Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufan Nusantara Kuswaya
"Tugas Karya Akhir ini membahas mengenai para pekerja migran yang melarikan diri dari tempat penampungan, penempatan dan purna penempatan. Penulisan dilakukan dengan melihat ada fenomena pekerja migran yang melarikan diri untuk menghindari tindak kejahatan. Penulisan ini mengkaitkan pekerja migran yang menghindari kejahatan dengan konsep fear of crime dan indirect victimization. Dari hasil data yang diperoleh penulis, mayoritas para pekerja migran melarikan diri dari tempat penempatannya. Dari total dua puluh kasus yang penulis paparkan, dua belas kasus merupakan pekerja migran yang melarikan diri dari tempat penempatannya, tujuh kasus merupakan pekerja migran yang melarikan diri dari tempat penampungan dan satu kasus merupakan pekerja migran yang melarikan diri dari petugas Bandara Soekarno-Hatta. Kesimpulan yang didapatkan adalah dari dua puluh kasus yang penulis paparkan, 55% pekerja migran merasakan fear of crime, serta dari dua puluh kasus tersebut 35% pekerja migran mengalami indirect victimization. Selain itu, sebelas kasus fear of crime yang dialami pekerja migran, 64% disebabkan oleh indirect victimization.

This final assingment discuss about migrant workers that escaped during training in camps, placement in other countries and after placement. This final assignment was written based on the phenomenon of migrant workers that escaped in order to avoid crime. This final assignment links migrant workers that escaped crime with fear of crime concept and indirect victimization. From the total data that‟s been collected, the majority of migrants workers that experience escaping crime occurred during their placement. Out of twenty cases that‟s been put together, twelve cases are migrant workers that escaped crime during placement, eight cases are migrant workers that escaped during in training camps and one case of migrant worker that escaped after his placement. The conclusion from this assignment is that 55% from the total of case that‟s been shown, are migrant workers that experienced fear of crime and 35% out of the twenty cases, are migrant workers that experience indirect victimization. Also out of the eleven cases of migrant workers that experienced fear of crime, 64% of them were caused by indirect victimization."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pangalila, Ferlansius
"Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan pemanfaatan AI oleh individu dan masyarakat telah membawa dampak ambivalensi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya manfaat positif melainkan juga dampak viktimisasi terkait AI yang terus meningkat. Namun fenomena Viktimisasi AI (VAI) belum diteliti lebih dalam di luar cybercrime terkait AI. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dinamika interaksi antara pengguna dan struktur AI dalam praktik kehidupan sehari-hari, terutama implikasi VAI dalam praktik sosial, bisnis dan politik. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dengan korban dan pakar terkait, serta analisis berbagai artikel terkait. Hasil analisis mengungkapkan bahwa VAI merupakan produk dari pola hubungan pengguna dan struktur AI yang dinamis dalam praktik kehidupan sehari-hari. Adanya faktor endogen dan faktor eksogen yang mempengaruhi antara lain meliputi ketergantungan terhadap teknologi AI, kerentanan data dan karakter personal, keterpaksaan situasional akibat kebijakan terkait AI, dan kewajiban sistem dalam berbagai model AI. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya kebijakan hukum baru yang mendalam dalam hal pengembangan, implementasi dan penggunaan AI, serta kolaborasi lintas disiplin untuk mengatasi kompleksitas dan risiko yang terkait dengan pemanfaatan AI. Penelitian yang berkelanjutan di bidang viktimologi terkait VAI diharapkan dapat memberikan landasan etis dalam perlindungan dan pelayanan korban di era digital yang semakin maju.

