Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beni Agus Permana
Abstrak :
Industri baja merupakan industri padat energi yang memerlukan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam proses produksi baja. Dari sisi intensitas energi, industri baja di Indonesia memiliki intensitas energi yang lebih besar dibandingkan industri sejenis di kawasan Asia, hal ini berarti konsumsi energi untuk menghasilkan satu ton produk baja di Indonesia lebih besar dibandingkan produk impor. Mengacu pada biaya energi, dengan konsumsi energi yang lebih tinggi dari negara lain di Asia, dapat menyebabkan produk baja Indonesia kurang kompetitif di pasar Asia. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menetapkan target produksi baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional dan meminimalisir ketergantungan terhadap produk impor. Hal ini perlu diikuti dengan perencanaan kebutuhan energi dan upaya untuk menurunkan biaya energi agar produk baja Indonesia lebih kompetitif di pasar Asia dan dapat memenuhi kebutuhan baja nasional secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan jumlah energi yang diperlukan dalam bauran energi yang optimal dan menemukan cara menurunkan intensitas energi oleh industri baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tahun 2020 diperkirakan industri baja dalam negeri memerlukan energi sebesar 57,75 juta MSCF gas alam; 14,91 TWh listrik dan 1,49 milyar liter bahan bakar diesel untuk menghasilkan produk baja sesuai target Restra Kementerian Perindustrian yaitu sebesar 5 juta ton besi sponge, 20 juta ton baja kasar dan 20 juta ton baja akhir. Terdapat potensi efisiensi energi pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 29,80 juta GJ atau setara dengan 8,28 TWh. Potensi ini dapat direalisasikan dengan menerapkan teknologi hemat energi antara lain adalah teknologi zero reformer DRI pada pembuatan besi sponge, yang dapat menurunkan intensitas energi sebesar 3,77 GJ/ton besi sponge atau dapat menurunkan biaya energi sebesar Rp. 200.068,00 per ton besi sponge. ...... The steel industry is an energy intensive industry that requires energy in very large quantities in the steel production process. In terms of energy intensity, the steel industry in Indonesia have greater energy intensity than similar industries in the Asian region, this means that the energy consumption to produce one ton of steel products in Indonesia is higher than imported products. Referring to the cost of energy, the energy consumption is higher than other countries in Asia, may cause Indonesian steel products less competitive in the Asian market. The Government through the Ministry of Industry has set a target of domestic steel production to fulfill national steel demand and minimize dependence on imported products. It is necessary be followed by the energy demand planning and efforts to reduce the cost of energy that Indonesian steel products more competitive in the Asian market and can fulfill national steel demand optimally. This study aims to estimate the amount of energy required in the optimal energy mix and find a way of reducing energy intensity in the domestic steel industry to fulfill the national steel demand. The result showed that in 2020 the domestic steel industry is estimated to require an energy of 57.75 million mscf natural gas; 14.91 TWh of electricity and 1.49 billion liters of diesel fuel to produce steel products as targeted the Ministry of Industry of 5 million tonnes of sponge iron, 20 million tons of crude steel and 20 million tons of finished steel product. There is the potential for energy efficiency in 2020 was estimated at 29.80 million GJ, equivalent to 8.28 TWh. This potential can be realized by implementing energy-saving technologies include zero reformer DRI technology in the manufacture of sponge iron, which can reduce the energy intensity of 3.77 GJ / tonne of sponge iron or can reduce energy costs by Rp. 200,068.00 per tonne of sponge iron.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Hilal
Abstrak :
Peramalan konsumsi energi memainkan peranan penting dalam pengambilan kebijakan. Peramalan konsumsi energi yang terlalu rendah berpotensi mengganggu aktifitas ekonomi, sedangkan peramalan konsumsi energi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan suplai energi yang berlebihan. Tesis ini meramalkan konsumsi energi primer di Indonesia dengan menggunakan metode ARIMA. Tujuannya adalah untuk meramalkan konsumsi energi primer di Indonesia pada tahun 2025 dan melakukan kajian analisis komparatif tentang bauran energi tahun 2025 antara hasil peramalan dengan menggunakan ARIMA dan target pemerintah. Hasil peramalan menunjukkan konsumsi energi primer di Indonesia pada tahun 2025 sebesar 1802 juta SBM dengan komposisi bauran energi terdiri dari minyak bumi sebesar 39 persen, gas sebesar 17 persen, batubara sebesar 41 persen, energi air dan energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 3 persen.
