Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fani Widiartha
Abstrak :
Kebugaran kardiorespiratori terbukti memiliki hubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di dunia menemukan bahwa tingkat kebugaran pada anak masih berada pada level rendah. Nilai VO2max sebagai indikator kebugaran kardiorespiratori seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi dengan nilai VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di Jakarta terhadap 131 responden terdiri atas 54 laki-laki dan 77 perempuan berusia 11 - 14 tahun. Nilai VO2max diukur dengan menggunakan metode pengukuran 20 meter shuttle run test, status gizi diperoleh dari nilai IMT/U dan persen lemak tubuh, aktivitas fisik diukur dengan menggunakan modifikasi PAQ-C, dan asupan gizi diperoleh dengan pengisian kuesioner food records 2 x 24 jam. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata nilai VO2max laki-laki (43,94 ml/kg/menit) lebih tinggi daripada nilai VO2max perempuan (38,38 ml/kg/menit). Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi menurut IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan zat besi, dan kalsium dengan nilai VO2max. Status gizi normal, aktivitas fisik secara teratur, dan asupan zat besi dan kalsium yang cukup diperlukan untuk memiliki kebugaran kardiorespiratori yang baik. ......Cardiorespiratory fitness evidently had a relationship with cardiovascular disease. Various research in the world found that most children had a low fitness level. Cardiorespiratory fitness (VO2max) infected by several factors. This study aimed to determine the relationship of nutrition, physical activity and nutritional intake with VO2max. This research was a quantitative research using crosssectional research design. The study was conducted in Jakarta on 131 respondents consisted of 54 men and 77 women aged 11-14 years. VO2max values measured using the method of measuring 20 meters shuttle run test, nutritional status was obtained from the value of BAZ and percent body fat, physical activity was measured using a modified PAQ-C, and nutrient intake obtained by filling food records 2 x 24 hours questionnaire. The unvaried test results showed that the average VO2max of men (43.94 ml/kg/min) was higher than the value of VO2max women (38.38 ml/kg/min). The results of bivariate test used correlation test showed that there was a relationship between nutritional status according to BAZ, percent body fat, physical activity, intake of iron, and calcium with VO2max. Normal nutritional status, moderate physical activity, and adequate intake of iron and calcium are required for having a good cardio respiratory fitness.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Hayati
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26775
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
William Cheng
Abstrak :
Tidur adalah hal yang penting bagi anak karena terjadi peningkatan aktivitas susunan saraf pusat tertentu untuk memberikan efek fisiologis bagi tubuh. Banyak faktor yang menyebabkan gangguan tidur, salah satu yang dapat dimodifikasi adalah faktor nutrisi. Aspek nutrisi yang diperkirakan berkaitan adalah status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium. Status gizi merupakan parameter secara umum keseimbangan antara derajat kebutuhan fisik anak terhadap nutrien. Besi dan magnesium berhubungan karena mempengaruhi substansi yang berperan dalam pengaturan fisiologi tidur. Penelitian ini merupakan studi observasi-analitik untuk melihat hubungan antara status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium dengan gangguan tidur pada anak usia 5-7 tahun dengan metode cross-sectional dari data sekunder pada anak-anak di Posyandu Kampung Melayu, berupa status antopometri, asupan besi, asupan magnesium, dan skor gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC). Gangguan tidur dinyatakan bila skor SDSC melewati angka 39. Prevalensi anak yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini adalah 23,1 %. Pada uji chi-square untuk hubungan indeks Berat Badan/Umur dan Tinggi Badan/Umur dengan gangguan tidur didapatkan p>0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan berbeda bermakna secara statistik. Pada uji chi-square untuk hubungan asupan besi dan magnesium dengan gangguan tidur, didapatkan p>0,05 yang menandakan tidak terdapat hubungan berbeda bermakna secara statistik. ......Sleep is esential for children because there is enhancement of neural system activities that give physiologic effects for the body. There are several factors that relate with sleep disturbances, which one of the modifiable factor is nutrition. Nutritional status, iron intake, and magnesium intake are examples of nutrition that are believed to have relation. Nutritional status represents the balance between nutritional intake and expenditure. Iron and magnesium are micronutrients that have relation to the substance that regulate ssleep mechanism. This study is an observational-analysis study to examine the contribution of nutritional status, iron intake, and magnesium intake to the sleep disturbance in age five to seven children, was conducted with the cross-sectional method to the secondary data of children in Posyandu Kampung Melayu. Data include nutritional status, iron intake, magnesium intake, and sleep disturbance diagnosed with the Sleep Disturbance Scale for Children. The cut-off point to identify the disturbance is 39. Prevalence of children that have sleep disturbance is 23,1 %. In the chi-square analysis to determine the relation between Body Weight on Age, Height on Age and the sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that explains statistically no relation. In the chi-square analysis to determine the relation between iron intake and magnesium intake to sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that also defines statistically there is no relation between those variables.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Fauziyana
