Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Desi Johana Indrianti
"Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia semenjak tahun 1997 berdampak langsung kepada kinerja industri semen. Turunnya nilai kurs rupiah dan melemahnya permintaan semen domestik memberi dampak negatif pada kondisi finansial PT X. Hingga pada akhir tahun 2000, komposisi hutang perusahaan dalam denominasi dollar Amerika sebesar 97,7% dari total hutang perusahaan. Hal ini membebani keuangan perusahaan mengingat sebagian besar pendapatan bisnis semennya berasal dari pasar domestik.
Semenjak tahun 1997 hingga 1999 volume penjualan perusahaan cenderung mengalami penurunan dan kapasitas terpasang melebihi volume produksinya. Kondisi ini menyebabkan terganggunya kelancaran arus kas guna pembayaran kewajiban ? kewajiban yang sudah jatuh tempo.
Terhitung sejak Bulan Agustus 1998, perusahaan mengajukan permohonan penundaan pembayaran pokok dan bunga pinjaman kepada seluruh kreditur. Pada akhir tahun 2000 disepakati restrukturisasi hutang perusahaan dengan perpanjangan jangka waktu pinjaman menjadi 8 tahun mulai Bulan April 2001. Selain itu terdapat investor asing yang bersedia mengambil alih sebagian hutang PT X dan menukarkannya dengan saham perusahaan.
Berdasarkan hasil proyeksi laporan keuangan diperoleh kondisi keuangan yang membaik ditandai dengan mulai terpenuhinya beberapa persyaratan rasio keuangan dan menurunnya level indebtedness perusahaan. Current ratio (CR) pada tahun 2000 naik dari 0,23 di tahun sebelumnya menjadi 3,25. Net working capital ( NWC ) pada tahun-tahun tersebut mengalami negatif yang dìsebabkan tingginya beban cicilan hutang. Walaupun CR sempat diproyeksikan menurun dari 1,82 pada 2001 hingga menjadi 0,97 di 2007, pada 2008 diperkirakan meningkat menjadi 1,56. Kondisi CR dan NWC yang diproyeksikan tersebut pertu dicermati perusahaan agar Iebih memperhatikan manajemen likuiditasnya. Persyaratan rasio lain yang terpenuhi adalah total debt to equity ratio yang diproyeksikan menurun dari 9,41 pada tahun 2000 menjadi 0,56 di akhir periode proyeksi dan time interest earned yang diperkirakan meningkat dari -0,97 tahun 2000 menjadi 40,46 di tahun 2008
Adapun hasil dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan sebesar 5% pada asumsi harga dan volume penjualan tidak mempengarubi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajibannya. Penurunan volume penjualan dan harga jual diproyeksikan menurunkan kas pada tahun 2004 hingga 2007. Namun defisit tersebut masih dapat tertutupi oleh saldo kas akhir tahun lalu.
Guna mencapai keberhasilan pelaksanaan restrukturisasi hutang., perusahaan disarankan untuk menjaga kelancaran arus kas masuknya dengan meningkatkan ekspornya. Walaupun dari hasil proyeksi menunjukkan adanya peningkatan volume penjualan domestik, perusahaan hendaknya tetap fokus untuk memperkuat penetrasi pasar ke negara-negara tujuan ekspornya selama ini yang meliputi kawasan Asia Tenggara, Asia Tengah dan Afrika. Masuknya investor asing yang memiliki pengalaman di bidang yang sama dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki teknologi informasi perusahaan bagi koordinasi jaringan operasionalnya sehingga mampu meningkatkan efisiensi.
Bagi para kreditur, diharapkan hasil dan analisis ini dapat dipergunakan sebagai informasi tambahan yang bermanfaat dalam penentuan negative covenant perusahaan dan sebagal bahan masukan dalarn Penyusunan business plan PT X."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Wiono
"Tidak ada batasan yang tetap dan pasti mengenai pembangunan, yang ada hanyalah merupakan saran-saran mengenai apa yang harus ditunjukkan oleh pembangunan dalam konteks tertentu, misalnya ekonomi. Pembangunan sendiri pada dasarnya terkait dengan masalah perubahan, yang mencakup pada masalah-masalah politik, ekonomi maupun sosial. Teori pembangunan berhubungan erat dengan strategi pembangunan, dalam hal perubahan struktur ekonomi dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan tersebut berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para penentu kebijaksanaan dalam masyarakat. Selain teori dan strategi pembangunan, ideologi pembangunan memegang peranan penting, karena menyangkut pada landasan apa pembangunan itu akan diletakkan.
