar dari biaya klaim BPJS untuk layanan hemodialisis yaitu Rp. 923.100,-. Beberapa hal yang dapat rumah sakit lakukan adalah melakukan penghitungan biaya satuan dengan memperhitungkan biaya tidak langsung untuk layanan hemodialisis agar hasil penghitungan biaya satuan layanan hemodialisis lebih akurat, melakukan evaluasi pada pencatatan operasional untuk keseluruhan pelayanan yang ada di rumah sakit guna memudahkan manajemen dalam melakukan analisa biaya.

This study aims to analyze the direct costs of hemodialysis services in patients with chronic renal failure. The design of this study is descriptive analysis, which is a case study that aims to analyze the diret unit cost of hemodialysis services in patients with Chronic Renal Failure (CRF) based on the Simple distribution approach. The data used are secondary data of cost and non-cost data related to the hemodialysis unit in 2018. The results of the study show that the total direct cost of the hemodialysis unit is Rp. 2.495.272.766,- with the largest proportion being operating costs (83%). The direct unit cost is Rp. 657.343, -, that cost is still greater than the cost of the BPJS claim for hemodialysis services, which is Rp. 923.100. Some of the things that hospitals can do are
to calculate unit costs by calculating indirect costs for hemodialysis services so that the results of unit cost calculation of hemodialysis services are more accurate, evaluating operational records for all services in the hospital to facilitate management in conducting cost analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatiah Amroini
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana transparansi informasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hail survei, wawancara dan telah dokumen yang akan dijabarkan menggunakan teknik analisa deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi atas informasi BPIH belum efektif dilaksanakan. BPIH yang terdiri dari komponen biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) tidak dapat diinformasikan secara lengkap. Informasi BPIH yang disampaikan kepada masyarakat lebih menegaskan pada biaya langsung (direct cost) serta mengesampingkan biaya tidak langsung (indirect cost). Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman calon jamaah haji terkait biaya tidak langsung (indirect cost). Dengan mempertimbangkan calon jamaah haji sebagai pemangku kepentingan utama yang telah memberikan dananya untuk dikelola sebagai sumber BPIH, maka sudah sewajarnya informasi BPIH disampaikan secara lengkap, baik mengenai besaran, pemanfaatan, maupun pengelolaan BPIH yang berkaitan dengan komponen biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung

This study aims to analyze how the information transparency of Hajj Pilgrimage Cost is. The data used in this study were obtained from survey results, interviews and documents which will be described using descriptive analysis techniques. The results of this study indicate that the information transparency of Hajj Pilgrimage Cost has not been effectively implemented. The Hajj Pilgrimage Cost, which consists of direct costs and indirect costs, cannot be fully informed. The Hajj Pilgrimage Cost information delivered to the public emphasizes direct costs and set aside indirect costs. This condition has an impact on the low level of understanding of prospective pilgrims regarding indirect costs. By considering prospective pilgrims as the main stakeholders who have provided funds to be managed as a source of Hajj Pilgrimage Cost, so the Hajj Pilgrimage Cost information must be delivered in full closure, both regarding the amount, utilization, and management of Hajj Pilgrimage Cost related to the direct costs and indirect costs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ariendita
"Fakta menunjukkan bahwa konstruksi merupakan bidang yang rawan akan kecelakaan. Salah satu cara untuk mengurangi kecelakaan di proyek konstruksi adalah dengan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Adapun biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1. Biaya pencegahan terjadinya resiko K-3 (Preventive Cost) 2. Biaya pemeriksaan dan pengawasan pelaksanaan program K-3 (Supervisory and Administrative Cost) 3. Biaya terjadinya kecelakaan - kecelakaan akibat dari resiko K-3 (Construction Accident Cost) Kompensasi pekerja (Worker Compensation) Biaya tidak langsung (Indirect Cost).
Penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara efektifdan efisien dapat menghemat biaya kecelakaan konstruksi (Construction Accident Cost) sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi secara keseluruhan (Total Construction Cost). Dengan demikian, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat menjadi salah satu faktor pengendali biaya pada proyek konstruksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nanda Asyura Rizkyani
"ABSTRAK
Peranan farmasi klinik di era JKN telah berkembang yaitu melakukan evaluasi
farmakoekonomi terutama pada penggunaan antibiotik pasien anak di PICU yang
berisiko tinggi akan resistensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi peran
serta farmasi klinik pada terapi antibiotik secara ekonomi di PICU RSCM periode
Mei-Oktober 2014. Metode yang digunakan adalah analisis efektivitas biaya.
terhadap lama rawat pasien pada kelompok pasien yang tidak mendapatkan
rekomendasi periode Mei-Juli 2014 (NR) dibandingkan dengan kelompok pasien
yang mendapat rekomendasi dari farmasi klinik periode Agustus-Oktober 2014
(R). Hasil yang diperoleh dari 42 pasien kelompok NR dan 51 pasien kelompok R
adalah total biaya pada kelompok NR sebesar Rp 427.805.134, sedangkan
kelompok R sebesar Rp 349.302.060. Total lama rawat pasien pada kelompok NR
adalah 268 hari, sedangkan kelompok R adalah 228 hari. Rata-rata lama rawat per
pasien kelompok NR yaitu 6,4 hari sedangkan kelompok R yaitu 4,5 hari.
Persentase efektivitas pada kelompok NR adalah 15,36%, sedangkan kelompok R
22,22%. Hasil ACER kelompok NR adalah Rp 1.591.537/hari, sedangkan ACER
kelompok NR adalah Rp 1.522.013/hari. Hasil analisa sensitivitasnya adalah
dominan karena biaya lebih kecil sedangkan efektivitasnya lebih besar. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa peran serta farmasi klinik dalam terapi dapat
menurunkan biaya dan lama rawat pasien di PICU RSCM.