Abstrak :
Tingkat kebugaran pada pekerja merupakan faktor penting dalam mendukung produktifitas kerja yang optimal dan terhindar dari berbagai resiko penyakit terkait gaya hidup yang sedentari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tinkat kebugaran pada pekerja. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-ssectional pada 98 karyawan yang bekerja di kantor pusat PT Wijaya Karya, Cawang, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode simple randon sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-independen, uji ANOVA, uji korelasi Pearson, dan uji korelasi regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, hubungan persen lemak tubuh dan tingkat kebugaran ditemukan bermakna dengan pola hubungan positif (p< 0.000, r= 0.38). IMT berhubungan bermakna positif hanya pada responden laki-laki (p< 0.05, r= 0.301). Aktifitas fisik (p< 0.05, r= -0.304), asupan vitamin B1 (p< 0.05, r= -0.204), dan vitamin B6 (p<0.05, r= -0.216) berhubungan bermakna dengan pola hubungan negatif terhadap kebugaran. Berdasarkan hasil analisis, diketahui faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan tingkat kebugaran yaitu IMT, persen lemak tubuh, ativitas fisik, asupan vitamin B1 dan B6. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kelompok pekerja/ karyawan dapat meningkatkan aktivitas fisik secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai dengan anjuran konsep gizi seimbang. ......Employee's fitness is one of the urgent factor to support optimum wor productivity and avoid from sedentary lifestyle disease. This research ovjective is to investigate factors related to employess' fitness. This research designed for a crosssectional study to 98 employees in main office of PT Wijya Karya, North Jakarta, 2012. Samples taken by simple random sampling method. Statistic analysis used is tindependent, ANOA, Pearson correlation, and simoke linier regression analysis. According to the Pearson's correlation analysis, body fat percentage significantly has positive associtation with physical fitness (p< 0.000, r= 0.38). Body mass index was significantly has postitive association with physical fitness only for males employees (p<0.05, r= 0.301). Physical acitivities (p< 0.05, r= -0.304), vitamin B1 intake (p< 0.05, r= -0.204), and vitamin B6 intake (p<0.05, r= -0.216) significantly has negative associations' with employees fitness. It is recommended for employees to improve their regular physical activities and balancing their nutrient's intake based on recommended dietary allowance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
Abstrak :
[ABSTRAK
Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047), Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan mahasiswi yang mengalami defisiensi.
ABSTRACT
Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle, which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual syndrome compared with students who are deficient;Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle, which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual syndrome compared with students who are deficient, Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle, which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual syndrome compared with students who are deficient]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarti
Abstrak :
Keberhasilan terapi hemodialisis (HD) dapat terhambat dengan adanya malnutrisi atau Protein Energy Wasting (PEW) akibat asupan gizi kurang, abnormalitas metabolisme terutama asam amino, fungsi residual ginjal dan dosis dialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi dan konseling gizi intensif terhadap pengetahuan, sikap, perilaku kepatuhan diet dan status gizi pasien HD. Lokasi penelitian untuk pengambilan data kelompok perlakuan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dan untuk kelompok kontrol di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Penelitian menggunakan randomized pretest-posttest control group design dengan sampel 77 pasien (38 orang pria (50.6%) dan 39 orang wanita (49.4%)), rata-rata usia 46.71 ± 9.40 tahun. Didapatkan peningkatan pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p = 0,0001) serta profil perilaku kepatuhan diet lebih baik (p = 0,0001). Intervensi ini efektif meningkatkan asupan energi (p = 0,012) dan lemak (p = 0,0001) serta selisih akhir asupan protein dan asupan karbohidrat lebih tinggi meskipun belum signifikan(p= 0,102 dan 0,091). Peningkatan IMT perlakuan lebih tinggi (0,25 + 0,27 vs 0,18 + 0,18 kg/m2) meskipun tidak signifikan (p = 0,744 & 0,856). Rata-rata LLA cenderung tetap (Δ 0.00 + 0,13 cm, p = 1,000), sementara kelompok kontrol menurun (-0.24 + 0.01cm, p=0,789). Rata-rata trisep skinfold cenderung meningkat sementara kelompok kontrol cenderung menurun (Δ 0.44 + 0.11 mm vs -0.24 + 0.02 mm, p= 0,737, 0,880). Terjadi peningkatan rata-rata persentase lemak total pada kedua kelompok, dan peningkatan pada kelompok kontrol lebih tinggi (0.79 + 1.93% vs 0.23 + 0.87%), meskipun belum signifikan(p=0.913 dan 0,766). Rata-rata massa otot kedua kelompok menurun dan penurunan kelompok kontrol lebih tinggi (-0.36 + 0.30 kg dan -0.31 + 0.66 kg, p=0.894 dan 0,874). Rata-rata persentase cairan tubuh total kelompok perlakuan menurun dan penurunan kelompok perlakuan lebih tinggi (-0.56 + 1.31% vs -0.52 + 4.39%) meskipun belum signifikan (p=0.813 dan 0,644). Status hidrasi pasien sangat fluktuatif dan memungkinkan pengaruh terhadap estimasi komposisi tubuh dalam penelitian ini. Edukasi dan konseling gizi intensif terbukti efektif dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku diet, signifikan terhadap asupan energi dan lemak, profil asupan protein dan karbohidrat yang lebih baik meskipun belum bermakna, profil IMT, LLA dan trisep skinfold serta massa otot dan persentase cairan yang lebih baik dibanding kelompok kontrol meskipun belum signifikan. ......The effectiveness of haemodialysis could inhibited by dietary nonadherence mainly due to lack of protein and energy intake that caused Protein Energy Wasting (PEW). PEW also caused by poor nutrient intake, abnormal nutrient metabolism (amino acids), renal residual function and dialysis dose. We studied impact of education and intensive nutrition counseling on hemodialysis patient's knowledge, attitude, dietary compliance and nutritional status. The study was conducted at Jakarta Islamic Hospital region of Cempaka Putih and Pondok Kopi. The study used random pretest-posttest control group design and of 77 patients, 38 were man (50.6%) and 39 were woman (49.4%), the mean of age was 46.71 ± 9.40 years old. There were increased knowledge (p = 0.0001), increased attitudes (p= 0.0001) and better diet compliance profile (p=0.0001). The intervention was significantly effective on increasing intake of energy (p=0.012), fat (p=0,0001), and higher difference in protein intake and carbohydrate intake but not significant (p=0,102 and 0,091). There was increase but not significant in BMI (0,25 + 0,27 vs 0,18 + 0,18 kg/m2, p = 0,744 and 0,856) and tricep skinfold (Δ 0.44 + 0.11mm vs -0.24 + 0.02 mm, p= 0,737 and 0,880). There was no improvement in MUAC (Δ 0.00 + 0,13 cm, p = 1,000) but decrease in control group (-0.24 + 0.01cm, p=0,789) eventhough not significant. Despite these are not statistically significant, there were improvement on percentage total fat (0.23 + 0.87% + 0.79 + 1.93% vs p=0.913 and 0,766), declining on muscle mass (-0.31 + 0.66 kg -dan 0.36 + 0.30 kg, p=0.894 and 0,874) and declining on percentage body water (-0.56 + 1.31% vs -0.52 + 4.39%, p=0.813 dan 0,644). The patient's hydration status was highly fluctuate and allows an influence on body composition estimates in this study. Education and intensive nutrition counselling was found to be effective in improving knowledge, attitudes, diet compliance behavior profile, significant improving energy and fat intake. In addition the intervention of this study provides a better profile of protein and carbohydrate intake, a better profile of BMI, MUAC, tricep skinfold, muscle mass, and percentage body water although not significant yet.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
Abstrak :
Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas. ......Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cipako Sinamo
Abstrak :
Skripsi ini membahas hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat, lemak dan protein), asupan zat gizi mikro (thiamin, riboflavin, piridoksin, vit.C dan Fe), dan aktivitas fisik dengan VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 81 mahasiswa Reguler Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI angkatan 2010 dan 2011. VO2max diukur dengan menggunakan alat Fitmate Med Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan negatif antara IMT (r= -0,231) dan persen lemak tubuh (r= -0,447) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Terdapat hubungan positif antara asupan Fe (r=0,231), dan aktivitas fisik (r=0,338) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada atlet dengan pengendalian yang lebih ketat terhadap faktor-faktor lain yang berpotensi menyebabkan bias dalam penelitian agar korelasi variabel indepenen dengan data VO2max dapat merepresentasikan kekuatan hubungan yang sebenarnya. ......This thesis discusses the relationship between body mass index (BMI), body fat percent (BFP), the intake of macro nutrients (calories, carbohydrates, fats and proteins), the intake of micro nutrients (thiamin, riboflavin, pyridoxine, vit. C and Fe), and physical activity with VO2max. The study was a quantitative study with cross sectional design conducted in 81 undergraduate students of Public Health University of Indonesia majoring Nutrition in 2012. VO2max was measured by using Fitmate Med. The result of correlation test showed a negative relationship between BMI (r= -0,231) and percent body fat (r= -0,447) with VO2max in the overall respondents. Artifacts positive association between intake of Fe (r=0,231) and physical activity (r=0,338) with VO2max in the overall respondents. There were no significant relationship between other independent variables with VO2max. Further research is needed with larger samples in athletes with a more strict control of other factors that could potentially lead to bias in the study so that the data correlation with VO2max independen variables can represent the real strength of the relationship.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Herlina