Pembahasan masalah pembangunan ekonomi disini memiliki konteks terhadap realitas ekonomi negara-negara dan kawasan-kawasan, khusuanya di Dunia Ketiga. Hal ini yang kami gunakan sebagai tema skripsi ini. Untuk itu kami menggunakan kerangka-kerangka pemahaman yang sederhana, yang dapat memberikan suatu gambaran karakteristik kehidupan ekonomi dari negara-negara dan kawasan-kawasan di Dunia Ketiga. Skripsi ini kami batasi pada pembahasan teori pembangunan ekonomi seperti yang diutarakan oleh Todaro, dalam kaitannya dengan teori-teori pembangunan yang berkembang sampai sekarang, khususnya analisis yang dibuat oleh Bjorn Hettne.
Dalam bab pertama kami babas tentang permasalahan pembangunan ekonomi secara umum, pandangan-pandangan tentang pembangunan, nilai-nilai yang mendasari pembangunan, masalah-masalah yang timbul antara pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan kemiskinan, serta alternatif lain yang ditawarkan oleh Todaro. Negara-negara Dunia Ketiga baik di Asia, Afrika maupun Amerika Latin, pada umumnya merupakan negara-negara bekas jajahan bangsa-bangsa Eropa Barat Yang pada era 20-tahun pertama setelah kemerdekaannya, lebih mengkonsolidasikan diri dalam perubahan sosial-ekonomi dan politiknya, daripada pembangunan nasional dalam arti yang sebenarnya. Memang terdapat peningkatan pendapatan balk secara nasional maupun perkapita, tetapi tidak selalu membawa hasil pemerataan yang memuaskan. Sebagian mereka hidup dalam serba kecukupan bahkan sebagian lagi secara berlebihan, di pihak lain hidup serba kekurangan dan kesulitan. Problema-problema pokok tersebut antara lain, masalah-masalah kemiskinan, ketidaksamaan, pengangguran dan stagnasi pedesaan.Masalah-masalah saling ketergantungan ekonomi dunia dalam bidang-bidang pangan, energi, sumber-sumber daya alam, teknologi dan keuangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Rucita
"Penulisan karya akhir ini membahas asumsi mortalita yang digunakan dalam perhitungan premi produk asuransi jiwa mikro bersama, Si Peci. Dalam menentukan premi untuk Si Peci, asumsi mortalita yang digunakan adalah Tabel Mortalita Indonesia 2011. Pada karya akhir ini, dilakukan perbandingan hasil perhitungan premi Si Peci menggunakan asumsi mortalita Tabel Mortalita Indonesia 2011 dengan tingkat mortalita yang berbeda-beda, yakni tingkat mortalita yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, tingkat mortalita Indonesia berdasarkan U.S. Central Intelligence Agency, Angka Kematian Kasar Indonesia berdasarkan The World Bank, serta tingkat mortalita berdasarkan The Comissioner's Standard Ordinary 2001 (CSO 2001) Mortality Table untuk tertanggung dengan risiko Super Preferred (non-smoker), Preferred (non-smoker dan smoker), dan Residual Standard (non-smoker dan smoker). Selain itu, diamati pula tren penjualan, profil kepesertaan, dan pola klaim yang terjadi atas produk asuransi mikro Si Peci. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa asumsi mortalita yang saat ini digunakan untuk perhitungan premi produk asuransi mikro Si Peci kurang sesuai dengan kondisi sebenarnya.

