Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ryan Fadillah
Abstrak :
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dapat menimbulkan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Aspergillus spp, yaitu Aspergillosis Paru Kronik (APK) pada kavitasi di paru. Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) otomatis dan Uji Imunokromatografi (ICT) adalah dua dari metode-metode yang menunjang diagnosis klinis APK. Kedua metode tersebut mendeteksi antibodi Aspergillus spp. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, namun belum ada studi yang membandingkan hasil dari performa diagnosis APK kedua uji tersebut pada pasien akhir pengobatan TB. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pemeriksaan ELISA otomatis subjek memiliki ambang > 11,5 sebagai hasil positif. Pemeriksaan ICT subjek memiliki hasil positif jika terlihat garis pada masing-masing kolom T dan C, sedangkan hasil positif hanya terlihat satu garis pada kolom C. Hasil: Jumlah subjek keseluruhan adalah 62 subjek dan diperoleh 20 (32,3%) subjek terdiagnosis APK. Hasil positif pemeriksaan ELISA otomatis adalah 27 (43,5%) subjek, sedangkan pemeriksaan ICT adalah 2 (3,2%) subjek. Sensitivitas dan spesifisitas ELISA otomatis masing-masing adalah 75% dan 71,43%, sedangkan ICT adalah 10% dan 100%. Simpulan: ELISA otomatis memiliki performa diagnosis yang lebih baik dibandingkan ICT untuk diagnosis APK, namun ELISA otomatis masih belum tersedia secara adekuat di wilayah Indonesia sehingga penggunaan ICT tetap digunakan sebagai pemeriksaan APK. ......Introduction: Tuberculosis (TB) can cause complications caused by Aspergillus spp infection, namely Chronic Pulmonary Aspergillosis (CPA) in cavitation of the lungs. Automated Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) and Immunochromatography Test (ICT) are two of the methods that support the clinical diagnosis of CPA. Both methods detect Aspergillus spp. antibodies. Both have their advantages and disadvantages, but there is no study that compares the results of the diagnostic performance of the CPA of the two tests in patients at the end of TB treatment. Methods: This research was analytic descriptive with a cross-sectional design. Automated ELISA examination of subjects had a threshold > 11.5 as a positive result. ICT examination of subjects had positive results if there was a line in each T and C columns, while positive results only showed one line in C column. Results: The total number of subjects were 62 subjects and 20 (32.3%) subjects diagnosed with CPA. Subjects showed positive results of automated ELISA examination were 27 (43.5%) subjects, while ICT examinations were 2 (3.2%) subjects. The sensitivity and specificity of the automated ELISA were 75% and 71.43%, respectively, while the ICT was 10% and 100%. Conclusion: Automated ELISA has better diagnostic performance than ICT for CPA diagnosis, but automated ELISA was not adequately available in the Indonesian region so ICT was still used as CPA examination.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Muhammad Adli Dwinayoga
Abstrak :
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah Kesehatan di dunia. Di Indonesia sendiri perkiraan total kejadian sebesar 312 per 100.000 penduduk dan dengan angka 34 kematian per 100.000 populasi TB. Kerusakan jaringan paru pada pasien yang terkena TB mampu mengakibatkan ko-infeksi dengan mikroorganisme lain seperti mikosis paru. Mikosis paru yang umum ditemukan disebabkan oleh Aspergillus, dan akan menyebabkan aspergilosis paru. Terdapat beberapa pemeriksaan serologi yang dijadikan rekomendasi dalam membantu mendiagnosis APK yaitu ELISA dan Imunokromatografi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan performa serta menganalisis keuntungan dan kerugian kedua pemeriksaan tersebut dalam membantu mendiagnosis APK pada pasien TB aktif Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan metode potong lintang. Data yang diperoleh dan diolah merupakan data sekunder berjumlah 67 subjek yang berisikan usia, jenis kelamin, serta hasil dari kedua metode ELISA dan ICT. Analisis yang dilakukan mengenai perbandingan antara hasil pemeriksaan ELISA otomatis dengan imunokromatografi. Hasil pemeriksaan ELISA responden berdasarkan cut off >11,5 merupakan hasil positif dan cut off 11.5 is a positive result and the cut off Results: Out of 67 subjects in total, 15 (22.4%) subjects were detected positive in both examination methods. If described more specifically, with ELISA examination, 14 (20.8%) subjects were detected positive and only 1 (1.5%) subject was detected positive with immunochromatographic examination. Immulite automated ELISA serological examination had a sensitivity of 64.3% and specificity of 88.7%. Immunochromatographic examination had a sensitivity and specificity of 33.33% and 88% respectively. Conclusion: The diagnostic performance of automated ELISA is better than immunochromatography, but since ELISA facilities are not yet available in most parts of Indonesia, immunochromatography can be used as a screening test for CPA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nuryanto