The Industrial Revolution 4.0 which is marked using AI by individuals and society has brings ambivalence to everyday life, not only positive benefits but also the impact of victimization related to AI which continues to increase. However, the phenomenon of AI Victimization (VAI) has not been researched more deeply outside of AI- related cybercrime. This research aims to investigate the dynamics of interaction between users and AI structures in daily life practices, especially the implications of VAI in social, business, and political practices. Using a qualitative approach through interviews with victims and related experts, as well as analysis of various related articles. The analysis results reveal that VAI is a product of user relationship patterns and dynamic AI structures in daily life practices. The presence of endogenous and exogenous factors that influence include, among others, dependence on AI technology, vulnerability of data and personal characteristics, situational compulsions due to AI-related policies, and system obligations in various AI models. The implication of this research is the need for new, in-depth legal policies regarding the development, implementation, and use of AI, as well as cross-disciplinary collaboration to overcome the complexity and risks associated with the use of AI. It is hoped that ongoing research in the field of victimology related to VAI can provide an ethical basis for protecting and serving victims in the increasingly advanced digital era."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogo Tri Hendiarto
"Penelitian ini berfokus pada analisis sosiodemografis terhadap risiko mengalami viktimisasi kejahatan di Indonesia dalam konteks individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko seseorang untuk mengalami viktimisasi berdasarkan analisis sosiodemografis. Variabel bebas dari penelitian ini yakni usia, lokasi, status perkawinan, status pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Aspek korban merupakan salahsatu indikator utama dalam mengetahui kondisi kriminalitas di Indonesia. Ketika terdapat korban kejahatan maka terdapat kejahatan. Korban kejahatan juga merupakan salah satu indikator dari rasa aman yang dimiliki oleh masyarakat. Rasa aman penting dimiliki oleh setiap individu agar dapat meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Pengalaman viktimisasi dalam penelitian ini diperoleh melalui survey korban yang dilakukan oleh BPS, yakni terdapat dalam survei politik, kemanan dan ketertitiban masyarakat yang dilakukan pada tahun 2002. Unit analisis dari penelitian ini adalah individu yang memiliki usia diatas 17 tahun. Metode statistik yang digunakan adalah dengan analisis statistik deskriptif dengan tabulasi silang dan tabel frekuesi serta analisis statistik inferensia dengan teknik regresi logistik dummy variabel. Penelitian ini bersifat cross sectional. Penelitian menggunakan teknik purposive sehingga hasilnya tidak mewakili karakteristik populasinya. Penelitian juga hanya melihat pengalaman viktimisasi tanpa membedakan jenis-jenis kejahatan yang dialami oleh responden sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Hasil empiris menunjukkan bahwa secara statistik adanya pengaruh yang signifikan dari variabel jenis kelamin perempuan memiliki risiko 0,4 kali dari laki-laki , usia 25 tahun ke atas memililki risiko 0,5 kali lebih besar dari usia 17-24 tahun , responden yang tinggal di jawa memiliki risiko 4,8 kali dibanding diluar jawa, tingkat pendidikan rendah memiliki risiko yang lebih tinggi 0,6 kali dari pendidikan tinggi, dan tingkat pendapatan rendah memiliki risiko yang lebih tinggi 0,4 kali dari pendidikan rendah dikaitkan dengan risiko mengalami viktimisasi ( p<0,05) sedangkan variabel status perkawinan dan status pekerjaan tidak signifikan (p>0,05). Namun bila diinteraksikan dengan jenis kelamin, variabel status perkawinan dan status pekerjaan mengakibatkan memiliki dampak yang signifikan dalam mempengaruhi pengalaman viktimisasi pada individu. Hasil ini juga mendukung kerangka pikir Hindelang, Gotfredson dan Garofalo (Meier:1993) yaitu pendekatan teori aktivitas rutin dalam menjelaskan pengaruh variabel demografis terhadap kerentanan seseorang untuk menjadi korban kejahatan.
This research is a socio-demographic analysis on individual risks of crime victimization. The research dependent-variable is risk factors for an individual to experience crime victimization. The independent variables acquired through socio-demographic analysis were age, place of residence, marital status, occupation, sex, education, and salary. Understanding crime victims was critical due to the fact that it was an aspect as well as a primary indicator in understanding criminality in Indonesia. This aspect also indicates security belongs to the society members. Such security is important for an individual to improve his quality life in order to participate in national development. Crime victims? experience in this research was obtained through victim surveys conducted by the National Beureau of Statistics (BPS) in its 2002 political, security and social order survey. The research analysis unit was individuals with minimum age of 17 years. The data was processed by a statistical method of descriptive analysis with cross tabulation and frequency table and by an inferential analysis with logistic-regression technique of dummy variable. The research was cross sectional in terms of time.
