Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Szekely, Ladislao
Singapore: Oxford University Press, 1984
959.81 SZE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson, Jack, 1938-
"World Adventure Dives" is a luxurious photographic guide to the most exhilarating and fascinating diving experiences in the world. Dividing the globe into the main diving regions, it presents 35 amazing diving experiences chosen to represent the diversity and beauty of the marine environment and conjure up the excitement of underwater adventure. Focused on the activity and visual impact rather than the destination or technical aspects of the dive, the book includes experiences such as diving with great whites and underwater kelp forests in South Africa, the world's largest coral reef in Australia, the cool waters of New Zealand's Milford Sound and the Jellyfish Lake in Palau. It opens up a multitude of diving possibilities beyond the tropical coral reef diving featured in many books, although of course the best and most amazing aspects of reef diving are also included. Dive sites are accompanied by an underwater terrain maps, and feature spreads by experts provide background material on animal species and other themes, such as diving under ice or World War II aircraft. Boxed practical details, such as site location, depth, tour operators, seasonality and safety considerations, make this the ultimate divers' bible"
London: New Holland, 2009
797.23 JAC w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kumpiady Widen
"Pendahuluan
Sejarah merupakan kisah tentang masa lampau yang tidak mungkin. bisa terulang kembali kejadiannya. Apabila kita ingin mempelajari tentang beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lampau, seperti perang, pemberontakan, pemerintahan, penjajahan, perbudakan dan lain-lain, maka yang kita pelajari tersebut adalah peristiwa sejarah.
Pada hakekatnya sejarah memliki dua arti:
1. Sejarah sebagai peristiwa pada masa lampau,
2. Sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendi ri .
Bila kita perhatikan dengan seksama, kita akan sadar bahwa yang banyak menyangkut diri kita adalah sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendiri. Sebab pada hakekatnya sejarah dalam anti yang pertama sudah tidak ada lagi, karena hal itu tidak mungkin kita amati atau saksikan kembali. Namun yang kita hadapi dewasa ini adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penjelasan dari sejarah sebagai peristiwa (Notosusanto, 1984: 10).
Sejarah sebagai kisah seperti di atas adalah hasil karya orang yang menulisnya , yaitu para sejarawan atau historians. Setiap peristiwa masa lampau ditulis kembali oleh para sejarawan dengan cara mengumpakan beberapa bukti yang mereka peroleh, baik melalui penelitian, dengan mempelajari jejak-jejak ataupun melalui orang yang langsung terlibat atau pernah melihat dan menyaksikan peristiwa masa lampau tersebut.
Setiap negara dan bangsa di dunia ini sudah tentu memiliki kisah masa lampau yang disebut sejarah. Amerika Serikat sebagai salah satu negara terbesar di dunia juga memiliki kisah masa lampau atau perkembangan sejarah yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan sejarah negara lain, khususnya tentang perkembangan perbudakan yang pada akhirnya menimbulkan konflik yang berlarut-larut antara Utara dan Selatan dan mencapai puncaknya pada tahun 1861, yaita pecahnya Perang Saudara di Amerika.
Bila kita perhatikan perkembangan sejarah' Amerika, sejak awal mengalirnya para pejiarah ke Dunia Baru hingga Perang Saudara (1861-1865), maka masalah perbudakan sudah lama berkembang di Amerika, yaitu sejak kedatangan pertama para pendatang baru dari Inggris. Bersama-sama dengan mereka, orang-orang Inggris yang miskin dibawa ke Dunia Baru dan dipekerjakan sebagai pelayan kontrak (Indentured Servant) di koloni-koloni di New England.
Para pelayan kontrak ini adalah orang-orang yang terikat dengan suatu kontrak di mana seorang pelayan harus bekerja pada seorang tuannya selama masa kontrak yang telah ditetapkan bersama, sebagai imbalan biaya perjalanan mereka dari Inggris ke Dunia Baru yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh calon-calon tuannya. (Stampp, 1956: 16)
Pengertian pelayan kontrak sebenarnya indentik dengan konsep perbudakan, sebab selama masa kontrak yang mereka tetapkan barsama, seorang pelayan wajib menuruti kehendak dan melakukan kepentingan-kepentingan tuannya lagipula selama seorang pelayan menjalani kontraknya, ia dianggap sebagai milik (property) tuannya yang sewaktu-waktu dapat dijual atau disewakan kepada orang lain yang memerlukannya.(Jordan, 1968: 47 - 48).
Di samping orang-orang kulit putih, juga terdapat sejumlah orang hitam (Negro) dari Afrika, yang pada mulanya diperlakukan sama, yaitu sebagai pelayan kontrak. Namun setelah tahun-tahun 1600-an, keadaan pelayan kulit putih semakin membaik, sementara keadaan pelayan kulit hitam semakin memburuk.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Montolalu, Lucy Ruth
"Dari pembahasan yang telah diadakan dalam bab-bab di muka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Metode yang dipakai Djokolelono untuk menterjemahkan ATS ke PTS adalah metode penterjemahan yang mencari ekuivalensi yang terdekat dengan naskah asli dan yang paling wajar. PTS itu bukan saduran karena struktur cerita PTS dan struktur cerita ATS tidak berbeda, jadi amanat yang dipindahkan dari. ATS ke PTS pun tidak berbeda. Proses pemindahan amanat itu dilakukan Djokolelono dengan menganalisa amanat yang ada dalam bahasa sumber, mengalihkannya dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dan merekonstruksikannya kembali dalam PTS. Pada tataran kata penterjemah memakai kata-kata yang mengandung nilai rasa tertentu untuk menghidupkan suasana dan menon jolkan amanat yang dikandung bahasa sumber. Pada pemakaian istilah keagamaan, istilah bahari, dan istilah ukuran dan mata uang penterjemah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S10872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Teresia Tjan
"Many critics accuse Twain of being inconsistent. They call this inconsistency in Twain his dualism. Dixon Wecter in his contribution to the Literary History of the United States refers to Mark Twain as: gullible and sceptical by turns; realistic and sentimental, a satirist who gave hostages to the established order, a frontiersman who bowed his neck obediently to Victorian mores, and an idealist who loved the trappings of pomp and wealth..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S14245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library