This thesis discuss about the mortality assumption used in premium calculation of life micro insurance product sold through consortium, named Si Peci. Premium calculation of Si Peci uses Tabel Mortalita Indonesia 2011 that constructed based on the analysis of individual mortality rate from several insurance companies in Indonesia. On this final assessment, the result of Si Peci premium calculation using mortality assumption mentioned above, is compared to the result of premium calculation with some other mortality assumptions, that are mortality rate of Indonesia according to Badan Pusat Statistik, mortality rate of Indonesia according to U.S. Central Intelligence Agency, Indonesia Death Crude Rate according to The World Bank, and mortality rate based on The Comissioner?s Standard Ordinary 2001 (CSO 2001) Mortality Table for Super Preferred (nonsmoker), Preferred (non-smoker and smoker), also Residual Standard (nonsmoker dan smoker). Moreover, sales figure, participation profile, and claim pattern of Si Peci are examined. Result of this observation show that the mortality assumption used is less appropriate for the current condition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Lukmanul Hakim
"Penelitian ini membahas perancangan dan pengujian sistem ekonomi dengan asumsi yang diambil dari 2 dua perspektif yaitu dengan metode penyedia jasa dan metode asumsi pembelian besi tua borongan. Penutuhan kapal ship recycling telah dianggap sebagai alternatif terbaik untuk mengatasi masalah akan usia kapal yang sudah tidak produktif lagi. Saat ini teknologi untuk penutuhan di Indonesia sendiri tidak begitu maju ketimbang negara yang sudah menjalankan seperti Turki. Jika dibandingkan dengan Bangladesh maka kita bisa dikatakan mirip, hanya saja untuk jangkauan pasar masih kurang. Pengembangan galangan juga diperlukan sebagai bentuk dukungan akan sarana dan prasaran yang memadai untuk menjalankan industri ini. Selain itu juga pemerintah juga harus memberi dukungan karena akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dikerjakan nantinya pada industri ini. Selain itu juga sistem kerja dan sistem ekonominya juga harus ditinjau dan diperbaharui agar industri ini layak untuk dikembangkan di Indonesia.

The focus of this study is about design and economical system testing with some assumes from two perspectives. The two perspectives is shipyard as service seller and shipyard as buyer of old scrap metal whole sale. Ship recycling has been considered the best alternative to solve problem about ageing ship to dispose of obsolete. For this time the technology of ship recycling in Indonesia is not good if we compared with country that has been running this industry for along time ago, as an example Turkey. But, if we compare with Bangladesh we have similarity about the work system and technology. About the market scope, we one step behind them. Development of shipyard also necessary as support of facilities and infrastructure to running this industry. Beside of them, the government also give their support, because will be affected for the future of this industry. Work system and economical system should more observating in order that this industry is feasible to develop in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Ramadhani
"Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak perubahan PSAK 24 Imbalan Kerja Revisi 2013 terhadap ekuitas, penghasilan komprehensif lain other comprehensive income/OCI, dan imbal hasil saham. Penelitian menggunakan perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2013 ndash; 2016 sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukan perubahan ekuitas sesudah penerapan PSAK 24 Imbalan Kerja Revisi 2013 lebih tinggi dibandingkan sebelum penerapan. Keuntungan kerugian aktuarial mendominasi penghasilan komprehensif lain perusahaan baik dari sisi keberadaan maupun nilai.
Pada 2015 dan 2016 terdapat lebih dari 95 perusahaan yang menyajikan keuntungan kerugian aktuarial sebagai komponen OCI. Dari sisi nilai, rata-rata proporsi keuntungan kerugian aktuarial melebihi 50 dari total OCI perusahaan. Asumsi signifikan yang paling banyak diungkapkan adalah tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji. Tingkat diskonto terbukti berkorelasi positif dengan OCI dari keuntungan kerugian aktuarial, sedangkan tingkat kenaikan gaji berkorelasi negatif dengan keuntungan kerugian aktuarial. OCI dari keuntungan kerugian aktuarial terbukti berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham.

This study aims to analyze the impact of changes in Statement of Financial Accounting Standards Indonesia PSAK 24 Employee Benefits Revised 2013 to equity, other comprehensive income OCI, and stock returns. This research using companies listed on Indonesia Stock Exchange IDX 2013 2016 as a sample. The results show changes in equity after the application of PSAK 24 Employee Benefits Revised 2013 is higher than before. Actuarial gains losses dominate the company 39s other comprehensive income both in terms of existence and value.
