Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinurat, Ellya
Abstrak :
Fukoidan dikenal sebagai polisakarida sulfat dengan senyawa penyusun utama fukosa dan sulfat, dapat dimanfaatkan sebagai antikoagulan dalam proses pembekuan darah. Fukoidan umumnya diperoleh dari rumput laut coklat, namun penelitian mengenai fukoidan ini belum banyak dilakukan, khususnya di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat fukoidan mempunyai banyak bioaktivitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi fukoidan yang ada dalam rumput laut coklat Sargassum crassifolium serta uji aktivitasnya sebagai antikoagulan. Metode isolasi fukoidan dilakukan dengan ekstraksi asam lemah dan diendapkan dengan etanol. Untuk memisahkan fukoidan dengan alginat ditambahkan CaCl2. Ekstrak fukoidan dimurnikan dengan resin penukar anion Sephadex A-25 dan eluen NaCl. Fukoidan dikarakterisasi dengan FT-IR, penentuan berat molekul, penentuan sulfat, analisa unsur dan monosakarida penyusun fukoidan serta uji aktivitasnya sebagai antikoagulan. Berdasarkan pemisahan kolom diperoleh 5 fraksi, dengan rendemen tertinggi pada fraksi kedua. Hasil total rendemen fukoidan diperoleh 1,46% dari berat awal tepung rumput laut, terdapat gugus sulfat pada bilangan gelombang 820 cm-1, berat molekul (5,8 ? 7,71) x 104 Dalton, analisa komposisi unsur (C 22%; H 4,4 %; N 0,18%; S 0,78%), monosakarida penyusun fukoidan yang ditemukan fukosa dan galaktosa dengan rasio mol 1: 1,5. Hasil uji aktivitas fukoidan yang diperoleh dilihat dari perpanjangan nilai APTT nya mempunyai perbedaan signifikan antara kontrol dengan darah yang mengandung fukoidan pada konsentrasi 100 µg/mL (berbeda 25 detik), hal ini menunjukkan bahwa fukoidan berpotensi sebagai antikoagulan. ......Fucoidan is group of marine sulfated polysaccharides containing large proportions of L-fucose and sulfate, can be used as an anticoagulant on blood coagulation. Fucoidans from brown seaweed in Indonesia has not received much attention, this research was conducted to isolate and characterize fucoidan in brown algae, Sargassum crassifolium., and also to test its activity as anticoagulant. Method used to isolate the fucoidan was extraction by weak acid which followed by precipitation in ethanol. To separate the fucoidan and alginate, CaCl2 was used. Extract containing fucoidan was purified using anion ? exchange chromatography Sephadex A-25 and eluent NaCl. Fucoidan was characterized using FT ? IR, molecular weight determination, sulphate determination, organic compounds and monosaccharide of composition, and activity test as anticoagulant. Based on column chromatography, 5 fractions were obtained with the highest yield at second fraction. Total yield of fucoidan was 1.46% (w/w), sulphate group was found on 820 cm-1 wave number, molecular weight (5.8 ? 7.71) x 104 Dalton, elementel analysis (C 22%; H 4.4%; N O, 18%; S O, 78%). The fucoidan was composed of fucose and galactose with an approximately ratio of 1.0 : 1.5. Based on APTT test, there is significant difference between activities of controlled fucoidan and treated at concentration 100 µg/mL. Therefore this fucoidan has potential candidate for an anticoagulant as alternative to heparin.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T28807
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aktiva Noviyanti
Abstrak :
COVID-19 adalah wabah virus yang baru muncul pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Karena kasus yang begitu progresif, diagnosis penyakit COVID-19 hampir selalu dijumpai pada banyak rumah sakit saat ini, baik yang derajat sakit sedang hingga berat dan kritis. Sebagian besar pasien yang terkonfirmasi COVID-19 juga mengalami gangguan koagulasi sehingga sangat berisiko terjadi thrombosis dan tromboemboli vena maupun arteri. Kami melaporkan tiga dari kasus pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat berat mengalami masalah koagulasi dan telah mendapatkan terapi antikoagulan (heparin). Namun, penggunaan heparin tentunya tidak jarang memberikan efek samping, seperti memar, nyeri, dan hematoma pada area injeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena teknik injeksi yang tidak tepat, misalnya durasi