Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Zenobia Zettira
Abstrak :
Latar belakang: Bau mulut merupakan kondisi yang umum terjadi dan dapat berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang. Melalui YouTube, banyak orang dapat mengakses informasi kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Untuk menganalisis kualitas informasi, kelengkapan konten, dan reliabilitas video YouTube mengenai bau mulut berbahasa Indonesia. Metode: Studi cross-sectional yang mengikuti petunjuk PRISMA flow diagram. Total terdapat 300 video dengan 3 kata kunci pencarian, yaitu “Bau mulut”, “Bau napas tidak sedap”, dan “Bau mulut busuk”. Semua video dicatat jumlah likes, dislikes, views, hari sejak upload, durasi, interaction index, viewing rate, dan kategori sumber (healthcare professional, pribadi, edukasi, profit companies). Video score digunakan untuk menilaii kualitas informasi, kelengkapan konten dan untuk mengkategorikan video menjadi "poor", “good", dan "excellent". DISCERN digunakan untuk menilai reliabilitas video. Hasil: Dari 105 video yang dianalisis, sebanyak 68 video (64,8%) diunggah oleh pengguna pribadi. Secara umum, video dikategorikan “buruk” dan realibilitasnya rendah. Video yang bersumber dari healthcare professional menunjukkan kualitas, kelengkapan konten, dan reliabilitas informasi yang paling tinggi. (p<0,05, uji Kruskal Wallis). Tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah views pada video berdurasi kurang dari dan lebih dari 4 menit. Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah views video kurang dari dan lebih dari 6 menit. (p<0,05, uji Mann Whitney). Semakin lama durasi maka semakin tinggi kualitas dan reliabilitas video, tetapi semakin sedikit ditonton. Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video mengenai bau mulut yang baik adalah yang diunggah oleh healthcare professional. Secara umum, video YouTube mengenai bau mulut dikategorikan “poor” menurut kualitas dan kelengkapan kontennya. Pengguna YouTube cenderung menyukai video berkualitas rendah dibandingkan berkualitas tinggi yang menggambarkan bahwa penonton tidak dapat membedakan antara konten yang reliabel dan berpotensi bias. ......Background: Bad breath is a common condition and can harm the quality of life. Through YouTube, many people can access oral health information. Objective: To analyze the quality of information, comprehensiveness of the content, and YouTube video’s reliability regarding bad breath in Indonesian. Methods: A cross-sectional study that following PRISMA flow diagrams. Total of 300 videos were collected based on three search keywords, "Bad breath", "Unpleasant breath", and "Oral malodor". All videos are recorded the number of likes, dislikes, views, duration, interaction index, viewing rate, and source category (healthcare professional, personal, education, and profit companies). Video scores represent the value of information quality, comprehensiveness of content, and to categorize videos as "poor”, “good," and "excellent". DISCERN was used to assess video reliability. Results: From the 105 videos analyzed, 68 (64.8%) were uploaded by personal users. In general, videos are categorized as "poor" and have low reliability. Videos sourced from healthcare professionals show the highest quality, comprehensiveness of the content, and reliability (p <0.05, Kruskal Wallis test). There’s no significant difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 4 minutes. But, there’s a considerable difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 6 minutes (p <0.05, Mann Whitney test). The longer the duration, the higher the video's quality and reliability, but the less watched. Conclusion: In this study, videos were categorized as “good” uploaded most by healthcare professionals. In general, YouTube videos about bad breath were categorized as “poor” according to the quality and comprehensiveness of the content. YouTube users tend to like lower quality videos over high quality which illustrates that viewers cannot differentiate between reliable and potentially biased content.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dariyani
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan catin tentang kesehatan reproduksi setelah dilakukan pengontrolan oleh jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan catin. Metode penelitian ini adalah desain cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh calon pengantin muslimyang terdaftar pada 7 KUA di Kabupaten Tangerang bulan Mei-Juni 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa catin dengan sumber informasi cukup mempunyai peluang empat kali untuk berpengetahuan tinggi dibandingkan catin dengan sumber informasi kurang setelah dikontrol jenis kelamin dan pendidikan catin. Saran yang diajukan adalah memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada catin melalui kegiatan Suscatin serta memaksimalkan media informasi baik cetak maupun elektronik. ...... This study aims to analysis the relationship between source to information on brides reproductive health knowledge after controlling by gender, age, occupation, and education. Method cross sectional design. Sample were all couple who registered on 7 Kantor Urusan Agama in Tangerang district on May-June 2013. The results showed that the bride with enough source to information have opportunities four times higher for good knowledge than the lower source to information after controlling by gender and education. The suggestion are to provide reproductive health information to the bride through Suscatin and maximize media both print and electronic information.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denada Annisa Fitri
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai apa yang menjadi kebutuhan informasi ibu hamil dalam menjalani masa kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan informasi oleh ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Cipayung, termasuk sumber dan saluran yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan informasinya, ibu hamil di Kecamatan Cipayung melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan bidan di Puskesmas Kecamatan Cipayung, dan juga melakukan interaksi dengan para ibu di lingkungan rumahnya. Sedangkan buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA dan majalah kehamilan menjadi sumber informasi utama yang diperoleh melalui bidan dan untuk jenis saluran informasi utama pada ibu hamil juga didapat melalui bidan di Puskesmas Kecamatan Cipayung. Kata Kunci : Informasi, Kebutuhan Informasi, Ibu hamil, Sumber dan Saluran Informasi.
