Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dr. Rahmi Afifi
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui gambaran arteri karotis pada pemeriksaan ultrasonografi Doppler berwarna pada pasien-pasien stroke iskemik di RSUPN CM. Bahan dan Cara: Tiga puluh satu pasien dengan stroke iskemik dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler berwarna pada arteri karotis bilateral. Semua pasien telah dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala dan penilaian adanya faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol dan merokok. Pada pemeriksaan ultranografi Doppler berwarna terhadap karotis, dinilai IMT, plak, diameter stenosis dan gangguan aliran. Selain itu dinilai juga hubungan antara faktor risiko terhadap terjadinya plak. Hasil: Dari 31 pasien stroke iskemik yang dilakukan ultrasonografi Doppler berwarna karotis didapatkan 16 pasien (51,6%) dengan penebalan intima, 21 pasien (67,7%) mempunyai plak pada arteri karotis. Sebagian besar plak berlokasi di bifurksio karotis (71,0%), dengan struktur heterogen dan permukaan reguler (74,2%). Hanya 2 plak (6,5%) yang menimbulkan stenosis lebih dari 50%. Sebanyak delapan belas (72%) dari 25 pasien penderita hipertensi dan 7 (70%) dari 10 pasien penderita diabetes mellitus mempunyai plak pada arteri karotis. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan lokasi plak tersering di bifurkasio karotis, struktur plak terbanyak heterogen dengan permukaan yang reguler. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor risiko terhadap terbentuknya plak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Agusman
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui gambaran atheroskierosis arteri karotis komunis dan arteri ekstremitas bawah (femoralis komunis) pada pasien stroke iskemik dengan USG Color Doppler dan pengaruh faktor-faktor resiko terhadap terjadinya atheroskierosis (plak). BAHAN DAN METODE Penelitian "cross sectional", dimulai dari bulan November 2004 sampai dengan April 2005. Penelitian pada 32 pasien stroke iskemik (berdasarkan klinis&CT Scan), menggunakan CDU, transduser 10 MHz. Dilakukan pemeriksaan CDU arteri karotis dan ekstremitas bawah (kanan-kiri) untuk melihat adanya penebalan intima-media, plak, dan pola aliran darah. Faktor-faktor resiko stroke (usia, jenis kelamin, DM, merokok, hiperkoleslerol, riwayat jantung dan stroke) pada pasien dicatat. Hasil dianalisa olch peneliti dan spesialis radiologi. HASIL Rata-rata diameter lumen arteri karotis komunis kanan dan kid adalah 0,89 dan 0,85 cm. Rata-rata diameter lumen arteri femoralis komunis adalah 0,90 dan 0,90 cm. Faktor resiko terbesar penyebab stroke adalah hipertensi (84,4%), disusul riwayat stroke (53,1%), diabetes militus (50,1%), merokok (46,9%), hiperkolesterol (31,3%), jantung (18,8%). Jumlah temuan penebalan intima-media pada arteri karotis dan femoralis komunis hampir sama. Tetapi temuan plak arteri femoralis komunis lebih sering dibandingkan pada arteri karotis komunis, dan pada uji Mc Nemar terdapat hubungan bermakna bahwa plak di arteri femoralis komunis lebih awal dibandingkan pada arteri karotis komunis. Lokasi plak tersering berada di biffurcatio. Pada penelitian ini tidak didapatkan stenosis bermakna, sehingga nilai PI dan RI masih dalam batas normal. Faktor resiko penyebab timbulnya plak tersering adalah hiperkolesterol, disusul DM, jantung, stroke, merokok. Semakin banyak Faktor resiko, maka sernakin besar kemungkinan terdapat plak di arteri karotis komunis dan terutama di arteri femoralis komunis. KESIMPULAN Temuan plak di arteri femoralis komunis lebih awal dan lebih sering terjadi dibandingkan di arteri karotis komunis, yang diduga sering mcnyebabkan pelepasan thrombus penyebab stroke iskemik
Purpose To asses atherosclerosis of common carotid artery and common femoral artery in patient with ischemic stroke, and risk factor that influence formation of atherosclerosis (plaque). MATERIALS AND METHODS Study cross sectional; begin from November 2004 to April 2005. Examinations of 32 patients ischemic stroke (based on clinical and CT Scan) use CDU, transducer 10 MHz. CDU carotid and femoral artery right-left was done to evaluated Intima-Media Thickness (IMT) and plaque. Risk factors of stroke (age, sex, diabetes, smoking, hipercholesterol, history of CAD and CVD); in patients being recorded. Reviewed by observer, radiologist. RESULT The mean lumen of diameter right and left command carotid artery is 0,89 and 0.85 cm. The mean of lumen diameter right and left command femoral artery is 0,90 and 0,90 cm. The most frequence risk factor causing ischemic stroke is hipert'nsi (84,4%), then follow history