Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Meytika Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Banyak perusahaan milik pemerintah Tiongkok memperluas bisnis mereka di Indonesia saat ini. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan budaya yang ada antara karyawan Indonesia dan karyawan Tiongkok dalam perusahaan tersebut berdampak dalam proses komunikasi dan kegiataan perusahaan. Selain itu penelitian ini dibuat juga untuk menjelaskan negosiasi antarbudaya yang terjadi antar karyawan yang berbeda latar belakang budaya dalam perusahaan tersebut dengan membedah aspek-aspek negosiasi antarbudaya yang ada. Hasil studi ini menunjukkan bahwa aspek negosiasi antara karyawan Tiongkok dan Indonesia tidak jauh berbeda dan narasumber dapat mengelola kecemasan dan ketidakpastiannya teori AUM sehingga negosiasi dapat berjalan dan mengakomodir kepentingan kedua belah pihak.
ABSTRACT
Numerous Chinese state owned companies expand their business in Indonesia nowadays. This qualitative case study research made with the aim to know cultural differences between Indonesian employees and Chinese employees in the company, that have impacts the process of communication and corporate activity. In addition, this research is also made to explain the intercultural negotiations that occur among employees of different cultural backgrounds within the company by dissecting aspects of intercultural negotiations that exist. The results of this study indicate that resource persons can manage their anxiety and uncertainty AUM theory so that negotiations can proceed and accommodate the interests of both parties.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014
302.2 KOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Armando
Abstrak :
This article elaborates the concept of 'intercultural dialogue," which is often posed as an alternate solution to ongoing international conflicts. Intercultural dialogue seeks its way to end violence by tracing and deconstructing false perceptions among hostile entities. Bearing in mind that intercultural dialogue is extremely complex, in avoiding the possibility of turning it into mere propaganda, terms of intercultural dialogue need to be defined. Several critical notes are pointed here. Firstly, communication is not a linear process. Secondly, it needs to be conducted in an open system. Thirdly, communication has to be carried out simultaneously on multiple levels to enable participation from various actors. Fourthly, communication should be conducted with the 'right entities,' those who need to be engaged in a dialogue the most but are often neglected (based on the perception that they are hard to communicate with).
2003
GJPI-5-2-Mei2003-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993
302.2 KOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wandita Wardhani
Abstrak :
Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi yang terjadi antara dua orang dengan latar belakang kebudayaan berbeda, meliputi suku bangsa, ras, dan kelas sosial. Penelitian ini menganalisis bentuk komunikasi antarbudaya yang terjadi pada tokoh utama dalam film Oeroeg, Johan, seorang Belanda yang membangun relasi dengan para penduduk asli Hindia Belanda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis bentuk komunikasi antarbudaya tokoh Johan dikaji menggunakan teori Semiotika Roland Barthes untuk memaknai simbol dan tanda yang ada pada film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk komunikasi antarbudaya pada hubungan tokoh Johan dengan para penduduk asli Hindia Belanda, seperti pada hubungan tokoh Johan dan Oeroeg dan interaksi Johan dengan Deppoh. Hasil penelitian menunjukkan adanya dinamika dalam proses komunikasi antarbudaya tokoh Johan dengan para penduduk asli Hindia Belanda akibat penerapan nilai dan sistem sosial dari situasi kolonialisme. Meski demikian, persoalan tersebut dapat diatasi karena adanya penerapan nilai budaya Hindia Belanda dan emosi khusus dari tokoh Johan kepada penduduk asli Hindia Belanda. Hadirnya nilai- nilai tersebut merupakan wujud dari berhasilnya proses komunikasi antarbudaya dibawah situasi politis kolonialisme yang membayangi hubungan ini. ......Intercultural communication is an interaction that occurs between two people with different cultural backgrounds, including ethnicity, race, and social class. This study analyzes the form of intercultural communication that occurs in the main character in the film Oeroeg, Johan, a Dutchman who builds relationships with the natives of the Dutch East Indies. This study uses a qualitative descriptive research method. The analysis of the form of intercultural communication of the character Johan is studied using Roland Barthes' Semiotics theory to interpret the symbols and signs in the film. The results of the study show that there is a form of intercultural communication in the relationship between the character Johan and the natives of the Dutch East Indies, such as in the relationship between Johan and Oeroeg and Johan's interaction with Deppoh. The results of the study show that there is a dynamic in the process of intercultural communication between the character Johan and the natives of the Dutch East Indies due to the application of values and social systems from the colonial situation. However, this problem can be ruled out due to the application of Dutch East Indies cultural values and the special emotion of the character Johan towards the natives of the Dutch East Indies. The presence of these values is a manifestation of the successful process of intercultural communication under the political situation of colonialism that overshadowed this relationship.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karunia Khairunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Berdiri dan berkembangnya perusahaan startup multikultural membuat komunikasi antarbudaya dalam konteks tempat kerja tidak terelakkan. Penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus empiris ini bertujuan untuk memahami pengalaman adaptasi dalam komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh karyawan asal Chengdu pada salah satu perusahaan startup di Jakarta dan bagaimana pengalaman adaptasi tersebut berperan dalam pembentukan budaya organisasi yang ada. Dalam studi ini ditemukan bahwa terdapat suatu pola adaptasi yang terbentuk dan berperan penting dalam pembentukan budaya organisasi; dan dengannya pula karyawan asal Chengdu berhasil melakukan proses adaptasi guna menjalankan pekerjaannya dan mencapai tujuan perusahaan.