injeksi yang terlalu cepat. Laporan kasus ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat penerapan injeksi heparin dengan teknik slow injection (durasi injeksi 30 detik dan jeda 10 detik) dalam menurunkan kejadian memar dan intensitas nyeri lokal pada pasien Covid-19 derajat berat dengan abnormalitas parameter koagulasi. ......COVID-19 is a viral outbreak that emerged at the end of 2019 in Wuhan, China. Because cases are so progressive, the diagnosis of COVID-19 is almost always found in many hospitals today, both those with moderate to severe and critical illness. Most patients with confirmed COVID-19 also have coagulation disorders, so they are at high risk for venous and arterial thrombosis and thromboembolism. We report that three of the confirmed cases of severe COVID-19 had coagulation problems and were receiving anticoagulant therapy (heparin). However, the use of heparin is certainly not uncommon to have side effects, such as bruising, pain, and hematoma at the injection site. This may be due to improper injection technique, for example the injection duration is too fast. This case report requires further research to prove the benefits of applying heparin injection with a slow injection technique (injection duration of 30 seconds and a pause of 10 seconds) in reducing the incidence of bruising and local pain intensity in severe Covid-19 patients with abnormal coagulation parameters.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mardhiani
Abstrak :
ABSTRAK
Esomeprazole adalah obat Proton Pump Inhibitor PPI yang diformulasikan dalam tablet pelepasan tertunda, yang meliputi uji wajib bioekivalen. Validasi metode in vitro menggunakan plasma manusia dari Palang Merah Indonesia yang menggunakan sitrat sebagai antikoagulan. Dalam pelaksanaan studi in vivo, biasanya menggunakan plasma manusia yang menggunakan EDTA atau heparin sebagai antikoagulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan jenis antikoagulan yang dapat mempengaruhi analisis esomeprazol dalam plasma manusia. Kondisi kromatografi optimal menggunakan kolom C18 SunfireTM 5 m, buffer fosfat asetonitril fosfat fase gerak 250 mm x 4,6 mm 40 60 vv pH 7,6 suhu kolom 40 C Laju alir 1,0 mL min dengan lansoprazol sebagai standar internal dan dideteksi oleh PDA array fotodioda pada panjang gelombang 300 nm . Ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi cairan cair menggunakan 500 l plasma dan 5 ml diklormetan sebagai pelarut ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan kisaran konsentrasi linieritas kurva kalibrasi pada 5 1500 ng mL. Pemulihan dan data respon puncak yang luas dari esomeprazol dalam plasma memiliki perbedaan yang signifikan antara antikoagulan EDTA heparin dan sitrat EDTA.
ABSTRACT
Esomeprazole is a Proton Pump Inhibitor PPIs drug that formulated in delayed release tablets, which include mandatory of bioequivalent test. In vitro method validation used human plasma from Palang Merah Indonesia that used citrate as anticoagulant. In the implementation of in vivo study, usually using human plasma that used EDTA or heparin as anticoagulant. This study aims to evaluate the effect of using of anticoagulant types that may affect the analysis of esomeprazole in human plasma. Optimum chromatographic conditions used column C18 SunfireTM 5 m, 250 mm x 4.6 mm mobile phase acetonitrile phosphate buffer 40 60 v v pH 7.6 column temperature 40 C 1.0 mL min flow rate with lansoprazol as an internal standard and detected by photodiode array PDA in wavelength 300 nm. The extraction was carried out by liquid liquid extraction method using 500 l plasma and 5 ml dichlormethane as extraction solvent. The result of this study shows thet in concentration range of calibration curve linearity in 5 1500 ng mL. Recovery and broad peak response data of esomeprazole in plasma have significant differences between heparin EDTA and citrate EDTA anticoagulants.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Ghaisani Imana
Abstrak :
