Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuuferulla Kurniantyas Pangastiti
Abstrak :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh job demands-resources, team member exchange dan burnout terhadap work engagement. Penelitian dilakukan pada 200 operator SPBU Pertamina di DKI Jakarta yang memiliki status sebagai karyawan tidak tetap. Hasil dari penelitian ini bahwa menunjukkan bahwa bahwa job demands, job resources dan team member exchange memiliki pengaruh terhadap burnout, begitu juga antara burnout dan work engagement. Hal ini menunjukkan bahwa burnout maupun engagement dapat terjadi meskipun kepada karyawan dengan pekerjaan yang tidak terlalu banyak tuntutan pekerjaan dan beban kerjanya. ......This research purpose is to investigated the effect of job demands-resources, team member exchange and burnout to work engagement. Research conducted to operator gas station in DKI Jakarta who has a status as a non-permanent employees. This study result that job demands, job resources and team member exchange has an effect on burnout, as well as between burnout and work engagement. Research shown that burnout and work engagement not only occur to permanent employees but also to non-permanent employees.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasya Atikafaza
Abstrak :
Penelitian ini menguji variable pendahulu dari perilaku inovatif karyawan dalam perusahaan. Model penelitan yang diajukan antara lain mencoba untuk menguji efek psychological capital, team member exchange dan knowledge sharing terhadap perilaku inovatif karyawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel penelitian diukur menggunakan multiple-item scales yang diadopsi dari penelitian sebelumnya dan diuji terhadap 114 karyawan dari perusahaan jasa minyak dan gas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik Structural Equation Modelling (SEM) berbasis kovarian. Hasil analisis data menunjukan bahwa psychological capital memiliki pengaruh signifikan positif terhadap perilaku innovative karyawan namun tidak berpengaruh terhadap knowledge sharing. Team member exchange memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap perilaku inovatif karyawan dan knowledge sharing. Sedangkan hasil penelitian menunjukan knowledge sharing tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap perilaku inovatif. Penelitian ini menggambarkan pentingnya keterkaitan faktor personal dan grup dalam memahami proses yang kompleks dalam memperkuat innovative work behavior di organisasi. ...... This study examines the antecedents of innovative behavior in employee’s firm. The conceptual model of the study proposes the effect of team member exchange, psychological capital and knowledge sharing to innovative work behavior in organization. This research uses a quantitative approach. All constructs were measured using multiple-item scales that were adapted from previous related studies and tested among 114 employees of oil & gas services industry. Data collected analyzed using covarian based Structurak Equation Method (SEM) methods. Result shows that psychological capital has positive significant effect on innovative work behavior while it has no effect on knowledge sharing. Team member exchange has positive significant effect on both innovative work behavior and knowledge sharing. However, the result indicate knowledge sharing has no positive significant effect on innovative work behavior.  As such, the study demonstrates the importance of considering the linkage of personal factor and group context when examining the complex processes to enhance innovative work behavior.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Ramdhana
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan intervensi yang dapat mengembangkan integrasi lintas fungsional pada organisasi publik. Integrasi lintas fungsional dijelaskan melalui pengaruh kualitas hubungan sesama anggota tim terhadap efektivitas tim. Integrasi lintas fungsional dijelaskan sebagai perilaku anggota kelompok dan sebagai proses kelompok. Integrasi lintas fungsional sebagai perilaku anggota kelompok melibatkan perilaku hubungan timbal balik antar anggota kelompok terkait pelaksanaan tugas. Integrasi lintas fungsional sebagai proses kelompok dijelaskan dalam bentuk kapasitas kelompok dalam mendistribusikan dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan melibatkan perilaku kontributif dan kepemimpinan partisipatif anggotanya. Penelitian melibatkan tiga kelompok responden yang masing-masing berjumlah 30 orang, sehingga total responden berjumlah 90 orang N=90. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi dan analisis jalur untuk mengetahui adanya pengaruh antar variabel. Hasil analisa kelompok menunjukkan kondisi integrasi lintas fungsional berbeda-beda pada masing-masing direktorat. Pada Direktorat A, integrasi lintas fungsional tidak terbentuk sebagai perilaku anggota kelompok dan sebagai proses kelompok. Pada Direktorat B, integrasi lintas fungsional terbentuk sebagai perilaku anggota kelompok, tetapi tidak terbentuk sebagai proses kelompok. Pada Direktorat C, integrasi lintas fungsional terbentuk sebagai proses kelompok. Untuk mengembangkan integrasi lintas fungsional sebagai perilaku anggota kelompok dirancang intervensi pengembangan tim yang berorientasi pada perilaku dan proses kelompok. Untuk mengembangkan integrasi lintas fungsional sebagai proses kelompok dirancang team coaching dengan pendekatan coaching perkembangan. Rancangan intervensi dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing direktorat.Kata kunci : Integrasi lintas fungsional, kualitas hubungan sesama anggota tim, kepemimpinan bersama, efektivitas tim, pengembangan tim, team coaching.
This thesis aims to develop interventions that can develop cross functional integration across public organizations. Cross functional integration is explained through the influence of team member exchange qualities on team effectiveness. Cross functional integration is described as the behavior of group members and as a group process. Cross functional integration as a behavior of group members involves the behavior of mutual relationships among group members regarding task implementation. Cross functional integration as a group process is described in terms of group capacity in distributing and utilizing its resources by engaging participatory behavior and leadership. The study involved three groups of respondents, each of which amounted to 30 people, bringing the total number of respondents to 90 people N 90 . The research method used is quantitative research by using regression analysis and path analysis to determine the influence between variables. The result of group analysis shows that cross functional integration conditions are different in each directorate. In Directorate A, cross functional integration is not formed as a behavior of group members and as a group process. In Directorate B, cross functional integration is formed as the behavior of group members, but is not formed as a group process. In Directorate C, cross functional integration is formed as a group process. To develop cross functional integration as group member behaviors designed team building interventions on group behavior. To develop cross functional integration as group process is designed team coaching with development coaching approach. The design of the intervention is made according to the needs of each directorate. Keywords Cross functional integration, team member exchange qualities, shared leadership, team building, team coaching.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Apriyantoro
Abstrak :