ABSTRACT
This undergraduate thesis discuses about what is the information needs of pregnant women during their pregnancy. The purpose of this study is to describe the information needs of pregnant women, including the sources and channels of information to fulfil their information needs. This study is a qualitative research with an descriptive approach. The results showed that, in fulfilling their information needs, pregnant women at Primary Health Care Kecamatan Cipayung do check up and consultation with a midwife at Primary Health Care Kecamatan Cipayung, and do interaction with their neighbors. However, the research found out that textbooks such as Buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA rsquo s Book and pregnancy magazine are information sources by the midwife and for the channels of information of pregnant women there are also from midwife in Primary Health Care Kecamatan Cipayung. Keywords Information, Information needs, Pregnant women, Sources and channels of information.
2016
S66735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani Rizki Prasetya
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis sumber informasi parenting dan parenting knowledge pada ibu generasi Millennial yang memiliki satu anak berusia 0 ndash; 24 bulan. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel ibu usia 18 - 35 tahun yang memiliki satu anak berusia 0 - 24 bulan dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu minimal menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III n = 155. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Knowledge of Infant Development Inventory KIDI dan Maternal Sources of Information Questionnaire MSIQ. Hasil analisis korelasi dengan Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting knowledge dan jenis sumber informasi r = 0,211, p < 0,01 . Dengan demikian, semakin tinggi tingkat keakuratan pengetahuan parenting ibu, diikuti dengan tingginya tingkat penggunaan dan pembelajaran yang didapat ibu dari sumber informasi parenting. ......The purpose of this study was to find out whether there was a relationship between the type of parenting information and parenting knowledge on Millennial generation mothers who have one child 0 24 months old. This is a correlational study by using a sample of mother age 18 35 years old who have one child 0 24 month with a level of higher education that is minimum Diploma III education level n 155. Instruments used in this study are Knowledge of Baby Inventory Development KIDI and Sources of Mother Information Questionnaire MSIQ. The results of the study with Pearson has shown that there is a significant positive relationship between parenting knowledge and the type of parenting information r .211.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984
398.9 UNG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gardito Qastalani
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kebutuhan informasi mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa kebutuhan informasi mahasiswa tingkat akhir dan bagaimana strategi pemenuhan kebutuhan informasi mereka. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Terdapat beberapa kebutuhan informasi mahasiswa tingkat akhir ilmu perpustakaan dan informasi yakni kebutuhan informasi untuk menyelesaikan tugas akhir, mencari pekerjaan, dan hiburan. Strategi yang digunakan oleh mahasiswa tingkat akhir ilmu perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi adalah pencarian informasi. Para informan dalam melaksanakan strategi pemenuhan kebutuhan informasinya menggunakan sumber informasi daring dan tercetak. Sumber informasi yang digunakan dalam media daring oleh para informan berupa Google. Google digunakan sebagai mesin pencari untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Sumber informasi tercetak didapatkan oleh para informan dengan mengakses perpustakaan baik itu perpustakaan Universitas maupun perpustakaan lain. 