In 2015 and 2016 there are more than 95 of companies that report actuarial gains losses as OCI components. In terms of value, the average proportion of actuarial gains losses exceeds 50 of the total OCI of the firm. The most significantly disclosed assumptions are the discount rate and the salaries growth. The discount rate proved to be positively correlated with OCI of actuarial gains losses, whereas the salaries growth is negatively correlated with actuarial gains losses. This study find OCI from actuarial gains losses significantly ascociated with stock return.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tattys Miranti Hedyana
"Analisa biaya adalah suatu analisa yang dilakukan terhadap biaya-biaya yang telah dìkeluarkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Analisa biaya diperlukan oleh setiap perusahaan, selain untuk mengetahui perilaku biaya selama perusahaan beroperasi, juga untuk dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian usaha, dan penetapan harga jual produk. Analisa biaya dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengiin kebutuhan perusahaan. antara lain metode analisa biaya-volume-laba, metode analisa biaya diferensial. metode komparatif, metode alokasi biaya, dan lain-lain.
Dalam perusahaan asuransi jiwa, analisa biaya dapat juga dilakukan untuk menentukan asumsi biaya yang digunakan dalam penentuan tarif premi suatu produk huni serta untuk memvalidasi asumsi biaya yang digunakan dalam tarif premi produk yang sedang dipasarkan. Penentuan asumsi biaya untuk produk baru yang sesual dengan karakteristik perusahaan sangat penting dilakukan, untuk menjamin agar premi yang dikenakan memadai untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis dan untuk menutup biaya yang dikeluarkan produk tersebut. Validasi asumsi biaya juga diperlukan untuk menilai apakah asumsi tersebut masih layak atau tidak jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, mengingat asumsi blaya, seperti halnya asumsi lainnya, digunakan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
Untuk tujuan tersebut, analisa biaya dapat dilakukan dengan menggunakan metode alokasi biaya, dimana transaksi-transaksi biaya yang secara normal dicatat berdasarkan akun dan pusat biaya. dialokasikan ke dalam bidang usaha dan/atau fungsi kerja. Dalam proses pengalokasian terdapat 4 metode alokasi yang dapat digunakan, yaitu:
1. alokas Iangsung (direct allocation)
2. alokasi berdasarkan kegiatan (activity-based allocation)
3. alokasi berdasarkan indeks (index-based allocation)
4. alokasi dengan penyesuaian (judgmental allocation).
Pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses pengalokasian tergantung pada struktur pencatatan biaya yang dimiliki perusahaan dan imaginasi masing-masing analis. Dalam suatu proses pengalokasian, dapat digunakan lebih dari satu metode yang berbeda untuk fungsi atau jenis bìaya yang berbeda. Dengan menggunakan metode alokasi biaya akan diperoleh hasil analisa, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan asumsì biaya dalam penetapan tarif premi untuk procluk baru dan untuk memvalidasi asumsi biaya yang digunakan dalam tarif premi produk yang sedang dipasarkan.
Berdasarkan struktur biaya pada tarif premi, biaya diaiokasìkan berdasarkan biaya tahun pertam.a (first year) dan tahun-tahun berikutnya (renewal). Biaya-biaya tersebut didistribusikan menurut jumlah uang pertanggungan, jumlah polis, dan persentase premi. Proses pendistribusian biaya ini disesuaikan berdasarkan pengalaman dan karakteristik perusahaan, khususnya dalam penentuan persentase distribusi.
Metodologi ini dapat menghasilkan analisa biaya yang lebih akurat dan terperinci, karena biaya lebih dialokasikan berdasarkan kegiatan yang berkaitan dengan produk tersebut. Namun demikian. metode ini masih bergantung pada subyektivitas dan adjustment dan analis, sehingga basil yang diperoleh dapat bervariasi.
