Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfin Imadul Haq
Abstrak :
Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Tujuan utamanya yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan gedung bertingkat yang bersertikat green dengan sertifikasi dari Greenship Building Council Indonesia (GBCI). Sertifikasi Green Building merupakan sebuah sistem penilaian bangunan gedung hijau di Indonesia yang mensyaratkan suatu proyek untuk memenuhi serangkaian prasyarat dan untuk meraih kredit di beberapa kategori yang telah ditentukan. Dalam proses sertifikasi ada beberapa kriteria yang memang menjadi syarat diantaranya adalah ASD (Appropiate Site Development), EEC (Energy Efficiency And Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycle), IHC (Indoor Air Health dan Comfort) and BEM (Building Enviroment Management). Dalam penelitian ini tidak semua kriteria GBCI dibahas tetapi hanya membahas yang berhubungan dengan effisiensi penggunaan air dan listrik tetapi masih memenuhi standart SNI. Dalam sertifikasi Green Building, ada beberapa tingkatan penilaian diantaranya Bronze, Gold dan Platinum. Dalam penilaiannya di gunakan system scoring mengacu pada standart yang sudah di tetapkan oleh pihak GBCI (Green Building Council Indonesia). Dan setelah dilakukan evaluasi WAC dan EEC untuk melihat effisiensi air dan listrik maka diperoleh penghematan biaya listrik dan air sebesar 5 milyar per tahunnya atau setera dengan 61 persen dari Baseline (Mengacu kepada Standart SNI). Dengan waktu pay back periode dengan biaya investasi selama 2 tahun 8 bulan 46 hari. ......Minister of Environment and Forestry has issued a regulation of the State Minister for the Environment No. 8 of 2010 about criteria and certification of the Green Building. Its main objective is to implement and manage a building that applies environmental principles and important concept to prevent the impact of climate change. Therefore, a building plan with certification from the Greenship Building Council Indonesia (GBCI) is required. Green Building Certification is a green assessment system in Indonesia that requires a building to meet several prerequisites and to obtain credit in predetermined categories. In the certification process, several criteria are required, including ASD (appropriate site development), EEC (Energy Efficiency and Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycles), IHC(Indoor Air Health and Comfort), and BEM(Building Environment Management). In this research, not all of the GBCI criteria were discussed but only those related to the efficient use of water and electricity but still met SNI standards. In Green Building certification, there are several levels of assessment include Bronze, Gold, and Platinum. In the assessment, a scoring system is used referring to the standards that have been set by the GBCI (Green Building Council Indonesia). After evaluating the WAC and EEC to assess the efficiency of water and electricity, obtained that it can save about 5 billion rupiahs per year of the electric and water costs or equal to 61 percent of the baseline (referring to the SNI Standard). The payback period for this investment is about 2 years, 8 months, and 46 days.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Loviardi
Abstrak :
ABSTRAK
Bangunan sebagai wadah kegiatan manusia, tidak hanya solusi untuk menjawab kebutuhan masalah ruang, tetapi juga harus menjawab ekonomi, lingkungan, dan sosial. Guna mencapai hal tersebut, dalam konstruksi dan operasi bangunan, tidak hanya mempertimbangkan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh persepsi positif dari para penggunanya, yang akan menghasilkan perilaku positif seperti perilaku peduli lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa selama ini keberhasilan kinerja sebuah bangunan konvensional atau bangunan hijau hanya didasarkan pada kondisi fisik bangunan, namun untuk mencapai kinerja bangunan yang optimal ditentukan oleh persepsi dan tingkah laku pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan persepsi dan potensi perilaku peduli lingkungan untuk mengoptimalkan kinerja bangunan hijau. Hubungan antara kinerja bangunan, baik bangunan hijau dan bangunan konvensional dengan persepsi dan perilaku akan dianalisis menggunakan kuesioner dan wawancara dengan pengguna bangunan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku peduli lingkungan pengguna bangunan akan dapat mengoptimalkan tujuan pembangunan gedung, meskipun kadang-kadang kenyamanan pengguna akan sedikit terganggu, karena pilihan teknologi mereka tidak sepenuhnya dikendalikan dan disetujui oleh pengguna bangunan.
