Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Betriza
"Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara stenosis arteri koroner dan ketebalan intima media arteri karotis pada populasi umum. Ketebalan intima media arteri karotis ini pada penderita DMTTI lebih tebal dibandingkan pada penderita yang tanpa diabetes. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah berat dan luasnya stenosis arteri koroner secara angiografi pada penderita PJK dengan DMTTI mempunyai korelasi dengan makin tebalnya intima media arteri karotis. Telah dilakukan pemeriksaan ketebalan intima media arteri karotis komunis, bifurkasio-bulbus, arteri karotis interna dan eksterna kanan dan kiri pada 30 orang penderita PJK dengan DMTTI yang terdiri dari 25 laki-laki dan 5 perempuan, berumur rata-rata 58 ± 8,5 tahun (44 - 74 tahun). Dari hasil angiografi koroner terdapat 2 orang dengan 1 VD, 11 orang dengan 2VD dan 17 orang dengan 3VD. Terdapat penebalan intima media arteri karotis pada semua penderita dengan rata-rata ketebalan intima media arteri karotis yaitu 2,6 ± 1,1 mm (1 - 6 mm), ini menunjukkan adanya korelasi antara ketebalan intima media arteri karotis dan stenosis arteri koroner, namun tidak didapatkan korelasi yang bermakna secara statistik antara 1 VD, 2 VD dan 3 VD dengan ketebalan intima media arteri karotis yang lebih tebal meskipun ada kecenderungan bahwa makin banyak pembuluh darah koroner yang mengalami stenosis makin tebal intima media arteri karotis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatur Yoga Utaman
"Untuk mengetahui sejauh mana peranan arteri karotis membantu deteksi dini penyakit jantung koroner, telah dilakukan
penelitian terhadap 200 orang Indonesia yang diotopsi di Jakarta. Dilakukan pemeriksaan indeks ater o sklerosis secara langsung terhadap arteri karotis komunis dan arteri koronaria pada semua golongan umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan suku bangsa. Hubungan antara aterosklerosis arteri karotis dan arteri koronaria dianalisa secara regresi. Juga dilakukan analisa statistik pengaruh umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan suku terhadap aterosklerosis arteri karotis dan arteri koronaria. Sebagai hasil ternyata didapatkan
hubungan yang sangat kuat antara aterosklerosis arteri karotis dengan aterosklerosis arteri koronaria ( r = 0,96 ). Faktor umur saja hanya berpengaruh 42 % terhadap aterosklerosis arteri koronaria. Umur rata-rata saat timbulnya aterosklerosis untuk orang Indonesia adalah 28 tahun. Hanya sosial ekonomi tinggi saja yang berhubungan secara bermakna terhadap aterosklerosis, sedangkan sosial ekonomi sedang dan rendah tidak berhubungan secara bermakna. Jenis kelamin juga tidak berhubungan secara bermakna terhadap aterosklerosis. Sedang faktor suku terhadap aterosklerosis dalam penelitian ini tidak dianalisa karena penyebaran sampel yang tidak merata."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnadi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T58808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Julwan Pribadi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T59026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan akan buku ajar khususnya bedah pintas arteri koroner sangat esensial bagi PPDS BTKV, maupun para peserta program pendidikan fellowship dan subspesislis di bidang bedah jantung dewasa dalam rangka mempermudah penyerapan ilmu dan keterampilan. Sehingga, buku ajar ini akan menjadi pelengkap dari buku-buku ajar yang telah ada.
Dalam buku ini, langkah-langkah prosedur bedah pintas arteri koroner dijelaskan secara lengkap dan rinci. Disusun oleh para pengajar yang berpengalaman dan kompeten di bidangnya, buku ini menjadi bahan ajar yang sangat berharga bagi para peserta didik yang sedang memperdalam ilmu bedah jantung dewasa, khususnya bedah pintas arteri koroner."
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.123 BUK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ariefa Adha Putra
"LATAR BELAKANG: Penyebab terbanyak Penyakit Arteri Perifer (PAP) pada usia diatas 40 tahun adalah aterosklerosis. Prevalensi penyakit aterosklerosis perifer meningkat pada kasus dengan diabetes melitus, dislipidemia, hipertensi dan perokok. Critical Limb Ischemia (CLI) merupakan manifestasi dari PAP berat, CLI dikaitkan dengan risiko kehilangan tungkai yang sangat tinggi. Pada pasien CLI tanpa adanya revaskularisasi, pasien biasanya akan dilakukan amputasi dalam hitungan minggu atau bulan. Revaskularisasi secara terbuka memiliki morbiditas yang cukup banyak. Seiring kemajuan teknologi, revaskularisasi secara terbuka perlahan-lahan digantikan dengan adanya intervensi endovaskuler dalam dua dekade terakhir. Revaskularisasi endovaskuler di Departemen Ilmu Bedah RSCM baru mulai dilakukan pada tahun 2012 dan di Indonesia saat ini belum ada studi yang menilai hasil dari tindakan revaskularisasi.