The empirical result has revealed statistically significant influence from variables of sex(B=1,5), age(B=-0,9), place of residence(B=1,5), education(-0,4) and salary (-0,7). Insignificant influence of marital status and occupation (P>0.05). When crossed with sex, however, the variables of marital status and occupation have impacted significantly on influencing individual experience in crime victimization. The result has supported Hindelang, Gotfredson and Garofalo?s(Meier:1993) routine activity theory in explaining demographic variables? influence on an invidual? susceptibility to be a crime victim. The research findings are expected to be important considerations for the government in designing public policies concerning crime and population. For security is a human right for everyone to improve his quality life in order to participate in the national developmen.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25615
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Anisah
"ABSTRAK
Kebijakan cukai di Indonesia bersifat kontradiktif. Cukai berfungsi untuk mengendalikan konsumsi barang-barang yang tergolong berbahaya seperti rokok, di sisi lain cukai juga berkontribusi cukup besar dalam menyumbang penerimaan negara Indonesia. Penerimaan negara yang berasal dari pungutan cukai rokok kemudian dibagi kembali untuk dialokasikan pada daerah-daerah penghasil cukai dan tembakau melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DBHCHT . Penggunaan DBHCHT ditujukan untuk mendanai berbagai program atau kegiatan yang berkaitan dengan konsumsi rokok. Tulisan ini disusun untuk menganalisis penerimaan cukai yang berasal dari produk rokok dan berupaya melihat tujuan pengenaan cukai rokok, serta berupaya melihat penggunaan DBHCHT untuk program-program di beberapa daerah di Indonesia yang tidak tepat sasaran yang menimbulkan kecenderungan viktimisasi.

ABSTRACT
Excise tax policy in Indonesia is contradictory. Excise tax serves to control the consumption of dangerous goods such as cigarettes, on the other hand excise tax also contribute for Indonesia rsquo s income. Indonesia rsquo s income from cigarette excise tax are subdivided to be allocated for excise tax and tobacco producing region through Tobacco Excise Tax Revenue DBHCHT . The use of DBHCHT is intended to fund various programs or activities related to tobacco and cigarette consumption. The purpose of this final project is to analyze tax revenue from tobacco products and trying to see the purpose of the cigarete excise taxes, and trying to see the use of DBHCHT for programs in some regions in Indonesia that are not on the right target that leads to victimization tendencies."
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Gabriel Partogi Hamonangan
"ABSTRAK
Indonesia ranks 4th in the largest populated country on earth, with having almost 255 million poeple. With that number also. Indonesia possesses one of the most diverse society in the world, with having numerous culture, communities, and tradition. That diversity is a part of Indonesia's heritage and pride. Indonesia strives to be a diverse, open, and tolerant society, as envisioned in the national slogan, Bhinneka TUnggal Ika, meaning Unity in Diversity. But the diversity in Indonesia is not always smooth as it might look like. This paper will discuss about the disparity among Indonesians. Particularly the Chinese Indonesian descendants who are legally Indonesians, yet face discrimination and victimization, as a part of the minority. This paper will also elaborate how Indonesia should pursue the tolerant society to pursue unity in diversity, in regards to fully accept Chinese Indonesian descendants as a part of Indonesia, healing the old collective wounds and tensions that still linger, and becoming a wholly great and open nation."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizqi Ghiffari
"ABSTRAK
Dalam tulisan ini, Penulis membahas mengenai secondary victimization yang disebabkan oleh narasi judul dalam situs berita daring yang memberitakan tindak kejahatan. penulis melakukan analisis terhadap pemberitaan media Tribunnews yang dalam narasi judulnya berpotensi menyebabkan Secondary victimization. Salah satu bentuk Secondary victimization yang ditemukan sebagai akibat dari narasi judul yang kurang tepat adalah victim blaming. Fenomena victim blaming yang terjadi menjadikan korban disalahkan atas peristiwa yang menimpanya. Pandangan bahwa korban ikut serta menjadi penyebab peristiwa yang menimpanya dapat berdampak negatif dan memperburuk keadaan psikologis korban. Kondisi ini diperparah dengan adanya clickbait dalam narasi judul berita tersebut. Adanya Clickbait dalam judul berita tersebut dapat menyebabkan amplifikasi sehingga memperburuk dampak dari secondary victimization yang terjadi. Perilaku masyarakat Indonesia juga menjadi permasalahan karena masyarakat Indonesia cenderung hanya membaca judul berita dari sebuah pemberitaan tindak kejahatan. Akibatnya, terjadi pemaknaan yang kurang tepat terhadap informasi dalam berita secara keseluruhan.