ABSTRACT
This research focus on information fullfillment strategy. The purpose of this study is to identify strategies for meeting the information needs of student. This study use qualitative approach and case study method. There are several students information needs such as the needs to complete final assignment, finding a job, and entertainment. The strategies which used by students are information seeking. Informants use printed and online information source. Informants use Google as the main source of online information source. By searching from google, informants can seek more information sources which possibly contain the information they need. Not all information from the internet is accurate nor reliable. In that case, informants filter the information which they already gather to get the most reliable information. For the offline information source, such as book and other printed material, informants tend to go to the library. They go to the University Library or public library based on what their research are.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Adityasanti
Abstrak :
Salah satu dari sekian banyak masalah yang biasanya dialami oleh remaja adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan seksualitasnya seperti faktor. Pertama, remaja mengalami perubahan fisik yang melibatkan perubahan bentuk tubuh, perubahan hormonal yang mendorong munculnya perilaku seksual, serta kematangan organ-organ reproduksi yang membuat individu telah mampu untuk mftnghasilkfln keturunarL Selain faktor kematangan biologis yang terjadi dalam dirinya, perilaku seksual remaja juga dipicu oleh ekspose media cetak dan elektronik yang kurang memberikan informasi mengenai konsekuensi negatif dari hubungan seksual pranikah. Di samping itu, berkembang pula keyakinan-keyakinan remaja yang salah seperti keyakina bahwa mereka tidak akan hamil bila melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya atau bila hanya menempelkan alat kelamin dengan lawan jenis (Sarwono, 1991). Faktor pemicu lain yaitu saat ini terjadi pergeseran norma yang membuat remaja cenderung bersikap permisif dan bebas dalam melakukan hnhiingan seksual (Dacey 1982). Hal ini sekali lagLtidak dibarengi dengan pengetahuan seksual yang memadai. Data penelitian juga menunjukkan peningkatan jumlah kehamilan remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta aborsi (Hayes, 1987; WHO, 1993; LDUI, 1999). Beberapa hal tersebut di atas cukup untuk menekankan perlunya remaja putri memiliki pengetahuan seksual yang memadai. Pengetahuan seksual yang baik berperan penting sebagai alat kendali bagi remaja untuk mempertimbangkan sebelumnya konsekuensi dari suatu hubungan seksual sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum bertindak lebihjauh. Pengetahuan seksual yang diperoleh remaja tidak terlepas dari sumber informasi pengetahuan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa remaja memperoleh pengetahuan seksual mereka dari teman sebaya, sekolah, majalah, orang tua, film dan televisi (David & Harris, 1982; Syartika, 1998). Namun, tidak semua sumber informasi memberikan informasi yang akurat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran pengetahuan seksual remaja putri yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui gambaran sumber informasi subyek dalam memperoleh pengetahuan seksual tersebut. Sehingga kemudian dapat diketahui sumber informasi tnana yang memberikan informasi yang benar dan yang memberikan-informasi yang salah. Penelitian ini dilakukan pada siswi kelas II dan III SMU Tarakanita I, yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah, dengan menggunakan tehnikpurposive sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini mendapatkan kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner pengetahuan seksual beserta pemilihan sumber informasi dan kiipginner pada asuli untuk memperoleh gambaran pola asuh subyek yang akan digunakan sebagai salah satu data kontrol untuk memperkaya hasil penelitian. Data yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan seksual diolah dengan menggunakan SPSS for Windows Release 9.01. Sedangkan data yang diperoleh dari knpginnftr pada asuli dinlah Hpingan menggunakan perhitungan semi-interquartile secara manual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan (64,11%), penyakit menular seksuaL (79,69%), HIV/AIDS (56,25.%), serta kontrasepsi (91,19%). Dalam hal sumber informasi, sebagian besar subyek dengan proporsi sebanyak 70,31% mendapatkan pengetahuan ssk&ual dari sekolah sebagai sumber informasi utama mereka Sedangkan proporsi kedua terbanyak sebesar 15,63%, mendapatkan pengetahuan seksualnya dari majalah. Dari hasil tamhahan yang diperoleh dari penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua jenis pengetahuan seksual yang diperoleh dari sumber informasi yang berbeda. Selain itu juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki subyek dengan pola asuh antnritarian aiitnritatif maiipiin perrpisif. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar orangtua dapat menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak serta menambah pengetahuannya mengenai masalah-masalah seksual, sehingga dapat memberikan informasi yang akiirat kepada remaja Selain itu disarankan juga agar sekolah dalam memberikan materi pendidikan seksual turut memperhatikan perkembangan kognitif remaja, sehingga dapat meminimalkan kesalahan remaja dalam menginterpretasi informasi yang diberikan. Penelitian ini dapat diperluas dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perhandingan antara pengetahuan seksual serta sumber informasi pengetahuan seksual pada remaja yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah dan yang tidak mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Pambudi