Evaluasi pengaruh antikoagulan penting untuk dilakukan karena pemilihan antikoagulan telah terbukti mempengaruhi pengukuran molekul kecil, profil metabolisme, dan parameter klinik dalam analisis suatu obat. Analisis asetosal dan asam salisilat penting untuk dilakukan terkait sifat asetosal yang mudah terhidrolisis menjadi asam salisilat. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan validasi penuh metode in vitro menggunakan antikoagulan sitrat dalam bentuk CPD-A Citrate Phosphate Dextrose Adenine . Namun pada pelaksanaan studi in vivo, antikoagulan yang digunakan adalah EDTA dan heparin. Berdasarkan European Medicines Agency EMEA 2011, jika ada perubahan antikoagulan yang digunakan pada metode analisis yang sudah divalidasi maka dilakukan validasi parsial. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis antikoagulan pada analisis asetosal dan asam salisilat dalam plasma setelah didahului oleh validasi parsial. Analisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom C18 Waters, ReliantTM 5 m; 250 x 4,6 mm ; fase gerak asetonitril-dapar fosfat 20 mM 35:65 dengan pH 2,5; laju alir 1,0 mL/menit; suhu kolom 35 ?C; waktu analisis 14 menit dengan furosemid sebagai baku dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi dan presisi pada analisis plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan dan kurva kalibrasi linier pada rentang konsentrasi 0,05-1,50 g/mL untuk asetosal dan 0,20-5,00 g/mL untuk asam salisilat. Data stabilitas dan perolehan kembali asetosal dan asam salisilat dalam plasma dengan antikoagulan berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan p > 0,05; ANOVA, namun untuk rasio respon luas puncak menunjukkan perbedaan yang signifikan p < 0,05 untuk ketiga jenis antikoagulan. Secara keseluruhan, metode analisis yang diperoleh memenuhi syarat validasi baik untuk penggunaan antikoagulan sitrat, heparin, maupun EDTA berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. ......Evaluation of the anticoagulant effect is important to do because the selection of anticoagulants has been shown to influence the measurement of small molecules, metabolic profiles, and clinical parameters in the analysis of a drug. Analysis of acetosal and salicylic acid is important related to acetosal that is easily hydrolyzed to salicylic acid. In previous research has been done full validation of in vitro methods using citrate anticoagulant in the form of CPD A Citrate Phosphate Dextrose Adenine. Whereas in the implementation of in vivo studies, anticoagulants used were EDTA and heparin. Based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011, if any anticoagulant changes are used in validated analysis methods then partial validation is performed. This study aims to evaluate the effect of different types of anticoagulants on the analysis of acetosal and salicylic acid in plasma after being preceded by partial validation. Analysis using high pressure liquid chromatography column C18 Waters, ReliantTM 5 m 250 x 4.6 mm analysis conditions using mobile phase acetonitrile phosphate buffer 20 mM 35 65 with pH 2.5 1.0 mL min flow rate column temperature 35 C 14 minutes of time analysis with furosemide as internal standard. The results showed that accuracy and precision in plasma citrate, heparin, and EDTA analyzes fulfilled linear calibration requirements and curves in the 0.05 1.50 g mL concentration range for acetosal and 0.20 5.00 g mL for salicylic acid. Data on the stability and recovery of acetosal and salicylic acid in plasma with different anticoagulants showed no significant difference p 0.05 ANOVA, but for the peak area response ratio showed significant differences p 0.05 for the three types of anticoagulants. Overall, the analytical methods obtained eligible validation for use of citrate, heparin, or EDTA anticoagulants based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezki Tri Wahyuni
Abstrak :
Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah atau koagulasi dengan cara menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Dalam penggunaannya, antikoagulan memerlukan pemantauan secara berkala karena risiko perdarahan yang muncul, baik ringan maupun berat. Terkait dengan terapi tersebut, apoteker, berperan penting dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan di rumah sakit untuk mencegah terjadinya risiko yang ditimbulkan. Dalam pelaksanaannya apoteker akan melakukan kegiatan pelayanan farmasi klinis yaitu Monitoring Efek Samping Obat atau MESO. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk dapat mengidentifikasi masalah terkait obat antikoagulan melakukan Monitoring Efek Samping Obat antikoagulan pada pasien rawat inap Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 03 Mei – 30 Juni 2023 di Rumah Sakit Universitas Indonesia Pengkajian dilakukan dengan memantau dan mengamati karakteristik dan kesehatan pasien selama rentang periode tertentu dengan menggunakan metode . Hasil penelitian menunjukkan bawa terapi obat antikoagulan pada 5 pasien sudah sesuai dengan indikasi tetapi setiap penggunaan obat antikoagulan tetap harus dilakukan pemantauan ketat terkait efek samping obat lalu untuk pelaksanaan MESO di RS UI belum dilakukan secara maksimal karena masih ada beberapa komponen yang belum dilaksanakan jika terjadinya efek samping pada saat penggunaan obat. ...... Anticoagulants are substances used to prevent blood clotting or coagulation by inhibiting the function of several blood clotting factors. When used, anticoagulants require regular monitoring because of the risk of bleeding, whether light or heavy. Regarding this therapy, pharmacists play an important role and are responsible for implementing services in hospitals to prevent the risks that arise. In its implementation, pharmacists will carry out clinical pharmacy service activities, namely Monitoring Drug Side Effects or MESO. The aim of this research was to identify problems related to anticoagulant drugs by monitoring the side effects of anticoagulant drugs in inpatients at the University of Indonesia Hospital. Data collection was carried out on 03 May – 30 June 2023 at the University of Indonesia Hospital. The study was carried out by monitoring and observing the characteristics and health of patients over a certain period using a prospective-retrospective method. The results of the study showed that anticoagulant drug therapy in 5 patients was in accordance with the indications, however, every time anticoagulant drugs are used, strict monitoring must be carried out regarding the side effects of the drug, so the implementation of MESO at UI Hospital has not been carried out optimally because there are still several components that have not been implemented if an effect occurs side effects when using the drug.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Romauli
Abstrak :
Amlodipine besilat dan valsartan adalah obat kombinasi tetap untuk terapi anti-hipertensi. Obat ini memiliki konsentrasi yang rendah dalam plasma, sehingga diperlukan metode analisis yang selektif dan sensitif. Antikoagulan diperlukan untuk mendapatkan plasma saat analisis analit dilakukan dalam plasma. Plasma yang diperoleh dari Palang Merah Indonesia digunakan untuk memvalidasi metode analisis in vitro menggunakan antikoagulan sitrat. Sedangkan pada studi in vivo, biasanya digunakan EDTA dan heparin. Adanya antikoagulan yang berbeda dapat mempengaruhi analisis sehingga perlu dilakukan evaluasi yaitu validasi parsial. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh jenis antikoagulan terhadap analisis amlodipine besylate dan valsartan dalam plasma menggunakan spektrometri massa tandem kromatografi cair kinerja ultra tinggi. Kondisi analisis optimal diperoleh dengan menggunakan kolom Acquity BEH C18 Waters (2.1 × 100 mm; 1.7 μm); fase gerak asam format 0,1% dalam air - asetonitril; metode elusi gradien; laju aliran 0,2 mL / menit; dan irbesartan sebagai standar internal. Aliquot diperoleh dengan ekstraksi cair - cair menggunakan amonium asetat pH 4,83 sebagai buffer dan etil asetat sebagai pelarut ekstraksi. Akurasi dan presisi dalam plasma sitrat, heparin dan analisis EDTA memenuhi persyaratan dan kurva kalibrasi linier dalam kisaran konsentrasi 0,2-10 ng / mL untuk amlodipine besylate dan 5-6000 ng / ml untuk valsartan. Hasil stabilitas dan recovery tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05), sedangkan rasio luas puncak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p <0,05) pada ketiga plasma. Secara keseluruhan, analisis dengan plasma heparin memberikan hasil yang lebih baik daripada plasma sitrat dan EDTA.