ABSTRACT
In this paper, the author discusses secondary victimization caused by narrative headline of online sites that write crime news. The author conducted an analysis towards Tribunnews' news which has the potential to cause secondary victimization by their narrative headline. One form of secondary victimization that was found as a result of the inaccurate narrative was victim blaming. The phenomenon of victim blaming has caused victims to be blamed for the incident that happened to them. The view that the victims participate as the cause of the incident that happened to them also have a negative impact and worsen the psychological state of the victim. This condition is exacerbated by the existence of clickbait in narrative headline news. The existence of clickbait in the headline can cause amplification, which exacerbates the impact of secondary victimization. The behavior of the Indonesian people is also a problem because Indonesians tend to only read headlines from a crime news. As a result, there is less precise meaning of a whole information in the news content.
"
2019;
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Drug traffcking is one from out of the crimes which victimizing their drug users. United Nations on Basic Principles, over Justice for victims views the drug users as victms. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Gunawan
"ABSTRAK
Penelitian ini mengenai risiko viktimisasi secara virtual yang bertransisi menjadi risiko aktual. Proses transisi risiko dari virtual melalui sarana media sosial
bertansisi menjadi risiko aktual patut dipandang sebagai sebuah masalah yang untuk diteliti.. Karena saat ini masih terdapat pengguna media sosial yang terpapar
risiko viktimisasi seksual yang umumnya anak perempuan hingga bertransisi korban secara aktual, yang seharusnya dapat dicegah melalui pemahaman mengenai penyalahgunaaan media sosial serta pengawasan dari orang tua, guru
dan masyarakat sehingga megurangi terjadi korban lain berjatuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut untuk menjelaskan bagaimana hubungan
antara pola interaksi virtual remaja perempuan melalui media sosial dengan risiko viktimisasi seksual mereka ketika interaksi virtual berubah menjadi interaksi
aktual. Metode yang digunakan metode gabungan, yang menggunakan data kuantitatif dikonfirmasi dengan data kualitatif atau Mix method One-Phased Model. Melalui data kuantitatif dalam mencari signifikansi hubungan antar
variabel digunakan koefisien korelasi product moment-Pearson, untuk mencari
signifikansi hubungan variabel X dengan Variabel Y yang melalui data kuantitatif
dengan n= 208. Respondennya terdiri dari SMAN 5 Bekasi, SMA Islam
Assyafi‟iyah, dan SMA PB Sudirman diolah melalui bantuan SPSS versi 20. Melalui data kualitatif digunakan metode wawancara kepada narasumber dan responden kemudian diinterpretasikan. Hasil dari Koefisien Determinasi (KD)
adalah sebesar 84.82 %, dan sisanya sebesar 15.18 % oleh variabel lain yang tidak
diteliti (implisit eksogenous/epsilon). Selanjutnya perhitungan di konfirmasi
melalui data kualitatif hasil wawancara. Kesimpulan hasil penelitian
Penggunaannya media sosial dikalangan siswi SMA yang memiliki eksposur
online yang sangat tinggi berpotensi terjadi risiko viktimisasi seksual. Faktor yang
paling besar dalam menentukan terjadi risiko viktimisasi ini adalah pengawasan.
Semakin sering menggunakan media sosial, maka semakin besar risiko anak
menjadi korban kejahatan penyalah gunaan media sosial. Semakin jarang
menggunakan media sosial, maka semakin kecil risiko anak menjadi korban
penyalahgunaan media sosial.