ABSTRACT
The role of clinical pharmacy in National Health Insurance era to evaluate the use
of antibiotics has been evolved, especially for children in PICU which at high risk
for resistance. The research objective was to evaluate the role of clinical pharmacy
on antibiotic therapy in the PICU RSCM period from May to October 2014. The
method used is cost-effectiveness analysis to length of stay between the group of
patients who did not received recommendation of clinical pharmacy in the period
May - July 2014 (NR) compared with the group of patients who received the
recommendation of clinical pharmacy period from August to October 2014 (R).
The results were obtained from 42 patients NR group and 51 patients in the R
group. The total direct medical costs in the NR group Rp 427.805.134 , while the
R group Rp 349.302.060. Total length of hospital patients in the NR group was
268 days, while the R group was 228 days. Average length of stay per patient in
the NR group was 6.4 days, while R group was 4.5 days. Percentage of effectivity
from the NR group was 15,36%, while the group R was 22,22 %. ACER in NR
group is Rp 1.591.537 per length of stay, whereas the R group is Rp 1.522.013
per length of stay. The results of the sensitivity analysis is dominant because the
costs was less , while its effectiveness is greater. Thus, it can be concluded that
participation in the clinical pharm"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T43200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Farabi
"Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Selama proses pemeriksaan pre-diagnosis hingga pengobatan tuberkulosis, banyak biaya yang dikeluarkan pasien tuberkulosis, mulai dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dapat berdampak terhadap kondisi ekonomi penderita tuberkulosis. Selain itu, pada penyakit tuberkulosis dapat timbul permasalah berupa resistensi terhadap obat anti-tuberkulosis multi-drug resistance tuberculosis yang membutuhkan regimen pengobatan yang berbeda dengan tuberkulosis sensitif. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pasien tuberkulosis sensitif dan pasien tuberkulosis resistensi obat pada aspek biaya tidak langsung maupun biaya langsung non-medis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, sebanyak 156 pasien tuberkulosis diwawancarai dengan mengunakan kuesioner tentang pembiayaan selama mengalami tuberkulosis. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p pada variabel biaya suplementasi p=0,031 , transportasi pre-diagnosis.
Tuberculosis is one of the disease with high prevalence in Indonesia. Through out the inspection process pre diagnostic to the treatment process of tuberculosis, the patients need to spend a lot of money for the costs, consist of the direct costs and indirect costs that may have an impact for the patients rsquo economic conditions. In addition, many problem may arise in the form of resistance to anti tuberculosis drugs multi drug resistance which require another treatment regimens. The aim of this study is to compare between drug sensitive tuberculosis patients and multi drug resistance tuberculosis patients in the aspect of indirect and direct non medical cost. This research was conducted in a cross sectional model and 156 tuberculosis patients were interviewed by using a questionnaire to know their financing during tuberculosis treatment process. In the statistical test, p values was obtained for different variables, consist of cost supplementation p 0.031, transportation during pre diagnostic phase."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library