Dalam studi kasus dengan rnenggunakan data dan perusahaan PT Asuransi Jiwa ABC. hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa asumsi yang dihasilkan berdasarkan metodologi ini mendekati asumsi yang digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa ABC dalam tarif preminya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Erfina Ningsih
"ABSTRAK
Generasi Milenial diakui sebagai kelompok yang kuat dalam angkatan kerja. Berada pada usia produktif, PNS generasi milenial jelas menjadi bagian organisasi birokrasi yang perlu dipertimbangkan. Schein dalam teorinya mengenai budaya organisasi mengemukakan bahwa asumsi dasar merupakan esensi budaya. Artinya ketika ingin memahami isi budaya organisasi, maka meniliknya pada level asumsi merupakan pilihan yang paling baik karena asumsi merupakan esensi budaya. Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan tentang bagaimana asumsi dasar budaya organisasi birokrasi pada generasi milenial pegawai negeri sipil di Kementerian Pariwisata serta bagaimana konsep budaya kerja yang dihasilkan dari asumsi dasar budaya organisasi birokrasi pada generasi milenial. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis. Temuan dari hasil penelitian menunjukan bahwa faktor distribusi kekuasaan dan status serta misi organisasi berperan penting dalam pembentukan asumsi budaya organisasi. Perilaku budaya kerja yang muncul dikalangan milenial generasi Y bahwa kepuasan dalam bekerja didapatkan ketika memperoleh pengetahun baru, paradigma baru dalam menganalisis sebuah permasalahan, serta dapat mengimplementasikan ide-ide nya dalam ruang lingkup pekerjaanya. Sedangkan milenial generasi Z memperoleh kepuasaan dari pekerjaannya ketika mereka mengerjakan pekerjaan sesuai dengan passion, sifat pekerjaan yang dinamis (tidak rutinitas), dan mendapatkan apresiasi dari pimpinan.

ABSTRACT
Millennials are recognized as a tenacious group in the workforce. Being in the productive age, Millennials civil servants are clearly need to be considered as a part of bureaucratic organization. Schein in his theory of organizational culture suggests that basic assumptions are the essence of culture. Therefore, to understand an organizational culture, examination at the level of basic assumptions need to be done. This study will explain the basic assumptions of bureaucratic organizational culture within Millennials civil servants in the Ministry of Tourism and explain the concept of work culture that is generated from the assumptions. This research is a qualitative study with constructivist paradigm. The findings found that the factor of power, status and mission distribution play an important role in the formation of organizational cultural assumption. The work culture behavior that emerges among the Y Millennials shows that satification is obtained through acquiring new knowledge, finding new paradigm in analyzing a problem, and implementing ideas within the scope of the work. Whereas satisfication of Z Millenialls is achieved when they are doing jobs according to their passion, working in dynamic nature (not routine), and obtaining appreciation from the leaders.

"
2019
T53355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Nur Amalia
"Laporan magang ini membahas mengenai evaluasi atas pengungkapan akun Imbalan Kerja pada PT Euphoria, PT Dope, dan PT Lost berdasarkan PSAK 24 Imbalan Kerja yang dilakukan dalam rangka melakukan kegiatan quality assurance di Divisi Quality Assurance di KAP SAN. Ketiga perusahaan tersebut memiliki Program Imbalan Pasti yang menjadi pembahasan utama dalam laporan magang ini. Di dalam laporan keuangan masing-masing, ketiga perusahaan mengungkapkan bahwa mereka menggunakan metode Projected Unit Credit untuk menghitung Program Imbalan Pasti. Diungkapkan juga mengenai risiko aktuaria yang timbul akibat adanya Program Imbalan Pasti, serta asumsi aktuaria yang digunakan dalam menghitung Program Imbalan Pasti. Ketiga perusahaan juga mengungkapkan analisis sensitivitas terkait dengan asumsi aktuarial yang signifikan. Terdapat perbedaan pada penyajian Imbalan Kerja ketiga perusahaan pada laporan keuangan masing-masing. Perbedaan lain terdapat pada asumsi tingkat kematian dan tingkat gaji yang digunakan oleh ketiga perusahaan tersebut. Berdasarkan evaluasi, ketiga perusahaan sudah mengungkapkan informasi mengenai Imbalan Kerja di Laporan Keuangan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam PSAK 24, kecuali PT Euphoria yang belum mengungkapkan informasi mengenai sifat dari imbalan program yang dimilikinya. Selain evaluasi, laporan magang ini juga akan membahas mengenai refleksi diri selama menjalankan magang di KAP SAN. Melalui refleksi diri, dapat diketahui kelebihan dan kekurangan pada diri.