of CVD (53,1%), diabetes (50,1%), smooking (46,9%), hipercholesterol (31,3%), and CAD (18,8%). Amount of Intima-Media Thickness in carotid artery, as common as femoral artery. But plaque in common femoral artery more frequency than in common carotid artery, and with Mc Nemar test there is association that plaque finding in common femoral artery earlier than common carotid artery. Plaque location more frequent in biffurcatio. The most frequency risk factors causing plaque is hipercholesterol, then follow diabetes, CAD, stroke, smoking. Too much risk factor in ischemic stroke, too much plaque finding in common carotid artery and common femoral artery. CONCLUSION Plaque finding in common femoral artery more frequency and earlier than in common carotid artery that suspected release thrombus cause of ischemic stroke.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrul Mukminin
Abstrak :
Latar Belakang: Peningkatan prevalensi penderita diabetes melitus (DM) meningkatkan risiko aterosklerosis arteri karotis interna (internal carotid artery, ICA). Di negara maju, 85% kasus stroke terjadi akibat aterosklerosis karotis. Short chain fatty acid (SCFA) adalah produk metabolisme bakteri yang terutama disintesis di usus besar dan berperan mengurangi aktivasi endotel oleh mediator proinflamasi. Sehingga mencegah progresi aterosklerosis ICA. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan SCFA feses dengan gambaran ultrasonografi ICA pada penderita DM tipe 2 di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik jenis potong lintang. Data diperoleh dari seluruh pasien DM tipe 2 di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular RSCM. Meliputi kadar SCFA sampel feses dan gambaran ultrasonografi (carotid intima-media thickness (IMT), diameter lumen, peak systolic velocity (PSV), end diastolic velocity (EDV), dan flow volume). Uji korelasi Spearman dilakuan untuk memperoleh koefisien korelasi. Nilai p <0,05 bermakna signifikan. Hasil: Dari 30 subjek DM tipe 2, terdapat 12 laki-laki (40,0%) dan setengah populasi berusia >60 tahun. Hasil pemeriksaan IMT berhubungan signifikan dengan jenis kelamin (p=0,048). Kadar SCFA berhubungan signifikan dengan usia, yaitu asetat (p=0,029), proprionat (p=0,005), butirat (p=0,039), dan SCFA total (p=0,024). Kadar SCFA valerat berkorelasi signifikan dengan IMT (r = -0,237; p=0,034) dan diameter lumen (r = -0,243; p=0,031). Kesimpulan: Kadar SCFA feses berkorelasi dengan gambaran ultrasonografi arteri karotis interna. Nilai kadar SCFA feses pada pasien DM tipe 2 di RSCM lebih tinggi dibandingkan penelitian lain. Peningkatan kadar SCFA menurunkan risiko penyempitan arteri sklerosis interna ......Background: The increasing prevalence of diabetes mellitus (DM) increases the risk of atherosclerosis of the internal carotid artery (ICA). In developed countries, 85% of stroke cases occur due to carotid atherosclerosis. Short-chain fatty acids (SCFA) are products of bacterial metabolism which are mainly synthesized in the large intestine and play a role in reducing endothelial activation through pro-inflammatory mediators, thus preventing the progression of ICA atherosclerosis. This study aims to determine the correlation between faecal SCFA and ICA ultrasonography in patients with type 2 diabetes at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital (CMGH). Methods: This study is cross-sectional. Data were obtained from all type 2 DM patients in the Vascular and Endovascular Surgery Division. Data that were collected included faecal SCFA levels and ultrasonography examination (carotid intima-media thickness (IMT), lumen diameter, peak systolic velocity (PSV), end-diastolic velocity (EDV), and flow volume). Spearman correlation test was conducted to obtain the correlation coefficient. The p-value <0.05 was significant. Results: Of the 30 subjects, 12 were male (40.0%) and half the population was >60 years old. BMI examination results were significantly related to gender (p=0.048). SCFA levels were significantly related to age, including acetate (p=0.029), proprionate (p=0.005), butyrate (p=0.039), and total SCFA (p=0.024). SCFA valerate levels were significantly correlated with BMI (r = -0.237; p=0.034) and lumen diameter (r = -0.243; p=0.031). Conclusion: Fecal SCFA levels correlated with ultrasound images of the internal carotid artery. The value of faecal SCFA levels in type 2 DM patients at CMGH was higher than in other studies. Elevated SCFA levels decrease the risk of ICA narrowing or stenosis.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadli Rokyama