Forecasting of energy consumption plays an important role in policy making. Underestimation of the energy consumption would lead to potential disrupt economic activity, whereas overestimation of the energy consumption would lead to excessive energy supply. This thesis forecasts the Indonesia's primary energy consumption using ARIMA method. The goal is forecasting the Indonesia?s primary energy consumption in 2025 and conducting a comparative analysis of the energy mix in 2025 between the forecasting results using ARIMA method and government targets. Forecasting results demonstrate Indonesia's primary energy consumption in 2025 amounted to 1802 million BOE with the composition of the energy mix consists of oil by 39 percent, gas by 17 percent, coal by 41 percent, hydropower and renewable energy (RE) by 3 percent.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T42168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdhi Hermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proyeksi permintaan listrik dan pemenuhannya menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT) di Sulawesi Selatan. Proyeksi permintaan listrik didapatkan dari model time series berdasarkan data historisnya. Sedangkan penentuan pemenuhan listriknya didasarkan pada tiga skenario, yakni pemenuhannya hanya berasal dari EBT (skenario 1), EBT dan energi konvensional (skenario), dan berdasarkan pemenuhan bauran energy (skenario 3). Dua skenario pertama bertujuaan mendapatkan biaya energi listrik minimum (LCOE), sedangkan skenario 3 untuk mencapai proporsi energi terbarukan dalam bauran energi 23% pada tahun 2025. Hasilnya menunjukkan bahwa dari tahun 2017 sampai 2025 sektor umum menjadi sektor yang paling tinggi kenaikannya secara persentase (78%), sedangkan kenaikan secara nominal yang tertinggi adalah sektor rumah tangga (971 GWh). Secara total, ada penambahan sebesar 2.285 GWh (43%) permintaan listrik di Sulawesi Selatan. EBT yang tersedia di Sulawesi Selatan sudah dapat memenuhi target pemenuhan permintaan listrik dan bauran enegi dengan jenis EBT yang paling optimum adalah Hydropower dengan biaya sebesar USD 168.242.725
ABSTRACT
This study aims to determine electricity demand projections and fulfillment of using new and renewable energy (EBT) in South Sulawesi. Electric demand projection is obtained from the time series model based on historical data. Whereas the determination of electricity fulfillment is based on three scenarios, namely fulfillment only comes from EBT (scenario 1), EBT and conventional energy (scenario), and based on fulfilling the energy mix (scenario 3). The first two scenarios are getting minimum electricity costs (LCOE), while scenario 3 is to reach the proportion of renewable energy in the 23% energy mix in 2025. The results show that from 2017 to 2025 the public sector is the highest percentage increase (78 %), while the highest nominal increase is the household sector (971 GWh). In total, there is an addition of 2,285 GWh (43%) of electricity demand in South Sulawesi. EBT available in South Sulawesi has been able to meet the target of fulfilling electricity demand and the energy mix with the most optimum type of EBT is Hydropower at a cost of USD 168,242,725
2019
T53452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rezansyah Tangguh Prasetya
Abstrak :