ABSTRACT
Building as a place for human activity, not only a solution to answer space issue requirement, but also it must be an answer the economic, environmental, and social issue. To achieve that, in construction and building operation, not only consider the technology, but also must be supported by a positive perception of its users, which will produce positive behaviors such as pro environmental behavior. Accordingly, the formulation of the problem in this research is that during these the success of conventional building performance or green building based only on the physical condition of the building, but to achieve optimum building performance is determined by the perceptions and user behavior. The aim of this study is to identify trends perception and potential pro environmental behavior to optimize green buildings performance. The relationship between the building performance, both green buildings and conventional buildings with perception and behavior analyzed using questionnaires and interviews with the users. The results of this research is found that pro environmental behavior of users will be able to optimize the development goals of the building, although sometimes the users convenience will be slightly annoyed, because the technology choices are not fully controlled and approved by the building users.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Wahidati Rahmah
Abstrak :
Konsep bangunan hijau memiliki banyak manfaat, baik untuk lingkungan maupun kehidupan manusia sendiri. Dalam merancang sebuah proyek konstruksi, penting untuk dipertimbangkan sejak awal mengenai tujuan dan manfaat dari penggunaannya. Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan merupakan kegiatan untuk menjaga fungsi dan bentuk bangunan agar tetap sesuai dengan tujuan awal pembangunananya. Dengan demikian dirasa perlu dibuat adanya sebuah dokumen pedoman pelaksanaan untuk pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung hijau pemerintah untuk menghindari kegagalan bangunan dan menambah efisiensi serta efektifitas. Pedoman pelaksanaan merupakan sebuah dasar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan baik dari segi arsitektur, interior, lanskap, struktur, mekanik dan kelistrikan, serta rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sebuah pedoman pelaksanaan untuk pekerjaan pemeliharaan, perawatan dan penentuan spesifikasi material komponen tata ruang luar dan tata graha bangunan hijau pemerintah berbasis Work Breakdown Structure (WBS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa studi literatur dan wawancara terhadap para pakar. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah pedoman pelaksanaan untuk pekerjaan pemeliharaan, perawatan dan penentuan spesifikasi material untuk desain komponen tata ruang luar dan tata graha bangunan hijau pemerintah berbasis Work Breakdown Structure (WBS).
The concept of green buildings has many benefits, both for the environment and human life itself. In designing a construction project, it is early important to consider the purpose and benefit of it uses. Maintenance work are activities to maintain the function and shape of the building to remain in accordance with the original purpose of the development. Thus it is deemed necessary to make a execution guidelines of government green buildings type in maintenance work to avoid building failure and increase efficiency and. Execution guidelines is a parameter that become the basis rules that should be fulfilled by the designer in designing the building in terms of architecture, interior, landscape, structure, mechanical and electrical. The purpose of this research is to establish a execution guidelines for interior design and landscape based on Work Breakdown Structure (WBS). The method used in this research is the study literatur analysis and interview with the experts. The result of this research is the arrangement of the execution guidelines for maintenance, reparation, and determination of material specification for deisgn wich focus on interior and landscape work based on Work Breakdown Structures (WBS) for government green building type.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ammar Syahreza
Abstrak :