Abstrak :
Android merupakan sistem operasi mobile paling banyak digunakan saat ini di seluruh dunia. Sebanyak 80% pangsa pasar sistem operasi telepon pintar dikuasai oleh Android. Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Symantec menunjukkan tren malware pada android yang meningkat hampir 8 kali lipat hanya dalam waktu 1 tahun. Diperlukan adanya sebuah sistem yang secara khusus dibuat untuk dapat melakukan analisa terhadap malware berbasis android. Agar analisa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, maka perlu dibuat sistem yang mudah digunakan, ringan, dan efektif. Xubuntu yang merupakan kombinasi dari Ubuntu yang stabil dan XFCE yang ringan kemudian dipilih sebagai dasar dari sistem untuk rancang bangun Distro Linux AMOS. Beberapa perangkat lunak opensource ditambahkan kedalam sistem untuk melakukan analisa seperti apktool, apkanalyser, apkinspector, android sdk, droidbox, androguard dan lainnya. Pengujian dilakukan dengan tes perbandingan platform dan fungsionalitas antara AMOS dengan Kali Linux dan Santoku Linux dengan parameter pengukuran berupa waktu respon, cpu usage, dan memory usage. Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa AMOS memiliki keunggulan dalam hal efisiensi penggunaan CPU yang lebih baik dengan hanya menggunakan 7,8% saat menjalankan 1 buah Emulator Android. ......Android mobile operating system has become the most widely used today throughout the world. Almost 80% share of smartphone operating system market dominated by android. With such a high level of distribution make android becomes a new target for malware to evolve and distributed. Based on report by Symantec indicate that in 1 year number of malware samples in android had increasing almost 8 times. Its Necessary to have a system that is specifically made to do an android -based malware analysis. It needs to make the system easy to use , lightweight , and effective so that the analysis can be done by anyone and anywhere. Xubuntu is a combination of Ubuntu and XFCE then selected as the basis for the design of the AMOS system. Some open-source software is added into the system to perform analysis such as apktool , apkanalyser , apkinspector , android sdk , droidbox , androguard and others. a comparison test between the AMOS platform with Kali Linux and Santoku Linux with measurement parameters such as response time, CPU usage, and memory usage also done in this research. Based on examination results, AMOS become the best in cpu usage efficiency with only 7.8% from total cpu when executing an android emulator.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penulisan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dimakasudkan untuk mengetahui : 1) penuntasan SD menggunakan APM, 2) penuntasan SMP menggunakan APK, 3) perbandingan penuntasan SD dan SMP dan, 4) penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anfas
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peluang dan tantangan Institusi Universitas Terbuka pada kantor regional Ternate (UPBJJ UT Ternate) melalui ekspektasi siswa SLTA terhadap Perguruan Tinggi. Ekspektasi siswa terhadap perguruan tinggi diukur dengan bauran pemasaran jasa perguruan tinggi yang meliputi produk, harga, tempat, promosi, sumber daya manusia, aktivitas operasional dan sarana dan prasarana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat dengan total sampel sebanyak 461 Siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan model dari Milles dan Michael Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pada aspek produk, siswa lebih mempertimbangkan perguruan tinggi yang memiliki program studi/jurusan yang diminati oleh siswa 2). Pada aspek harga, siswa lebih mempertimbangkan perguruan tinggi yang menawarkan biaya SPP yang terjangkau 3). Pada aspek tempat, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang dekat dengan pusat kota 4). Pada aspek promosi, siswa lebih memilih perguruan tinggi yang melakukan promosi melalui tatap muka langsung di sekolah mereka 5). Pada aspek sumber daya manusia, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang memiliki dosen/tutor dengan kualifikasi pendidikan yang kapabel 6). Pada aspek aktivitas operasional, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang memiliki program pendaftaran mahasiswa baru yang mudah dan 7). Pada aspek sarana dan prasarana, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi dengan ruang belajar yang nyaman.