Capaian bauran energi terbarukan Indonesia tahun 2019 sebesar 10,2 GW masih dibawah target RUEN yaitu sebesar 13,9 GW, dimana Photovoltaic (PV) Rooftop hanya menyumbang 0,19% (19,57 MW). Guna mempercepat penggunaan PV Rooftop, perlu diterapkan Tarif Premium PV Rooftop oleh PT. PLN. Untuk menerapkan tarif premium tersebut dilakukan penelitian guna mendapatkan besaran tarif premium beserta penerapannya. Dalam penerapan Tarif Premium, pelanggan akan memiliki PV Rooftop On-Grid dengan sistem pembayaran cicil melalui penambahan tarif Rupiah per Kwh, namun Energi Lebih (Kwh Ekspor) tidak dihitung sebagai pengurang tagihan listrik hingga berakhirnya masa kontrak. Dalam penelitian digunakan metode Kuantitatif dan Kualitatif. Metode Kuantitatif yaitu dengan melakukan perhitungan untuk mendapatkan 3 skema Tarif Premium yang dapat ditawarkan kepada pelanggan golongan tarif R2. Sedangkan metode Kualitatif melakukan survey kepada pelanggan PT. PLN Distribusi Jakarta dengan golongan tarif listrik R2 untuk melihat ketertarikan pelanggan terhadap PV Rooftop serta pilihan atas penawaran Tarif Premium. Pada hasil penelitian menunjukan bahwasanya 61% pelanggan tarif R2 di Jakarta tertarik menggunakan PV Rooftop namun terkendala dengan tingginya investasi awal. Sementara itu skema 2 menjadi pilihan dari responden dengan durasi kontrak 13 tahun untuk daya 3.500VA dan 4.400VA, 8 tahun untuk daya 5.500VA dengan Tarif Premium berkisar mulai dari RP.1.444/Kwh hingga Rp.3.232/Kwh. Dengan asumsi 61% pelanggan Tarif R2 di Jakarta menggunakan Tarif Premium, maka dapat meningkatkan kapasitas pemakaian PV Rooftop minimal sebesar 175 MW. Dilain sisi, penggunaan PV Rooftop oleh pelanggan PT.PLN dapat menyebabkan pengurangan pendapatan PT.PLN sebesar 44%. Hal ini terjadi karena energi lebih (Kwh Ekspor) dari PV Rooftop dihitung sebagai variable pengurang dalam tagihan bulanan pelanggan PT.PLN. ......The renewable energy mix achievement in 2019 was 10,2 GW still under the national target which is 13,9 GW, where PV Rooftop only contribut-ed for 0,19% (19,57 MW). In order to accelerate the use of PV Rooftop, a Premium Tariff of PV Rooftop need to be implemented by PT. PLN. To set the Premium Tariff a research needed to be conducted to obtain the total of Premium Tariff and its implementation. In the implementa-tion, customers will have the PV Rooftop with installment payments, however the excess energy that produced by PV Rooftop stated in Kilo-watt Hour (Kwh) does not count as a reduction in the electricity bills until the end of the contract duration. In this research used quantitative and qualitative methods. Quantitative method, a calculation conducted to obtain the Premium Tariff that can be offered to customers. Whereas the qualitative is conducted a survey to see the customer interest on PV Rooftop and the selection of the Premium Tariff offer. In the research results showed 61% customers of R2 (PLN Rate) in Jakarta are interest-ed to use PV Rooftop however constrained by high initial investment. Meanwhile, scheme 2 is the choice of respondents with a contract duration of 13 years for the capacity power 3.500 VA, 8 years for 5.500 VA with the Rates ranging from IDR 1.444/Kwh to IDR 3.232/Kwh. With the assumption that 61% customers of R2 Rate in Jakarta used Premi-um Tariff, it can increase the usage capacity of PV Rooftop minimum 175 MW. On the other hand the use of PV by customers of PT.PLN will lead to a reduction in PT PLN's revenue by 44%. This condition will happened when the exceed energy (Kwh Ekspor) is calculated as a deduction variable in the monthly billing of PT. PLN customers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhel Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Energi di Indonesia merupakan sektor yang sangat vital, semakin bertambah tahun kebutuhan energi semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Kondisi di dunia saat ini bahwa persediaan energi renewable semakin menipis, memicu pengembangan energi renewable. Indonesia menargetkan pengembangan energi renewable padaa tahun 2025 sebesar 23 bauran energi nasional. Penelitian ini memberikan alternatif proporsi bauran dan pemilihan lokasi EBT yang bertujuan untuk meminimumkan biaya total energi bauran. Hasil yang diperoleh dari metode MINLP yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan energi air dan panas bumi yang memiliki porsi pengembangan terbesar.