The establishment and growth of multicultural startup company urge intercultural communication in work place context becomes inevitable. This qualitative research uses empirical case study attempts to comprehend the adaptation experience within intercultural communication that applies to Chengdu employee in a startup company in Jakarta and how the adaptation experience is taking role in order to form the existent organization culture. The study shows the pattern of adaptation and its significance in forming organization culture; within the adaptation pattern, Chengdu employee succeeding the adaptation process to run their job well and achieve the company goals.

2019
T52538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilya Revianti Sudjono Sunarwinadi
Jakarta: UI-Press, 2009
PGB 0305
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusmariah Rahayu
Abstrak :
ABSTRAK

 Perusahaan asing X merupakan salah satu pelaku bisnis mancanegara  di sektor perbankan yang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dengan berdirinya perusahaan ini, adanya interaksi antarbudaya dalam internal perusahaan berpotensi menimbulkan konflik  antara karyawan Indonesia dengan karyawan Tiongkok. Ting Toomey (dalam Gudykunts dan Kim, 2003) menjelaskan bahwa dalam penyelesaian konflik, individual atau kelompok memiliki situasi khusus untuk menyelamatkan muka atau harga dirinya yang terancam dan dipertanyakan. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus ini memfokuskan pada  face negotiation antara karyawan Indonesia dan Tiongkok dalam meresolusi konflik. Hasil studi menunjukkan bahwa penerapan face negotiation theory tidak bisa seutuhnya diterapkan dalam setiap situasi. Ketika komunikasi antarbudaya melibatkan kepemilikan modal, tendensi penyelamatan muka dapat dilakukan selama tidak menggangu upaya pencapian profit. Pihak-pihak yang terlibat pada komunikasi antarbudaya ketika dihadapkan pada penyelamatan muka tetap mempertahankan tujuan perusahaan


ABSTRACT

 


Foreign company X is one of the foreign company in the banking sector that develops its business in Indonesia. With the establishment of this company, the intercultural communication within the employee caused conflict between Indonesian and Chinese employees themself. Ting Toomey (in Gudykunts and Kim, 2003) explains that in conflict resolution, individuals or groups have special situations to saving their face or threatened and questioned self-esteem. This study  focuses on face negotiations between Indonesian and Chinese employees in resolving conflicts. The results of the study show that the application of a face negotiation theory cannot be fully applied in every situation. When intercultural communication involves capital ownership, the tendency to save face can be done as long as it does not interfere with efforts to capture profits. The parties involved in intercultural communication when faced with saving face still maintain the company`s goals

 

 