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang pengaruh kualitas dan kredibilitas informasi terhadap persepsi kegunaan Instagram Goods Dept sebagai sumber informasi dan pengaruhnya terhadap intensi pengikut untuk terus menggunakan Instagram Goods Dept sebagai sumber informasi. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas dan kredibilitas informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan Instagram Goods Dept sebagai sumber informasi. Namun, persepsi kegunaan Instagram Goods Dept memililiki pengaruh signifikan terhadap intensi pengikut untuk terus menggunakan Instagram Goods Dept sebagai sumber informasi. ...... This study is about analyzing the influence of information quality and credibility towards perceived usefulness of Goods Depts Instagram as an information source and its followers intention to continue using Goods Depts Instagram as information source. The results are information quality and credibility has no significant influence towards perceived usefulness of Goods Depts Instagram, and perceived usefulness of Goods Depts Instagram has significant influence towards the followers intention to continue following Goods Depts Instagram.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisa Yusuf Reksoprodjo
Abstrak :
Salah satu bentuk pola hidup bersih adalah mencuci tangan. Cuci tangan dapat mendatangkan banyak manfaat, antara lain mencegah infeksi yang ditularkan melalui kontak langsung, mencegah infeksi nosokomial serta menurunkan jumlah flora transien. Saat ini, banyak pihak, yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, tidak perhatian terhadap kebiasaan mencuci tangan. Hal ini dijumpai tidak hanya dari kalangan rumah sakit dan paramedis, bahkan sampai mahasiswa kedokteran. Penelitian menggunakan desain potong lintang untuk mengetahui asosiasi antara jumlah sumber informasi dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku cuci tangan serta faktor-faktor yang berhubungan pada populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Angkatan 2007. Pemilihan populasi ini diharapkan dapat mewakili masyarakat Indonesia yang terpelajar sebagai gambaran umum kebiasaaan mencuci tangan. Penelitian cuci tangan ini mengambil data perilaku melalui hasil observasi dan data pengetahuan serta data sikap dari pengisian kuisioner oleh responden. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan menggunakan metode convenient sampling serta informed consent, didapati 96 responden dengan profil sosiodemografi 49% responden berusia 19 tahun, 61.5% responden adalah perempuan, 95.8% responden tidak memiliki riwayat alergi, dan 56.3% responden mendapatkan informasi cuci tangan yang baik dan benar dari satu sumber informasi saja. Pada penelitian ini jumlah sumber informasi, jenis kelamin, dan riwayat alergi tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku cuci tangan mahasiswa FKUI angkatan 2007. Pengecualian dari hasil tersebut adalah hubungan jenis kelamin terhadap perilaku dan pengetahuan terhadap sikap yang mempunyai hubungan bermakna. Responden perempuan punya peluang perilaku cuci tangan lebih baik sebesar 3,3 kali lipat dibanding laki-laki (95% CI:1.4 – 7.9). Sedangkan, responden yang berpengetahuan baik memilki peluang sikap cuci tangan lebih baik sebesar 3.5x dibanding yang berpengetahuan buruk (95% CI: 1.1 – 11.0) ......Handwashing is the implementation of healthy lifestyle nowadays. There are many benefit from it, such as prevent the nosocomial infection, direct-contact transmission diseases, and reducing the amount of transient flora. Nowadays, handwashing matter has still been ignored, not only from hospital society and paramedic, but also from the medical student. This study is aimed obtaining the association of source information with knowledge about, attitude toward, and also behaviour of handwashing and investigating its influencing factors. This study was conducted at Faculty Medicine University of Indonesia (FMUI) involved students from year 2007 as a study subjects. With convenient sampling and based on eligibility of the inclusion criteria, 96 study subjects were recruited and they voluntarily signed the informed consent paper. The data of behaviour handwashing was taken with observation checklist. Self-completed questionnaire was used to collect data of knowledge about and attitude toward handwashing. Based on the socio-demography variables, 49% were 19 years old, 61,5% were women, and 95,8% didn’t have any alergic history, 56,3% got about the good handwashing from one source. The study shows that gender, alergic history, and good handwashing information sources haven’t significant association, statistically, with knowledge about, attitude toward, and also behaviour of handwashing. Nonetheless, female student is 3.34 times better than male student to have a good behaviour in handwashing (95% CI:1.4 – 7.9). Knowledgeable student tend to have better attitude toward handwashing 3.55 times than poor knowledge student (95% CI: 1.1 – 11.0). To conclude, variable that have a significant association with behaviour of handwashing is gender. Plus, the knowledge about handwashing is vital in improving attitude toward handwashing to a better degree.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>