The topic of this internship report is about evaluation of disclosure of Employee Benefits at PT Euphoria, PT Dope, and PT Lost based on PSAK 24 Employee Benefits, which is done in the context of doing quality assurance activities in the Quality Assurance Division of KAP SAN. The three companies mentioned all have Defined Benefit Program which will be the main focus of this report. In the financial report, each company discloses that they use the Projected Unit Credit method to calculate the Defined Benefit Program. They also disclose the risks that arise from the existence of the Defined Benefit Program, as well as the actuarial assumptions used to calculate the Defined Benefit Program. The three companies also disclose sensitivity analysis regarding significant actuarial assumption. There is a difference in the presentation of Employee Benefits of the three companies in each of their financial statements. Other differences are in the mortality rates and salary rates used in the three companies. Based on the evaluation, the three companies have disclosed information on Employee Benefits in each of their Financial Statements in accordance with PSAK 24, except for PT Euphoria who has not disclosed the information about the nature of benefits of the program it has. Other than evaluation, this internship report will also discuss about self reflection during doing the internship program at KAP SAN. Through self reflection, strengths and weaknesses of self are able to be known."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Veren Yoshevania Sattvadharma
"Terminologi desekuritisasi muncul di masa pasca Perang Dingin bersamaan dengan munculnya konsep sekuritisasi. Sejak kemunculan pertamanya pada tulisan karya Ole Wæver tahun 1995, konsep ini telah berkembang melalui literatur-literatur yang membahas dan mengadaptasi konsep ini. Setelah dikaji melalui berbagai perspektif dan contoh kasus, pembahasan desekuritisasi memerlukan peninjauan dalam bentuk suatu tinjauan pustaka. Tulisan ini bertujuan untuk meninjau perkembangan literatur mengenai pembahasan desekuritisasi dalam ilmu hubungan internasional. Tulisan ini meninjau 35 literatur yang telah terakreditasi secara internasional mengenai konsep desekuritisasi. Berdasarkan metode taksonomi, literaturliteratur tersebut dibagi ke dalam empat tema umum yang terdiri atas (1) asumsi dasar dan makna desekuritisasi, (2) fitur-fitur analisis desekuritisasi dan aplikasinya, (3) desekuritisasi dan efeknya terhadap politik, serta (4) komponen-komponen desekuritisasi. Tulisan ini
berupaya untuk memaparkan konsensus, perdebatan, dan kesenjangan antar literatur terkait desekuritisasi. Selain itu, tulisan ini juga menyorot sejumlah tren dalam perkembangan literatur desekuritisasi, seperti persebaran tema, persebaran perspektif penulis, dan persebaran asal
penulis. Melalui tinjauan pustaka ini, penulis menggarisbawahi minimnya konsensus dan kelonggaran makna konsep desekuritisasi dalam perkembangan literaturnya mengenai topik ini. Tulisan ini turut melihat adanya dominansi topik bagaimana proses desekuritisasi berjalan sebagai topik utama bahasan pengkajian desekuritisasi. Tulisan ini kemudian merekomendasikan sejumlah agenda penulisan lanjutan, dan menekankan perlu adanya diversifikasi ragam perspektif dan tema dalam bahasan desekuritisasi terutama mengenai kaitan desekuritisasi dengan politik negara dan bentuk kebijakan desekuritisasi tepat guna.

The terminology of desecuritization emerged in the post-Cold War period along with the emergence of the concept of securitization. Since its first appearance in the writings of Ole Wæver in 1995, this concept has developed through literature that discusses and adapts it. After
reviewing through various perspectives and case examples, the discussion on desecuritization requires a review in the form of a literature review. This paper aims to examine the development of literature regarding the discussion of desecuritization in the science of
international relations. This paper reviews 35 internationally accredited literature on the concept of desecuritization. Based on taxonomic methods, those literature are divided into four general themes consisting of (1) underlying assumptions and the meaning of desecuritization, (2) features of desecuritization analysis and its aplications, (3) desecuritization and its effects on politics, and (4) desecuritization components. This paper seeks to describe the consensus, debates, and gaps between the literature related to desecuritization. Besides, this paper also highlights several trends in the development of the literature desecuritization, such as the
distribution of themes, the distribution of the perspectives of the authors, and the distribution of the authors' origins. Through this literature review, the author underlines the lack of consensus and leniency of the meaning of the concept of desecuritization in the development of the literature on this topic. This paper also looks at the dominance of the process of securitization as the main topic of discussion on desecuritization studies. This paper then recommends a number of further writing agendas and emphasizes the need to diversify the diversity of perspectives and themes in the discussion of desecuritization, especially regarding the relationship of desecuritization to state politics and the form of appropriate desecuritization policies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library