Amlodipine besylate and valsartan are fixed combination drugs for anti-hypertensive therapy. This drug has a low concentration in plasma, so a selective and sensitive method of analysis is required. Anticoagulants are required to obtain plasma when analyte analysis is performed in plasma. The plasma obtained from the Indonesian Red Cross was used to validate the in vitro analysis method using citrate anticoagulants. Whereas in vivo studies, EDTA and heparin are usually used. The existence of different anticoagulants can affect the analysis so it is necessary to evaluate, namely partial validation. This study aims to evaluate the effect of the type of anticoagulant on the analysis of amlodipine besylate and valsartan in plasma using ultra high performance liquid chromatography tandem mass spectrometry. The optimal analysis conditions were obtained using the Acquity BEH C18 Waters column (2.1 × 100 mm; 1.7 μm); mobile phase of formic acid 0.1% in water - acetonitrile; gradient elution method; flow rate 0.2 mL / min; and irbesartan as internal standards. Aliquots were obtained by liquid - liquid extraction using ammonium acetate pH 4.83 as a buffer and ethyl acetate as the extraction solvent. Accuracy and precision in plasma citrate, heparin and EDTA analysis meet the requirements and linear calibration curves in the concentration range of 0.2-10 ng / mL for amlodipine besylate and 5-6000 ng / ml for valsartan. The stability and recovery results did not show a significant difference (p> 0.05), while the peak area ratio showed a significant difference (p <0.05) in the three plasmas. Overall, analysis with heparin plasma gave better results than plasma citrate and EDTA.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Maulidina
Abstrak :
ABSTRAK
Klopidogrel merupakan prodrug dengan onset aksi lambat yang konsentrasinya dalam plasma sangat kecil sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif dan selektif. Pada analisis dalam plasma in-vivo seringkali digunakan jenis antikoagulan yang berbeda dengan analisis in-vitro. Perbedaan antikoagulan memungkinkan dapat mengganggu analisis sehingga diperlukan suatu evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi dan validasi metode analisis klopidogrel dalam plasma menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi tandem spektrometer massa. Kondisi analisis optimal diperoleh menggunakan kolom BEH C18 (1,7 µm; 100 x 2,1 mm); fase gerak asam formiat 0,1% dalam air-asam formiat 0,1% dalam asetonitril (30:70); laju alir 0,2 mL/menit; suhu kolom 35ºC; volume penyuntikkan 5,0 µL; waktu analisis 4 menit; dan irbesartan sebagai baku dalam. Aliquot diperoleh secara ekstraksi cair-cair menggunakan amonium asetat dan dietil eter. Akurasi dan presisi pada analisis plasma sitrat, heparin, dan EDTA memenuhi persyaratan dan kurva kalibrasi linear pada rentang konsentrasi 0,02-5,0 ng/mL. Stabilitas dan peak area ratio masing-masing plasma dievaluasi menggunakan ANOVA. Hasil stabilitas menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) sedangkan peak area ratio menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada ketiga plasma. Secara keseluruhan, analisis dengan plasma sitrat atau heparin memberikan hasil yang lebih baik dari plasma EDTA.
ABSTRACT
Clopidogrel is a prodrug with a very slow onset and whose concentration in plasma is so small that a sensitive and selective analysis method is required. In the analysis of plasma in-vivo, different types of anticoagulants is often used, for example citrate, heparin, and EDTA. The anticoagulant difference allows it to interfere with the analysis so that an evaluation is needed. This research is aimed to the optimization and validation of clopidogrel analysis method in plasma using ultra-high performance liquid chromatography tandem mass spectrometer. The optimal analysis conditions were obtained using BEH C18 column (1,7 μm; 100 × 2,1 mm); formic acid 0,1% in water-formic acid 0,1% in acetonitrile (30:70); 0.2 mL/min flow rate; 35ºC column temperature; inject volume 5,0 μL; 4 minute of analysis time; and irbesartan as internal standard. Aliquots were obtained by liquid-liquid extraction using ammonium acetate and diethyl ether. The accuracy and precision of the analyisis of citrate, heparin, EDTA plasma met the requirements and linear calibration curve at range concentrations 0,02-5,0 ng/mL. The stability and peak area ratio of the respective plasma area responses were evaluated using ANOVA. Results on stability showed no significant differences (p>0,05) while peak area ratio showed significant differences (p<0.05). As a whole, analysis using citrate or heparin plasma produce a better result than EDTA plasma.
2017
S69340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library