METODE: Metode yang diambil adalah analitik komparatif berpasangan dengan disain penelitian longitudinal pre-post study. Selama Agustus 2013 hingga Agustus 2014 didapatkan 16 pasien yang masuk kriteria inklusi. Dilakukan pengambilan data nilai ABI sebelum dan sesudah revaskularisasi endovaskuler. ABI digunakan sebagai penilaian efektivitas revaskularisasi.
HASIL: Hasil didapatkan nilai mean ABI sebelum tindakan 0,7±0,118 dan nilai mean ABI sesudah tindakan 0,844±0,127. Didapatkan peningkatan nilai ABI sesudah tindakan 0,14. Dari hasil uji T berpasangan didapatkan nilai p=0,001. Secara statististik didapatkan peningkatan yang signifikan antara nilai ABI sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
KESIMPULAN: Dapat ditarik kesimpulan tindakan revaskularisasi endovaskuler terhadap pasien PAP efektif berdasarkan nilai ABI.

BACKGROUND: Peripheral Arterial Disease (PAD) above 40 years old mostly cause by atherosclerotic. Peripheral Atherosclerotic prevalence increase with DM, dyslipidemia, hypertension and smoking. CLI had higher amputation risk. Without revascularization CLI patients will do amputation within week or month. Surgical revascularizaton had many morbidity, endovascular revascularization established within 2 decade. Endovascular revascularization in RSCM surgery department established at 2012 and in Indonesia no research to evaluate revascularization effectiveness.
METHODS: Research method is dependent category comparative analytic with longitudinal pre-post study. Within August 2013 to August 2014, we collect 16 patients that rolled on inclusion criteria. We collect ABI results before endovascular revascularization and ABI results after endovascular revascularization. ABI were used to evaluated revascularization effectiveness.
RESULTS: Results are ABI mean before endovascular revascularization 0,7±0,118 and ABI mean after endovascular revascularization 0,844±0,127. There were ABI increased after endovascular revascularization mean 0.14. Statistic analysis with pairing T-test result p=0.001. Based on statistic analysis there were significant increase between ABI before endovascular revascularization and ABI after endovascular revascularization.
CONCLUSION: Endovascular revascularization in PAD patients effective base on ABI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Agusman
"Tujuan :
Mengetahui gambaran atheroskierosis arteri karotis komunis dan arteri ekstremitas bawah (femoralis komunis) pada pasien stroke iskemik dengan USG Color Doppler dan pengaruh faktor-faktor resiko terhadap terjadinya atheroskierosis (plak).
BAHAN DAN METODE
Penelitian "cross sectional", dimulai dari bulan November 2004 sampai dengan April 2005. Penelitian pada 32 pasien stroke iskemik (berdasarkan klinis&CT Scan), menggunakan CDU, transduser 10 MHz. Dilakukan pemeriksaan CDU arteri karotis dan ekstremitas bawah (kanan-kiri) untuk melihat adanya penebalan intima-media, plak, dan pola aliran darah. Faktor-faktor resiko stroke (usia, jenis kelamin, DM, merokok, hiperkoleslerol, riwayat jantung dan stroke) pada pasien dicatat. Hasil dianalisa olch peneliti dan spesialis radiologi.
HASIL
Rata-rata diameter lumen arteri karotis komunis kanan dan kid adalah 0,89 dan 0,85 cm. Rata-rata diameter lumen arteri femoralis komunis adalah 0,90 dan 0,90 cm. Faktor resiko terbesar penyebab stroke adalah hipertensi (84,4%), disusul riwayat stroke (53,1%), diabetes militus (50,1%), merokok (46,9%), hiperkolesterol (31,3%), jantung (18,8%). Jumlah temuan penebalan intima-media pada arteri karotis dan femoralis komunis hampir sama. Tetapi temuan plak arteri femoralis komunis lebih sering dibandingkan pada arteri karotis komunis, dan pada uji Mc Nemar terdapat hubungan bermakna bahwa plak di arteri femoralis komunis lebih awal dibandingkan pada arteri karotis komunis. Lokasi plak tersering berada di biffurcatio. Pada penelitian ini tidak didapatkan stenosis bermakna, sehingga nilai PI dan RI masih dalam batas normal. Faktor resiko penyebab timbulnya plak tersering adalah hiperkolesterol, disusul DM, jantung, stroke, merokok. Semakin banyak Faktor resiko, maka sernakin besar kemungkinan terdapat plak di arteri karotis komunis dan terutama di arteri femoralis komunis.