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
330 JOMUT 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Moses
Abstrak :
Latar belakang: Indonesia memiliki beban tuberkulosis yang tinggi. Kerusakan paru yang ditimbulkan mendasari terjadinya aspergillosis paru kronik (APK). Salah satu kriteria diagnosis APK ialah bukti keterlibatan Aspergillus. Mempertimbangkan keterbatasan kultur, deteksi antibodi ELISA menjadi modalitas alternatif. Penelitian ini bertujuan membandingkan performa diagnostik pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA manual dan otomatis pada pasien riwayat TB paru. Metode: Penelitian potong lintang ini membandingkan pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA manual Bordier dan ELISA otomatis Immulite menggunakan serum pasien dengan riwayat TB. Performa diagnostik dibandingkan dalam bentuk proporsi hasil positif, sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif. Hasil: Terdapat total 68 subjek, dengan median usia 34,5 tahun, proporsi lansia 11,76% dan proporsi laki-laki 42,65%. Proporsi hasil positif pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA manual dan ELISA otomatis masing-masing 13,24% dan 48,53%. Pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA manual memiliki sensitivitas 20,83%, spesifisitas 90,91%, nilai duga positif 55,56%, dan nilai duga negatif 67,80%. Pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA otomatis menunjukkan sensitivitas 91,67%, spesifisitas 75%, nilai duga positif 66,67%, dan nilai duga negatif 94,29%. Kesimpulan: Performa diagnostik dan teknis pemeriksaan IgG spesifik Aspergillus ELISA otomatis lebih baik dibandingkan ELISA manual, tetapi pemilihan modalitas diagnosis perlu mempertimbangkan faktor keterjangkauan, aksesibilitas, dan akurasi sesuai kebutuhan dan ketersediaan sumber daya. ......Introduction: Indonesia has high tuberculosis (TB) burden. The resulting lung damage underlies chronic pulmonary aspergillosis (CPA) development. CPA is diagnosed in patients with evidence of Aspergillus involvement as one of its criteria. Taking into account the limitations of culture, ELISA antibody detection becomes alternative modality. This study aims to compare diagnostic performance between manual and automated ELISA for Aspergillus-specific IgG in patients with treated TB. Method: This cross-sectional study compares Aspergillus-specific IgG test using Bordier manual ELISA and Immulite automated ELISA on sera from patients with treated TB. Diagnostic performance was compared in positive test proportion, sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV). Result: There are 68 subjects, with median age of 34,5 years, elderly subjects proportion of 11,76%, male proportion of 42,65%. Positive results proportion from Aspergillus-specific IgG manual and automated ELISA are 13,24% and 48,53%, respectively. Manual ELISA shows 20,83% sensitivity, 90,91% specificity, 55,56% PPV, 67,80% NPV. Automated ELISA shows 91,67% sensitivity, 75% specificity, 66,67% PPV, 94,29% NPV. Conclusion: Technical and diagnostic performance of automated ELISA Aspergillus-specific IgG test is better than manual ELISA, but choosing diagnostic modality needs consideration on factors such as affordability, accessibility, and accuracy according to the needs and available resources.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library