ABSTRACT
This study is focused on the risks of girl sexual victimization on social media which the
transform to be the actual risk. The process of transformation from the virtual sexual risk
through social media to be an actual risk should be viewed as a problem to be
investigated. Because there are still many girl who use social media are exposed to the
risk of virtual sexual victimization that transform into actual sexual victim risk, which
actually could be prevented misuse of social media through an understanding of social
media as well as the supervision of parents, teachers and the community that happen
eliminate further victims. The purpose of this study are to analyze how the relationship
between the ways of use social media with sexual risk victimization on virtual which
transformed to be sexual risk victimization in real. The method used in this research is the
combined method, which uses quantitative data and qualitative data which use in the
same time, and the result from quantitative data confirmed by qualitative data or known
as Mix-method One-Phased Model. Through quantitative data in the search for
significance of the relationship between variables use Product Moment Correlation
Coefficient-Pearson to find out the significance relationship between variable X with
variable Y, and continued confirmed the relationship between dependent variable and
independent variable by using qualitative data interpreted from interview with
respondents, and interviewees. Population taken from female students of SMAN 5
Bekasi, Islam Assyafi'iyah SMA and SMA PB Sudirman. By using Solvin formula it
resulted sample n=208. Results of the coefficient of determination (KD) is amounted to
84.82%, and the balance of 15:18% by other variables not studied (implicit exogenous /
epsilon). Further calculations confirmed through interviews qualitative data. Conclusion
of the study is the use of social media among high school female students who have a
very high online exposure could potentially occur risk of sexual victimization. The
biggest factor in determining the risk of victimization happens is capable guardian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Sarli Anthoni
"Fear of crime atau rasa ketakutan terhadap tindak kejahatan dapat dimiliki oleh siapa saja dan dapat terjadi untuk tindak kejahatan apapun, salah satunya adalah ketakutan mengalami kejahatan di moda transportasi umum. Sekarang ini, penggunaan transportasi umum, terutama di kota-kota besar, sudah menjadi bagian dari kebutuhan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Skripsi ini menguji lima variabel fear of crime yang mungkin dialami oleh pengguna moda transportasi umum yang dibentuk oleh Carlos J. Vitalta (2011) menggunakan metode kuantitatif, dengan mengumpulkan kuesioner dari 150 responden yang tinggal di Kota Depok dan pernah menjadi korban kejahatan di transportasi umum. lima variabel fear of crime ini terdiri atas victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, dan social network. hasilnya ditemukan bahwa empat variabel memiliki bentuk hubungan yang positif terhadap fear of crime, sementara satu variabel lainnya memiliki hubungan yang negatif. semakin tinggi tingkat victimization, social disorder, social vulnerability, maka semakin tinggi pula tingkat fear of crime yang dimiliki seseorang. sedangkan semakin rendah tingkat physical vulnerability dan social network maka semakin tinggi fear of crime yang dimiliki oleh seseorang

Fear of crime can be possessed by anyone against any kind of crime. One of those includes the fear of crime in public transportation. Utilizing public transportation is inevitable on daily life especially in big cities. This research examines Carlos J. Vitalta’s (2011) the five variables of fear of crime experienced by public transportation user. The method being used is quantitative as 150 respondents live in Depok City who had experienced crime in public transportation were gathered. These five variables consist of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network. The result shows that four of the variables perform positive relation against fear of crime while the other one shows negative relation. The higher level of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network will create higher level of someone’s fear of crime. On the other hand, the lower level of victimization, physical vulnerability, social vulnerability, social disorder, and social network will create higher level of someone’s fear of crime will create lower level of someone’s fear of crime"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peet, Jessica L.
"This book explores the role of gender in influencing war-fighting actors' strategies towards the attack or protection of civilians. Traditional narratives suggest that killing civilians intentionally in wars happens infrequently, and that the perpetration of civilian targeting is limited to aberrant actors. Recently, scholars have shown that both state and non-state actors target civilians, even while explicitly deferring to the civilian immunity principle. This book fills a gap in the accounts of how civilian targeting happens, and shows that these actors are in large part targeting women rather than some gender-neutral understanding of civilians. It presents a history of civilian victimization in wars and conflicts, and then lays out a feminist theoretical approach to understanding civilian victimization. It explores the British Blockade of Germany in World War I, the Soviet 'Rape of Berlin' in World War II, the Rwandan genocide, and the contemporary conflict in northeast Nigeria. Across these case studies, the authors lay out how gender is key to how war-fighting actors understand both themselves and their opponents, and therefore plays a role in shaping strategic and tactical choices. It makes the argument that seeing women in nationalist and war narratives is crucial to understanding when and how civilians come to be targeted in wars, and how that targeting can be reduced. This book will be of much interest to students of critical security, gender studies, war studies and IR in general"
London: Routledge, Taylor & Francis Group, 2020
362.88 PEE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>