KESIMPULAN
Temuan plak di arteri femoralis komunis lebih awal dan lebih sering terjadi dibandingkan di arteri karotis komunis, yang diduga sering mcnyebabkan pelepasan thrombus penyebab stroke iskemik

Purpose
To asses atherosclerosis of common carotid artery and common femoral artery in patient with ischemic stroke, and risk factor that influence formation of atherosclerosis (plaque).
MATERIALS AND METHODS
Study cross sectional; begin from November 2004 to April 2005. Examinations of 32 patients ischemic stroke (based on clinical and CT Scan) use CDU, transducer 10 MHz. CDU carotid and femoral artery right-left was done to evaluated Intima-Media Thickness (IMT) and plaque. Risk factors of stroke (age, sex, diabetes, smoking, hipercholesterol, history of CAD and CVD); in patients being recorded. Reviewed by observer, radiologist.
RESULT
The mean lumen of diameter right and left command carotid artery is 0,89 and 0.85 cm. The mean of lumen diameter right and left command femoral artery is 0,90 and 0,90 cm. The most frequence risk factor causing ischemic stroke is hipert'nsi (84,4%), then follow history of CVD (53,1%), diabetes (50,1%), smooking (46,9%), hipercholesterol (31,3%), and CAD (18,8%). Amount of Intima-Media Thickness in carotid artery, as common as femoral artery. But plaque in common femoral artery more frequency than in common carotid artery, and with Mc Nemar test there is association that plaque finding in common femoral artery earlier than common carotid artery. Plaque location more frequent in biffurcatio. The most frequency risk factors causing plaque is hipercholesterol, then follow diabetes, CAD, stroke, smoking. Too much risk factor in ischemic stroke, too much plaque finding in common carotid artery and common femoral artery.
CONCLUSION
Plaque finding in common femoral artery more frequency and earlier than in common carotid artery that suspected release thrombus cause of ischemic stroke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Mulia
"Latar belakang. Perubahan fungsi endotel mendahului proses perubahan morfologi dan berkontribusi terhadap perkembangan lesi aterosklerosis dan progresinya. Evaluasi dengan menggunakan metode non invasif FMD (flow mediated dilation) brakial memberikan informasi inkonsisten mengenai ekstensi dan beratnya aterosklerosis koroner terkait disfungsi endotel. Penelitian ini akan melihat korelasi nilai FMD brakial dengan derajat beratnya stenosis arteri koroner.
Metode. Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang. Evaluasi dilakukan pada 85 pasien yang menjalani angiografi koroner elektif di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan memenuhi kriteria inklusi sejak Januari hingga Oktober 2012. Korelasi nilai FMD brakial dengan beratnya stenosis penyakit arteri koroner (PAK) menggunakan Skor Gensini dinilai dengan analisis regresi linier.
Hasil. FMD brakial memiliki korelasi negatif dengan Skor Gensini (R= -0,227; P= 0,037). Hipertensi memiliki korelasi negatif dengan nilai FMD brakial (R= -0,235; P= 0,032). Jenis kelamin laki-laki memiliki korelasi positif dengan nilai FMD brakial (R= 0,220; P= 0,040).
Kesimpulan. Nilai FMD brakial memiliki korelasi negatif yang lemah dengan Skor Gensini.

Background. Endothelial dysfunction precedes the development of morphological changes and contributes to atherosclerotic lesion development and progression. Evaluation using non invasive method such as brachial FMD (flow mediated dilation) has given inconsistent information for extension and coronary atherosclerotic severity regarding endothelial dysfunction. This research will evaluate the correlation between brachial FMD and severity of coronary artery disease (CAD) stenosis.
Methods. It was a cross sectional study. Evaluations were performed in 85 patients who had followed elective coronary angiography and fulfilled inclusion criteria in National Cardiovascular Center Harapan Kita since January until October of 2012. Correlation between brachial FMD and severity of CAD stenosis (Gensini score) was evaluated using linear regression analysis.