Abstrak :
Di desa Bojonggede kasus gizi kurang meningkat setiap tahunnya, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di desa tersebut. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data primer menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengunakan indikator CIAF (Composite Index of Antopometric Failure) ini menemukan 34,5% balita mengalami gangguan pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah stunting (0,711). Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang bermakna (p value=0,000) antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB). Sedangkan faktor-faktor determinan lain (asupan gizi, pola asuh, dan karakteristik keluarga ) menunjukkan kecenderungan yang positif dengan terjadinya gizi kurang namun tidak memiliki hubungan yang bermakna.
At the village Bojonggede malnutrition cases increasing every year, the purpose of the study was to determine the factors that affect the nutritional status of children in the village. Design used in this study was cross sectional using primary data using questionnaires. The results using indicators CIAF (Composite Index of Anthroopometric Failure) found that 34.5% of infants had growth problems and biggest contribution is stunting (0.711). The analysis showed significant association (p value = 0.000) between maternal education and knowledge of the nutritional status (BB/U, TB/U and BB/TB). Where as the other determinant factors (nutrition, parenting, and family characteristics) showed a positive trend in the occurrence of malnutrition but does not have a meaningful relationship.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutajulu, Herlin Mey Sartika
Abstrak :
Skripsi ini membahas gambaran asupan makanan (asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak) dan faktor-faktor lain (karakteristik individu, kebiasaan sarapan pagi, faktor genetik, aktivitas fisik, dan durasi waktu tidur) dengan obesitas pada pegawai Unit Pelayanan Gizi PKSC Jakarta Tahun 2012. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan disain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total populasi, dengan sampel penelitian sebanyak 57 orang. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan 2 jenis uji statistik yaitu Uji Korelasi dan Uji Beda Dua Mean (Uji T). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata PLT pegawai adalah 31,92% ± SD 14,60%. Hasil analisis bivariat menunjukkan karakteristik individu (jenis kelamin dan umur), asupan energi, asupan karbohidrat, dan frekuensi kebiasaan sarapan pagi memiliki hubungan signifikan dengan obesitas, sedangkan asupan protein, asupan lemak, faktor genetik, aktivitas fisik dan durasi waktu tidur tidak memiliki hubungan signifikan dengan obesitas. Saran yang dapat diberikan adalah pegawai harus memperhatikan asupan makanan, melakukan aktivitas fisik berupa olahraga, menerapkan pedoman umum gizi seimbang, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Di samping itu, PKSC juga memberikan penyuluhan dan konsultasi tentang gizi dan kesehatan bagi pegawai bersama ahli gizi. ......This thesis talks about description food intake (energy intake, carbohydrate, protein, and fat) and other factors (characteristics of respondents, breakfast frequency, genetic factor, physical activity and sleep duration) with obesity of nutritional care employees at St. Carolus Jakarta Health Care in 2012. The study used descriptive study with cross sectional design. Sampling was conducted using total population, with sample study as many as 57 respondents. Data analysis included univariate and bivariate analysis. Bivariate analysis performed with two types of statistical tests, Correlation Analysis and Independent Samples T-Test. The study result showed that mean of body fat percentage of employees is 31,92% ± SD 14,60%. Results of bivariate analysis showed characteristics of respondents (gender and age), energy intake, carbohydrate intake and breakfast frequency have a significant relation with obesity, whereas protein intake, fat intake, genetic factor, physical activity and sleep duration does not have a significant relation with obesity. I suggest that employees start to concern with they food intake, applying general guidelines for balanced nutrition, do physical activity of sports, and do periodic medical examination. Beside that, St. Carolus Jakarta Health Care can provide counseling and consultation about nutrition and health for employees with nutritionist.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>