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan kateter vena sentral yang semakin banyak seiring meningkatnya mutu pelayanan kesehatan di kamar operasi dan ruang rawat intensif membuat risiko komplikasi juga semakin meningkat. Ultrasonografi direkomendasikan untuk menurunkan insiden komplikasi kanulasi vena jugularis interna. Namun, keterbatasan akses dan ketersedian ultrasonografi membuat metode penanda anatomi masih diminati walaupun insiden komplikasi mencapai 19 Merrer, 2011 , sehingga posisi yang tepat diharapkan dapat mengurangi insiden komplikasi. Rotasi kepala pada sudut tertentu mempengaruhi posisi vena jugularis interna dan arteri karotis. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh rotasi kepala kontra lateral terhadap jarak dan overlapping vena jugularis interna terhadap arteri karotis setinggi kartilago krikoid dengan bantuan ultrasonografi pada ras Melayu di Indonesia.Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional denga rancangan potong lintang pada pasien yang menjalani operasi bedah terencana di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent sebanyak 34 subyek diambil dengan metode consecutive sampling pada bulan Oktober 2016. Jarak dan rasio overlapping vena jugularis interna terhadap arteri karotis setinggi kartilago krikoid diukur dengan menggunakan ultrasonografi dua dimensi pada sudut rotasi kontra lateral 0o, 30o, 45o, 60o. Data diolah menggunakan program SPSS 21. Uji Anova digunakan untuk melihat hubungan jarak vena dan rasio overlapping jugularis interna terhadap arteri karotis dilanjutkan dengan uji post hoc Tukey.Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna jarak dan overlapping vena jugularis interna dan arteri karotis setinggi kartilago krikoid pada ras Melayu di Indonesia pada sudut rotasi kepala kontra lateral 0o, 30o, 45o, 60o p < 0,001 . Terdapat hubungan antara berat badan dan tinggi badan terhadap rasio overlapping vena jugularis interna dan arteri karotis. Tidak Terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia dan Indeks Massa Tubuh IMT terhadap rasio overlapping vena jugularis interna dan arteri karotis.Simpulan: Terdapat pengaruh rotasi kepala kontra lateral terhadap jarak dan overlapping vena jugularis interna dan arteri karotis setinggi kartilago krikoid dengan bantuan ultrasonografi pada ras Melayu di Indonesia.Kata kunci: rotasi kepala kontra lateral, jarak dan overlapping vena jugularis interna dan arteri karotis, ras Melayu ABSTRACT Background The use of central venous catheters are widely increasing as well as improvement of health care quality in the operating theather and the intensive care unit. Complication incidences also increasing too. Ultrasound is recommended to decrease complication of internal jugular vein cannulation. However, limited access and availability to ultrasound makes anatomical landmark methods still in demand even though the incidence of complications was 19 Merrer, 2011 , exact position is expected to reduce the incidence of complications. Certain head rotation the position of the internal jugular vein and carotid artery. This study aims the effect of contra lateral head rotation to distance and overlapping of internal jugular vein and carotid artery at cricoid cartilage level by ultrasound guidance on the Malay race in Indonesia. Methods This study was analytical observational with cross sectional design in patients undergone elective surgery at Central Surgery Unit RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta. After getting approval from ethics committee and informed consent, 34 subjects were taken with consecutive sampling method in October 2016. Distance and overlapping ratio the internal jugular vein to carotid artery at cricoid level was measured using two dimensional ultrasound in contra lateral head rotation angle of 0o, 30o, 45o, 60o. The data were processed using SPSS 21. Anova test used to view the relationships within the vein and internal jugular overlapping ratio of the carotid artery followed by post hoc Tukey test. Results There were significant differences on distance and overlapping of the internal jugular vein and carotid artery at cricoid level on the Malay race in Indonesia at contra lateral head rotation angle 0o, 30o, 45o, 60o p
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55670
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wiryawan
Abstrak :
Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan proses aterosklerosis dan aterotrombosis. Pengukuran tekanan darah di klinik atau rumah sakit saat ini masih dianggap sebagai metode referensi dalam mendiagnosis dan evaluasi pasien hipertensi, tetapi disebabkan adanya fenomena white-coat terlihat semakin jelas informasi yang diberikan seringkali tidak adekuat tentang status tekanan darah pasien yang sebenarnya. Hipertensi sendiri dikaitkan dengan kerusakan target organ dan salah satu diantaranya ke organ pembuluh darah. Pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis dimaksudkan untuk melihat kerusakan yang terjadi akibat efek fenomena white-coat pada pembuluh darah yang mencerminkan terjadinya proses aterosklerosis dini. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai hubungan antara kejadian fenomena white-coat pada pasien hipertensi dalam pengobatan dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis. Metode. Studi potong lintang dengan pengambilan pasien hipertensi dalam pengobatan secara konsekutif, mulai bulan Januari - Mei 2014 di poli rawat jalan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta. Pasien menjalani pemeriksaan OBP saat kontrol dan HBP dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan memakai alat tensimeter osilometri yang tervalidasi. Pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis dilakukan pada semua pasien yang masuk dalam kriteria inklusi untuk mendapatkan nilai rerata ketebalan kompleks tunika intima. Hasil. Didapatkan 219 subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi. Uji statistik Mann Whitney digunakan untuk mengetahui hubungan pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis. Hasil yang didapat, tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna secara statistik ketebalan tunika intima media arteri karotis antara pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dan yang tidak (A. Karotis kanan 0,7 ± 0,5 vs 0,8 ± 0,4 mm, nilai p = 0,153 ; A. Karotis kiri 0,8 ± 0,4 vs 0,7 ± 0,4 mm, nilai p = 0,900 ; A. Karotis kanan dan kiri 0,7 ± 0,4 vs 0,8 ± 0,3 mm, nilai p = 0,260). Dari hasil uji bivariat terhadap seluruh faktor perancu didapatkan variabel obat antihipertensi golongan enzym penyekat angiotensin dan usia terbukti sebagai perancu dalam penilaian hubungan antara fenomena white-coat dengan rerata ketebalan tunika intima media arteri karotis. Kesimpulan. Penelian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna secara statistik ketebalan tunika intima media arteri karotis antara pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dan yang tidak. ...... Background. Hypertension is one of the most important public health problems worldwide and a major risk factor for all forms of atherosclerotic and atherothrombotic CVD. Office blood pressure monitoring nowadays still considered as a method of reference for diagnosing an evaluating hypertensive patients, but due to white coat phenomenon, the information for the real blood pressure status is unclear. Hypertension itself was related to target organ damage and one of them is vascular damage related to atherosclerosis. Evaluation of carotid intima media thickness can represent early atherosclerotic process that happened in organ vascular caused by white-coat phenomenon. Our objective was to analyze the relationship between white-coat phenomenon in hypertensive patients with carotid intima media thickness. Method. This is a cross sectional, consecutive study. Data was collected from January ? May 2014 in National Cardiac Centre Harapan Kita Hospital Outpatient clinic. Office Blood pressure was measured when patients controlled to the clinic and HBP was measured for 4 consecutive days with the same validated electronic device. B-mode ultrasound of carotid arteries was performed to measured mean of carotid intima media thickness. Results. Two hundred and nineteen hypertensive patients on therapy were enrolled in this study. Mann Whitney statistic test was used to determine the relationship of independent variables in hypertensive patients with white-coat phenomenon with carotid intima media thickness and found that there is no significant difference between hypertensive patients with white-coat phenomenon and no white-coat phenomenon with mean carotid intima media thickness (Right Carotid artery 0.7 ± 0.5 vs 0.8 ± 0.4 mm, p value = 0.153 ; Left Carotid Artery 0.8 ± 0.4 vs 0.7 ± 0.4 mm, p value 0.900 ; Right and left Carotid Artery 0.7 ± 0.4 vs 0.8 ± 0.3 mm, p value 0.260). From bivariate analysis results, obtained on all confounding variables, ACE-inhibitor and age proved as confounding in the assessment of the relationship between hypertensive patients with white-coat phenomenon and mean carotid intima media thickness. Conclusions. This study showed that there is no significant difference of mean carotid intima media thickness in hypertensive patients with white-coat and no white-coat phenomenon.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library