Di negara berkembang seperti Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka kebutuhan konstruksi pembangunan juga semakin meningkat. Namun konstruksi bertanggung jawab atas dampak buruk terhadap lingkungan mulai dari ekstraksi, pemrosesan dan pengangkutan bahan mentah, konstruksi, dan pengoperasian fasilitas bangunan. Sektor bangunan juga merupakan penyumbang penggunaan energi terbesar (sekitar 40%). Berdasarkan hal tersebut muncul inovasi berupa Bangunan Hijau untuk mengurangi dampak buruk lingkungan. Tapi, dalam implementasinya bangunan hijau sering ditemukan kendala berupa penundaan dan keterlambatan jadwal yang salah satunya disebabkan oleh aktivitas pada rantai pasok. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifkasi dan menganalisis aktivitas dalam rantai pasok. Didapatkan bahwa strategi dalam mengurangi keterlambatan pada bangunan hijau adalah rantai pasok yang berfokus kepada efisiensi. ......In developing countries such as Indonesia with high population growth, the need for development is also increasing. However construction is responsible for adverse impacts on the environment ranging from extraction, processing and transportation of raw materials, construction, and operation of building facilities. The building sector is also the largest contributor to energy use (about 40%). Based on this, innovations emerged in the form of Green Buildings to reduce the negative impact on the environment. However, in the implementation of green buildings, obstacles are often found in the form of schedule delays, one of which is caused by activities in the supply chain. This study uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to identify and analyze activities in the supply chain. It was found that the strategy in reducing delays in green building is supply chain that focuses on efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Ananda
Abstrak :
Gedung i-CELL FTUI merupakan salah satu fasilitas di lingkungan kampus Universitas Indonesia yang menyandang predikat bangunan hijau dan telah tersertifikasi EDGE Advanced melalui strategi konservasi air seperti pengumpulan air hujan dan penggunaan fitur hemat air. Akan tetapi, masih ada potensi sumber air alternatif lain yang belum dimanfaatkan, seperti daur ulang kondensat AC dan grey water. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kesesuaian potensi strategi konservasi air terhadap kriteria konservasi air untuk bangunan hijau; (2) menganalisis strategi konservasi air eksisting dan potensi kuantitas grey water sebagai sumber air alternatif; dan (3) menganalisis potensi air kondensat AC sebagai sumber air alternatif. Pada penelitian ini, kesesuaian kriteria konservasi air ditinjau berdasarkan perangkat penilaian Greenship New Building Versi 1.2 dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Pengukuran dan pengujian untuk sampel kondensat dan air hujan dilakukan dengan parameter kualitas yang merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023. Selain itu juga akan dilakukan analisis data sekunder untuk perhitungan timbulan grey water. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan flushing memiliki potensi pengumpulan hingga 91.870 L/bulan dan sebagian besar parameter memenuhi baku mutu, kecuali pH dan besi. Selain itu, seluruh fitur air memiliki keluaran air yang lebih rendah dari standar Greenship dengan potensi timbulan grey water sebesar 90.144 L/bulan. Pada kondensat AC, kombinasi kedua sistem AC sentral dan split dapat menghasilkan kondensat hingga 2.805,2 L/bulan dengan kualitas yang telah memenuhi baku mutu. Analisis kesesuaian konservasi air terhadap kriteria Greenship memenuhi lima dari enam parameter dan memperoleh 18 poin. Sedangkan pada kriteria Permen PUPR No. 21 Tahun 2021, memenuhi seluruh parameter dan memperoleh 12 poin. Secara keseluruhan, kombinasi pemanfaatan kondensat AC dan grey water dapat mengurangi hingga 59,75% pemakaian sumber air primer yang saat ini telah dibantu dengan pemanfaatan air hujan. ......The i-CELL FTUI building is one of the facilities on Universitas Indonesia that holds the title of green building and has been certified EDGE Advanced through water conservation strategies such as rainwater collection and the use of water-saving fixtures. However, there is still potential for other untapped alternative water sources, such as AC condensate recycling and grey water. This study aims to (1) analyze the conformity of potential water conservation strategies to the water conservation criteria for green buildings; (2) analyze the existing water conservation strategies and potential quantity of grey water as an alternative water source; and (3) analyze the potential of AC condensate water as an alternative water source. In this study, a review on the conformity of water conservation criteria is conducted based on the Greenship New Building Version 1.2 assessment tool and Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Laboratory measurements and tests were carried out for condensate and rainwater samples with quality parameters referring to the Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023. In addition, secondary data analysis will also be carried out for the calculation of grey water generation. The results show that rainwater utilization for flushing needs has a collection potential of up to 91,870 L/month and most parameters meet quality