ABSTRACT
Energy in Indonesia is an important sector that electricity demand always increasing every year. This condition is also influenced by economic and population growth. In fact, non renewable energy is declining and will be vanished in several decades. This condition triggers development of renewable energy to replace it. Indonesia have made a development target of renewable energy become 23 of all energy mix. This paper give an alternative plan of development and site selection to reach minimum cost of all renewable energy mix in Indonesia. The result is hydro and geothermal are dominant in this energy mix.
2017
T47598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hariyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Cadangan batubara Indonesia hanya sebesar 3,25% atau terbesar kesepuluh didunia, namun pada kenyataannya produksi batubara semakin tahun jumlahnya semakin besar dan Indonesia merupakan pengekspor batubara terbesar. Jika kondisi dibiarkan akan mengikis sisa cadangan terbukti dari batubara semakin cepat. Perusahaan batubara sebagai pengelola pertambangan dalam kurun waktu 2008-2013 mengalami penurunan margin laba bersih sehingga tingkat pengembalian investasi (ROI) mengalami penurunan sebesar 9,1% yaitu pada tahun 2008 sebesar 8,6% menjadi minus 0,5% pada tahun 2013. Pada pihak lain pemerintah sedang merencanakan banyak pembangunan PLTU untuk memenuhi kebutuhan energi listrik semakin besar sehingga membutuhkan volume batubara dalam jumlah semakin besar. Perusahaan pembangkit tenaga listrik sebagai penghasil dan penjual energi listrik dalam kurun waktu 2008 – 2012 mengalami kenaikan margin laba bersih sehingga tingkat pengembalian investasi (ROI) juga mengalami peningkatan sebesar 0,31% yaitu pada tahun 2008 sebesar 1,98% menjadi 2,29% pada tahun 2012. Terkait cadangan batubara yang terbatas, maka diperlukan rancangan kebijakan dalam pemanfaatan batubara untuk menunjang kelistrikan nasional yaitu dengan mengkonversi perusahaan batubara menjadi perusahaan energi dengan diberikan kemudahan insentif yaitu berupa menjaminkan IRR nya sebagai tingkat pengembalian yang pasti bukan menjamin harga jual, sehingga perusahaan batubara dapat meningkatkan ROI nya.
ABSTRACT
Indonesian coal reserves amounted to only 3.25% or the tenth largest in the world, but in fact the production of coal increasingly greater number of years and Indonesia is the largest exporter of coal. If the condition continues, it will erode the rest of proven reserves of coal more quickly. Coal mining company as a manager in the period 2008-2013 net profit margin decreased to the level of return on investment (ROI) decreased by 9.1% in 2008 ie by 8.6% to minus 0.5% in 2013. On the other hand the government is planning many power plant to meet the electrical energy needs of the greater volume of coal and thus require greater amounts. Power company as a manufacturer and seller of electric energy in the period 2008 - 2012 increased net profit margin so that the return on investment (ROI) increased by 0.31% in 2008 ie 1.98% to 2.29% in 2012. Related to the limited reserves of coal, it is necessary to design policies to support the use of coal in the national electricity company is to convert coal into energy company with ease given incentives in the form of its IRR offers a rate of return that is certainly not guarantee a fair price, so that coal companies can improve the value of ROI.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Putri Paramarta
Abstrak :
Pertumbuhan populasi dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat beberapa tahun terakhir mengakibatkan pertumbuhan permintaan terhadap perjalanan pribadi maupun transportasi barang di Indonesia. Seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi, masyarakat akan memiliki kemampuan lebih dalam membeli kendaraan tambahan dan cenderung untuk meningkatkan intensitas perjalanan mereka yang disebabkan oleh semakin tingginya daya beli dan permintaan terhadap hiburan serta aktivitas sosial. Fenomena ini menjadi katalisator bagi peningkatan jumlah konsumsi energi baik dari perjalanan pribadi maupun transportasi barang. Namun, ketersediaan sumber daya energi yang semakin menipis membuat pemerintah harus melakukan impor untuk menjamin keamanan pasokan energi. Proyeksi permintaan energi merupakan suatu hal krusial bagi pemerintah dalam melihat tren masa depan dan mengembangkan rencana strategis serta mengalokasikan sumber daya yang ada untuk berbagai sektor aktivitas dalam rangka mengakomodasi permintaan energi di masa mendatang. Sebuah model sistem dinamis akan dikembangkan sebagai alat bantu dalam memberikan gambaran proyeksi permintaan energi di sektor transportasi darat dengan variabel output berupa jumlah permintaan energi dan bauran energi primer serta beberapa variabel input seperti Pendapatan Domestik Bruto (PDB), populasi warga, populasi kendaraan, dan jarak perjalanan penumpang (passenger-km). Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah akan mendapatkan kajian akademis prediksi permintaan energi di masa mendatang dengan lebih akurat, sehingga dapat membantu dalam merencanakan pengelolaan energi untuk sektor transportasi darat secara menyeluruh dan terintegrasi.