Results. Brachial FMD had negative correlation with Gensini score (R= -0,227; P= 0,037). Hypertension had negative correlation with brachial FMD (R= -0,235; P= 0,032). Male gender had positive correlation with brachial FMD (R= 0,220; P=0,040).
Conclusion. There was weak negative correlation between brachial FMD and Gensini score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azri Nurizal
"Latar Belakang: Peningkatan kadar high sensitivity C-reactive protein ( hsCRP ) dan kekakuan arteri berhubungan dengan peningkatan insiden kejadian kardiovaskular dan peningkatan mortalitas akibat penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hsCRP dan kekakuan arteri pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Metode : Melalui studi cross-sectional, dilakukan pemeriksaan kadar hsCRP dan derajat kekakuan arteri karotis pada 40 pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Kekakuan arteri karotis kommunis diperiksa dengan doppler echotracking system untuk menentukan pulse wave velocity (PWV) atau kekakuan arteri karotis lokal (carotid-PWV).
Hasil : Nilai median hsCRP pada penelitian ini adalah 4,5 (0,2 - 18,9) mg/L dan nilai rata-rata kekakuan arteri karotis adalah 8,8 ±1,7 m/detik. hsCRP berkorelasi kuat dengan karotid-PWV (r = 0,503, P = 0,001). Korelasi hsCRP dengan karotid-PWV ini tetap terlihat setelah dilakukan koreksi terhadap umur, indeks masa tubuh dan mean arterial pressure (r = 0,450, P = 0,005).
Kesimpulan : Setelah dilakukan koreksi terhadap umur, indeks masa tubuh dan mean arterial pressure, hsCRP berkorelasi positif cukup kuat dengan kekakuan arteri pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Background: The elevated level of high-sensitivity C-reactive protein (hsCRP) and arterial stiffness are associated with higher incidences of cardiovascular events and with increased mortality from coronary heart disease in type 2 diabetic patients.
Aim: The aim of this study was to investigate the relationship between hsCRP and arterial stiffness in type 2 diabetic patients.
Methods: A cross-sectional study was conducted to assess the plasma levels of high sensitive C-reactive protein and carotid arterial stiffness among 40 patients with type 2 diabetes mellitus. The common carotid artery was studied by a doppler echotracking system to determine the local carotid pulse wave velocity (carotid-PWV).
Results: The median value of hsCRP in this study was 4.5 (0.2 to 18.9) mg/L and the average value of local carotid stiffness was 8.8 ± 1.7 m/sec. hsCRP showed a strong correlation with carotid-PWV (r = 0.503, P = 0.001). Levels of hsCRP were independently associated with carotid-PWV after adjusting for age, body mass index, and mean arterial pressure (r = 0,450, P = 0,005).
Conclusion: After adjusting for age, body mass index, and mean arterial pressure, hsCRP was strongly positively correlated with arterial stiffness in patients with type 2 diabets mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Kurniadhi
"Latar belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Diluar dari faktor risiko konservatif yang sudah diketahui berhubungan PJK ternyata didapatkan pula sejumlah faktor non konservatif yang berhubungan dengan PJK, salah satu faktor risiko yang paling menonjol adalah resistensi insulin. Data penelitian yang melihat peranan dan hubungan antara resistensi insulin dengan kejadian dan beratnya PJK masih menjadi kontrovesi, dimana sejumlah penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai resistensi insulin pada pasien PJK dan tersangka PJK yang menjalani angiografi koroner dan korelasi antara resistensi insulin dengan beratnya PJK, yang dinilai dengan derajat stenosis arteri koroner.
Metode: Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA IR sedangkan beratnya derajat stenosis koroner dinilai dengan sistem skoring dari Gensini.
Hasil: Sebanyak 39 subyek yang menjalani angiografi koroner karena PJK dan tersangka PJK mengikuti penelitian ini. Nilai HOMA IR pada penelitian ini tidak mengikuti distribusi normal, dengan nilai median 4,63 (0,73 – 26,9). HOMA IR menunjukkan korelasi yang bermakna dengan beratnya derajat stenosis arteri koroner dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi sedang (r: 0,44, p < 0,05). Korelasi ini tetap bermakna meskipun telah dilakukan penyesuaian dengan sejumlah variabel perancu.
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara resistensi insulin dengan beratnya PJK yang dinilai dengan Gensini skor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>