standards, except pH and iron. In addition, all water features have a lower water output than the Greenship standard with a potential grey water generation of 90,144 L/month. For AC condensate, the combination of both central and split AC systems can produce up to 2,805.2 L/month of condensate with quality that complies with quality standards. Analysis of the conformity of water conservation to Greenship criteria fulfils five of the six parameters and achieves 18 points. Meanwhile, the criteria of Permen PUPR No. 21 of 2021 fulfil all parameters and achieve 12 points. Overall, the combined use of AC condensate and grey water can reduce up to 59.75% of the use of primary water sources, which is currently aided by the use of rainwater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egi Gilang Guntoro
Abstrak :
Perubahan iklim saat ini, akibat emisi gas rumah kaca, memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan manusia. Konsep bangunan hijau menjadi salah satu solusi terbaik untuk mengatasi hal tersebut. Di Indonesia, terdapat sistem penilaian dan sertifikasi bangunan hijau, antara lain Greenship Rating System dan Sistem Penilaian BGH PUPR. Namun, belum ada kajian khusus yang membahas sistem penilaian bangunan hijau kriteria pengelolaan tapak pada bangunan transportasi publik, terutama stasiun kereta. Bangunan Hijau berdampak tidak hanya dalam menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, tetapi juga dalam aspek ekonomi dan sosial. Kriteria pengelolaan tapak penting, terutama di wilayah padat penduduk, untuk memastikan performa optimal bangunan terhadap kawasan. Penulisan ini memiliki tujuan untuk memperoleh pemahaman serta membandingkan dua sistem penilaian bangunan hijau kriteria pengelolaan tapak pada sebuah bangunan transportasi publik. Penulisan ini menilai Stasiun Bogor menggunakan metode penilaian bangunan hijau berdasarkan indikator pengelolaan tapak dari Greenship dan BGH PUPR. Hasilnya menunjukkan bahwa stasiun Bogor menghadapi kesulitan dalam memenuhi sistem penilaian pengelolaan tapak BGH PUPR, dan terdapat kesamaan dan perbedaan antara kedua sistem tersebut pada aspek tujuan, fokus, indikator dan skor penilaian. Diperlukan peningkatan pengelolaan tapak pada stasiun kereta dan sistem penilaian khusus untuk bangunan transportasi publik, seperti stasiun kereta. ......The current climate change, due to greenhouse gas emissions, has a significant impact on the environment and people. The concept of green building is one of the best solutions to address these issues. In Indonesia, there are green building assessment and certification systems, such as Greenship Rating System and BGH PUPR Rating System. However, there has been a lack of specific research focusing on the green building assessment for site management criteria in public transportation buildings, especially railway stations. Green Building has an impact not only in creating environmentally friendly buildings, but also in economic and social aspects. Site management criteria are important, especially in densely populated areas, to ensure optimal performance of buildings against the surrounding area. The study aims to gain an understanding and compare two green building assessment systems, site management criteria in a public transportation building. The study assesses Bogor Station using a green building assessment method based on site management indicators from Greenship and BGH PUPR. The results indicate that Bogor station faces difficulties in meeting the BGH PUPR site management assessment system, and there are similarities and differences between the two systems in aspects of objectives, focus, indicators and assessment scores. Improved site management at train stations and special rating systems for public transport buildings, such as train stations, are needed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Izzatur Rahmani
Abstrak :
Dalam upaya memitigasi dampak bangunan terhadap lingkungan, prinsip green building telah diterapkan pada berbagai jenis bangunan. Salah satunya adalah bangunan dengan fungsi seni seperti art center. Art center merupakan bangunan multifungsi yang memfasilitasi berbagai kegiatan seni seperti musik, lukis, dan tari. Dengan begitu, kualitas akustik menjadi salah satu aspek yang penting terhadap keberlangsungan dan produktivitas kegiatan pada bangunan khususnya dengan fungsi seni. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji kenyamanan akustik pada bangunan dengan fungsi seni yang menerapkan prinsip green building. Kajian ini diawali dengan studi literatur mengenai green building dan kenyamanan akustik. Studi kasus yang dikaji pada tulisan ini adalah Makara Art Center UI. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung dan penggunaan software simulasi Ease EVAC. Parameter yang dianalisis meliputi waktu dengung (RT), sound pressure level (SPL), noise criteria (NC), dan speech intelligibility (STI). Data yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan standar ASHRAE 189.1 sebagai salah satu standar green building. Hasil studi kasus menunjukkan performa akustik masih belum seluruhnya memenuhi standar kenyamanan akustik ASHRAE 189.1. Secara umum, bangunan yang menerapkan prinsip green building, termasuk Makara Art Center, masih belum menyediakan kualitas akustik yang memuaskan. ......In an effort to mitigate the impact of buildings on the environment, the principle of green buildings has been applied to various types of buildings. One of them is a building with an artistic function such as an art center. The art center is a multifunctional building that facilitates various artistic activities such as music, painting, and dance performances. That way, acoustic quality becomes one of the important aspects for the sustainability and productivity of activities in buildings, especially with the function of art. This thesis aims to examine the acoustical comfort of an art center that applies the principles of green buildings. This research begins with a literature study on green building and acoustic comfort. The case study studied in this paper is the Makara Art Center UI. The method of data collection was carried out by direct measurement and the use of Ease EVAC simulation software. Parameters analyzed included reverberation time (RT), sound pressure level (SPL), noise criteria (NC), and speech intelligibility (STI). The data obtained are then compared with the ASHRAE 189.1 standard as one of the green building standards. The results of the case study show that the acoustic performance still does not fully meet ASHRAE 189.1 acoustical comfort standards. In general, buildings that apply green building principles, including the Makara Art Center, still do not provide satisfactory acoustic quality.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Ariel Christoper
Abstrak :
Industri konstruksi bangunan adalah salah satu industri yang memberikan dampak yang sangat buruk bagi keberlanjutan lingkungan hidup. Bangunan hijau adalah solusi yang dapat menjawab kebutuhan melalui solusi pembangunan infrastruktur yang mendukung aspek keberlanjutan. Akan tetapi, implementasi bangunan hijau di Indonesia masih sangat rendah karena biaya investasi yang lebih besar dibandingkan bangunan non-hijau. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi incremental cost-benefitpada objek studi kasus konstruksi bangunan hijau di Indonesia dengan tujuan mengidentifikasi biaya dan manfaat yang mempengaruhi implementasi bangunan hijau serta menganalisis parameter-parameter ekonomi dan efisiensi implementasi apabila dilakukan perbandingan terhadap beberapa bangunan hijau. Dalam melakukan penelitian, dilakukan evaluasi variabel dengan kuesioner dan metode Analytical Hieararchy Process terhadap para pakar, metode kuantifikasi terhadap setiap biaya dan manfaat yang teridentifikasi di sepanjang siklus hidup bangunan hijau, serta analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis. Ditemukan bahwa manfaat aspek lingkungan menjadi yang paling signifikan bagi para pakar serta biaya operasional adalah yang paling tidak signifikan. Selain itu, melalui tiga objek studi kasus yang dilakukan, Gedung A menjadi gedung dengan tingkat penggunaan biaya paling rendah, gedung B menjadi gedung dengan cost-effectiveness paling tinggi, serta gedung C memiliki efisiensi input-output yang paling baik. ......The building construction industry is one of the industry that gives a detrimental effect to the sustainability of living environment. Green building is the solution that can answer the needs by becoming a solution for infrastructure building that supports sustainability aspect. However, the implementation of green building in Indonesia is still very low due to the high capital cost needed compared to non-green building. So, this research identified the incremental cost-benefit on the case study object of green building construction in Indonesia with aim to identifying the cost and benefit that influence the implementation of green building and analyzing the economic parameter and the implementation efficiency after comparing a couple of green buildings. In this research, variable evaluation is executed with a questionnaire and analytical hierarchy process methodology to an expert, and then the research also quantified each of the cost and benefit identified for the whole life cycle of the green building and analysed its efficiency with Data Envelopment Analysis. It’s found that the benefit from environmental aspect has the most significancy coefficient, while operational cost has the least significancy coefficient based on the expert. It’s also found that based on the three case study object, Building A has the lowest cost-usage, building B has the highest cost-effectiveness, and building C has the best input-output efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasino
Abstrak :
Penggunaan material ramah lingkungan yang selanjutnya disebut bahan bangunan hijau merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Hijau. Secara eksplisit persyaratan tersebut dituangkan dalam Bab II Subbab C bagian 3 yaitu rantai pasok hijau khususnya ketentuan mengenai penggunaan material konstruksi. Mengingat penggunaan bahan bangunan dalam industri konstruksi terus meningkat, sehingga berkorelasi terhadap eksploitasi bahan baku, kegiatan industri dan transportasi yang berpotensi meningkatnya penggunaan energi, emisi yang berdampak terhadap pemanasan global. Sedangkan pemanfaatan sumber daya alam tanpa kendali dapat merusak ekosistem yang ada dan menurunnya daya dukung lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan dengan melakukan penilaian dan memberikan label pada bahan yang telah memenuhi syarat serta kaidah ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahan bangunan ramah lingkungan dan penerapan “green label” dalam penyediaan bahan bangunan sebagai implementasi dari Peraturan Menteri PUPR sebagai upaya pemenuhan syarat bangunan hijau. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan wawancara mendalam, observasi, focus group discussion (diskusi teknik), survei lapangan dan pengujian laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian produk hijau dan pemberian Label Green telah dilakukan oleh beberapa lembaga atau kementerian seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Green Building Council Indonesia (GBCI), dan beberapa SNI tentang kriteria ekolabel. Dari hasil kunjungan ke beberapa produsen bahan bangunan juga diperoleh data bahwa secara umum para produsen setuju dengan aspek penilaian terhadap industri hijau dan diharapkan dapat diterapkan dalam pengembangan penyediaan bahan bangunan ramah lingkungan guna mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya Peraturan Menteri PUPR tentang Bangunan Hijau.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2022
690 MBA 57:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi
Abstrak :
Bangunan hijau dengan pemeliharaan yang tepat akan memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dan masa pakai yang lebih lama, karena kerusakan pada utilitas bangunan dapat diminimalkan. Salah satu utilitas vital adalah komponen elektrikal. Kerusakan komponen elektrikal dapat berakibat fatal seperti korsleting atau kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan komponen elektrikal gedung hijau. Sebuah studi kasus diambil dari gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal, untuk memenuhi persyaratan keandalan bangunan yang terdiri dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Sistem pemeliharaan yang berupa alternatif desain dari Work Breakdown Structure (WBS) pemeliharaan gedung hijau terintegrasi dengan sistem informasi berupa web dan Building Information Modeling (BIM) adalah faktor yang berpengaruh untuk kinerja keandalan pemeliharaan bangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, studi kasus, survei, validasi pakar, dan analisis statistik. Penelitian ini menghasilkan produk sistem informasi berbasis web yang terintegrasi dengan BIM, dan juga model matematikayang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama untuk kinerja keselamatan. ......A green building with proper maintenance will have higher energy efficiency and longer lifetime, as damages to building utilities can be minimised. One of the vital utilities are electrical components. Damages to electrical components may have fatal consequences such as short circuit or fire. This research aims to improve the maintenance of electrical components of green building. A case study is taken from a government green building for electrical components, in order to meet the building reliability requirements which consist of safety, health, comfort, and convenience. Maintenance system which is Work Breakdown Structure (WBS) of green building maintenance integrated with information systems and Building Information Modeling (BIM) are influential factors for building maintenance performance. The research methods used are archival analysis, case study, survey, expert judgement, and statical analysis. This research generates product of web based information system integrated with BIM, and also mathematical model that enhance the maintenance performance of government green building for electrical components would become more effective and efficient especially for safety performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>