Keterlibatan karyawan adalah konsep dasar dalam upaya untuk memahami dan menggambarkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sifat hubungan antara organisasi dan karyawannya. Penggunaan teknologi canggih telah dikenal untuk membantu meningkatkan efisiensi di banyak organisasi dan perusahaan besar. Teknologi juga meningkatkan kinerja individu karena menyediakan sumber daya tambahan untuk melaksanakan pekerjaannya. Dengan bantuan teknologi, individu dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat atau dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dalam jumlah waktu yang sama. Di sisi lain, penggunaan teknologi dapat membawa masalah bagi individu karena rumit dan sering berubah. Tidak semua orang mahir dengan teknologi, jadi bagi sebagian orang belajar menggunakan teknologi yang ada adalah sebuah tantangan, apalagi belajar yang baru.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi penentu utama dari keterlibatan karyawan sebagai masalah utama dan prediktabilitasnya terhadap konsep tersebut. Ini juga mempelajari hubungan teknologi dengan keterlibatan karyawan. Studi ini menguji Technology Acceptance Model (TAM) sebagai anteseden langsung dari Keterlibatan Karyawan. Juga memeriksa hubungan Leader Member Exchange (LMX), Team Member Exchange (TMX), dan Perceived Organizational Support (POS) sebagai anteseden tidak langsung dari Keterlibatan Karyawan. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data kuesioner dari 130 karyawan pada sebuah jaringan restoran di Jakarta. Responden diminta untuk menilai tingkat perspektif dari setiap variable tersebut.

 


Employee engagement is a fundamental concept in the effort to understand and describe, both qualitatively and quantitatively, the nature of the relationship between an organization and its employees. The use of advanced technologies has been known to help increase the efficiencies in many major organizations and firms. Technology also increases an individuals performance as it provides additional resources to carry out his or her work. With the help of technology, the individual can finish his or her work faster or can do more work in the same amount of time. On the other side, the use of technology can bring problems to the individual as it is complicated and is frequently changing. Not everybody is adept with technology, so for some people learning to use the existing technology is a challenge, let alone learning the new one.

The purpose of this paper is to identify the key determinants of employee engagement as the main issue and its predictability of the concept. It also studies the relations of technology with employee engagement. This study examines Technology Acceptance Model (TAM) as direct antecedent of Employee Engagement. Also examines the relations of Leader Member Exchange (LMX), Team Member Exchange (TMX), and Perceived Organizational Support (POS) as indirect antecedents of Employee Engagement. The research involves collecting questionnaire data from 130 employees in a Restaurant Chains in Jakarta. Respondent were asked to rate their perspective level of Leader Member Exchange, Team Member Exchange, Perceived Organizational support, and Technology acceptance model.

Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfinia Novadilla
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara team member exchange dan perilaku inovatif karyawan di tempat kerja pada negara dengan budaya kolektivis. Perusahaan di negara dengan budaya kolektivis akan cenderung membentuk budaya organisasi yang juga kolektivis. Penelitian dilakukan pada perusahaan nasional yang sedang berinovasi di Indonesia, yang merupakan negara dengan budaya kolektivis (Hofstede & Hofstede, 2005). Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 109 orang yang telah bekerja selama minimal satu tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana partisipan diminta untuk mengisi kuesioner Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Team Member Exchange Quality Scale (Seers, Petty, & Cashman, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa team member exchange berhubungan secara signifikan dengan perilaku inovatif di tempat kerja, dengan nilai r = + 0.456, p < 0.01, two tailed. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kualitas team member exchange menandakan semakin tingginya perilaku inovatif karyawan di tempat kerja. ...... The study aimed to examine the relationship between team member exchange and innovative work behavior among employees in a company in a collectivistic country. A firm located in a collectivistic country tends to develop collectivist culture within the organization. The study was conducted on an innovative, national company in Indonesia, which is found to be a collectivistic country (Hofstede & Hofstede, 2005). The company engaged in the field of mining. Total participants in this research were 109 employees who have been working in the company for at least a year. This research was a quantitative research, in which participants were asked to fill out the Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Team Member Exchange Quality Scale (Seers, Petty, & Cashman, 1995). The result suggests that team member exchange is significantly correlated to innovative work behavior, with r = + 0.456, p < 0.01, two tailed. Thus, the higher team member exchange quality perceived by the employee, the higher innovative work behavior of that employee.
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2014
S56183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library