Population growth and economic development in the past few years have caused a growing demand for personal travel and freight transport in Indonesia. In good economic conditions, people are able to afford a vehicle or and additional vehicle to increase their travel intensity due to higher purchasing power and growing demand for entertainment and social activities. This phenomenon has become a catalyst for the increment in the amount of energy consumption both from personal travel and freight transport. However, the availability of energy resources are depleting which made the government must import a massive amount of oil to ensure national energy security. Projection of energy demand is perhaps the crucial step for the government to predict future’s trend of consumption and to develop an appropriate strategic plan as well as to allocate proper amounts of resources available for various activities in order to accommodate future energy demand. A system dynamic model will be developed as a decision-making tool to provide an overview of energy demand projections in road transport sector with future energy demand and future energy mix as the output variables and Gross Domestic Product (GDP), number of population, number of vehicle registered, and travel demand (passenger-km) as model inputs. It is expected that this research will give an academic view for the government on the prediction of future energy demand more accurately, so it could help the government in planning national energy management for land transportation as well as support a sustainable transportation development.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Retnosari
Abstrak :

Penelitian ini menganalisis dampak kebijakan bauran energi terhadap perekonomian Indonesia dan emisi CO2. Analisis dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario bauran energi yang berbeda-beda yang dibandingkan dengan BAU. Metode yang digunakan adalah Social Accounting Matrix dan menggunakan data SAM Energi 2008. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan bauran energi yang lebih ramah lingkungan akan menurunkan level emisi CO2. Total emisi CO2 menurun pada KEN 2025 25,5, KEN 2050 25,8, skenario 1 30,4, dan skenario 2 30,7 dibandingkan dengan BAU. Oleh karena itu, apabila ditinjau dari segi kebijakan pemerintah, pemerintah belum bisa mencapai target NDC penurunan emisi CO2sebesar 29. Selain itu, terjadi penurunan output nasional namun hal ini dapat dilihat sebagai sisi positif bahwa telah terjadi pergeseran pola produksi yang lebih ramah lingkungan dimana komposisi input didominasi oleh EBT. Dari sisi pendapatan, pendapatan masyarakat menurun di semua skenario dikarenakan penurunan output nasional sehingga balas jasa tenaga kerja menurun.
ABSTRACT
This study analyzes the impact of energy mix policy on Indonesians economy and CO2 emissions. The analysis was performed using several different energy mix scenarios compared to BAU. The method of this study is SAM Energy 2008 and using data SAM Energy 2008. The result indicates that more environmentally friendly of energy mix will decrease CO2 emission level. Total CO2 emissions decreased in KEN 2025 25.5, KEN 2050 25.8, scenario 1 30.4, and scenario 2 30.7 compared to BAU. Therefore, in terms of government policy, the government has not been able to achieve the NDC target of 29 CO2 emission reduction. In addition, there is a decrease in national output but this can be seen as a positive side that there has been a shift in more environmentally friendly production patterns where input composition is dominated by renewable energy. In terms of revenues, public incomes have declined in all scenarios due to the decline in national output so that labor costs decline.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library