2019
T54224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yuanita
Abstrak :
Ekspatriat yang bekerja di Jakarta dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dan mengatasi hambatan antarbudaya agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Keberhasilan adaptasi ini adakalanya membuat ekspatriat menjadikan dirinya culture broker yang menjembatani interaksi antarbudaya dari dua budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan proses adaptasi dan mengidentifikasi kompetensi antarbudaya para ekspatriat industri hulu migas di Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif penelitian ini melakukan wawancara terhadap lima subjek penelitian. Kelima subjek dipilih menggunakan metode purposive recruitment dengan pertimbangan tertentu (deliberate) dan juga bersifat luwes (flexible). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak semua ekspatriat di Jakarta mengalami culture shock, namun pada akhirnya semua ekspatriat mencapai akulturasi yang ditandai dengan merasa betah bekerja di Jakarta. Keberhasilan adaptasi antarbudaya ini menghasilkan kompetensi antarbudaya yang membuat ekspatriat ada yang mengambil peran sebagai culture broker. Culture broker di Jakarta secara spesifik memiliki ciri-ciri yaitu bilingual, bikultural, multikultural, tertarik pada budaya tuan rumah, yakin bahwa budaya tuan rumah memiliki nilai-nilai khusus, mau mendengarkan pekerja tuan rumah dan mencintai negara tuan rumah. Sebagai catatan tambahan, mereka harus juga memiliki posisi dengan wewenang tertentu secara hierarki dalam organisasi perusahaan (misalnya merupakan pimpinan selevel manajer) untuk dapat menegaskan pengaruh dalam komunikasi walaupun perannya sebagai culture broker dijalani secara kasual dan informal. ......Expatriates who work in Jakarta are required to have the abilities to adapt and to overcome intercultural barriers in order to carry out their duties properly. The successful adaptation most likely nurtures expatriates into culture brokers that bridges intercultural interaction of two different cultures. This study aims to describe the process of intercultural adaptation and identify the intercultural competence of expatriates in the upstream oil and gas industry in Jakarta. By using an exploratory qualitative approach, this study convey in-depth interview to five of research subjects It selects five subjects using purposive recruitment with certain considerations (deliberate) and flexibilities. The result of the study states that not all expatriates experienced culture shock, however all expatriates managed to get through culture shock and completed acculturation to the level of enjoying their assignments in Jakarta. This success also allows expatriates to obtain good cultural competencies and take the role as culture brokers. Culture brokers in Jakarta have shown special characteristics, namely being bicultural, bilingual, multicultural, have a high interest to host country’s culture, certain that host country culture has special values, willing to listen the locals employee, and developed a love towards the host country. As an additional note, they must have positions with certain hierarchical authority in the corporate organizations (i.e. leaders at the manager level) to be able to assert impacts in communication even though their role as culture brokers is carried out casually and informally.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dinar Winiar
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini dilatarbelakangi kebutuhan setiap orang yang ingin identitasnya dihormati. Identitas mencakup nilai-nilai yang diyakini, yang kemudian direfleksikan melalui perilaku komunikasi. Adanya latar belakang perbedaan budaya dan keunikan individual dapat mengakibatkan timbulnya dialektika antar pasangan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengelolaan muka yang dilakukan oleh pasangan dalam rangka Manajemen Identitas, sebagai cara mengatasi hambatan budaya yang berpotensi merusak suksesnya suatu hubungan. Dengan menggunakan konsep teori Manajemen Identitas dan pendekatan kualitatif studi fenomenologi, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi pilihan pengelolaan muka terkait pengalaman pasangan. Baik bagi orang Jepang maupun Indonesia, terdapat kecenderungan self yang merujuk pada sisi individualistik yang dimotivasi oleh kebutuhan akan muka. Tetapi juga terdapat kecenderungan other atau mutual yang merujuk pada sisi kolektivistik untuk mempertahankan harmoni. Pengelolaan muka terkait stereotipe dan pembekuan identitas, mengikat hubungan, spiritualitas, peran sosial, bahasa, material budaya, konsep penyelenggaraan perkawinan, keterlibatan dalam kelompok budaya asal, dan pengasuhan anak akan diwarnai oleh sisi dominan yang mana yang membentuk identitas budaya pasangan serta situasi ketika dialektika berlangsung. Apakah identitas budaya dominan berasal dari budaya asal pembentuknya (Jepang dan Indonesia), atau keunikan individual yang terbentuk dari kesamaan pengalaman, atau nilai-nilai normatif yang ada diantara keduanya.
ABSTRACT
This research is motivated by the needs of everyone for their identity to be respected. Identity includes values believed, which then reflected through communication behaviour. The existence of cultural differences and the uniqueness of individuality can lead to dialectic tension between the couple. This research aimed to identify the face management used by couple in the context of Identity Management, as a way to overcome cultural barriers that could potentially damage the success of a relationship. By using the concept of Identity Management theory and qualitative approach using Phenomenology study, the results indicated that there are variations in the choices of face management related to couple's experience. Either for Japanese or Indonesian people, there is a tendency of self which refers to the individualistic motivated by the need of face. But there are also other tendencies of other or mutual, which refer to the collectivistic side to maintain harmony. Face management related to stereotype and identity freezing, binding relationship, spirituality, social roles, language, cultural material, the concept of marriage ceremony, engagement in the cultural group of origin, and child care will be characterized by the dominant side in which cultural identity of the couple is formed as well as situations when dialectics happened. Whether they cultural identity come from the dominant culture of their origin (Japan and Indonesia), or the uniqueness of the individual formed from a common experience, or normative values between them.
2014
T41854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>