Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Novijanto; Bambang Eko Priyanto
Abstrak :
ABSTRAK
industri penerbangan adalah suatu iridustri yang sangat padat modal, terutama untuk pengadaan armada (pesawat) yang harganya setiap tahun meningkat dengan tajam. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena adanya tambahan tehnologi baru pada pesawat sehingga baik segi kenyamanan, keselamatan dan efi siensi pengoperasiannya.

Seiring dengan kenaikan harga yang sangat pesat tersebut maka kebutuhan dana yang diperlukan untuk pengadaan armada menjadi beban yang makin berat bagi perusahaan. Disisi lain keuntungan yang diperoleh industri penerbangan secara keseluruhan makin berkurang mengingat persaingan yang sangat tajam di industri penerbangan memaksa perusahaan untuk bersaing dalam harga sehingga marjin yang diperoleh makin tipis.

Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas menjadikan hitungan untuk pengadaan armada menjadi makin komplek mengingat dana yang dipertaruhkan sangat besar dan jika terjadi kesalahan dampaknya bagi perusahaan sangat fatal karena seperti diketahui pada umumnya sebagian besar dana yang dimiliki perusahaan terserap di pesawat.

Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pesawat baik karena adanya penggantian pesawat-pesawat yang telah tua maupun karena adanya kebutuhan untuk memenuhi pasar yang terus berkembang ada beberapa alternatif yang bisa dipilih oleh perusahaan antara lain : dengan pembelian yang dibiayai oleh hutang, dengan projek

finance, atau dengan menggunakan leasing baik operating lease ataupun financial lease.

Karya akhir ini berusaha untuk membandingkan alternatif antara membeli pesawat dengan leasing dengan tujuan untuk mencari biaya yang paling efisien bagi perusahaan.

Dari hasil analisa kami diketahui bahwa alternatif leasing secara finansial lebih menguntungkan dibanding dengan jika perusahaan harus membeli sendiri. Disamping keuntungan secara finansial, leasing juga memberikan keuntungan antara lain : off balance sheet (operating lease), menghindari loan covenant, tidak mengikat batas kredit dan masih ada beberapa keuntungan lainnya.
1995
T5224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Produk keuangan derivatif adalah produk yang didasarkan pada produk keuangan lain yang sifatnya Iebih elementer, seperti bond, stock, atau valuta asing. Nilai produk derivatif tersebut tergantung pada, atau diturunkan dan, produk keuangan yang mendasarinya.

Karya akhir ini membahas produk derivatif yang didasarkan pada valuta asing dan suku bunga, yaitu forward exchange contract, currency option, dan interest rate serta currency swaps. Meningkatnya volatilitas nilai tukar dan suku bunga sejak dekade 1970-an mengakibatkan kebutuhan akan produk-produk keuangan yang dapat digunakan untuk pengelolaan resiko terhadap meningkatnya volatilitas tersebut semakin besar. Produk-produk keuangan derivatif diatas dirancang untuk dapat mernenuhi kebutuhan pengelolaan resiko tersebut. Selain digunakan sebagai instruinen pengelolaan resiko, produk derivatif ini juga dapat digunanakan untuk tujuan tujuan spekulasi dan perdagangan.

Bagi lembaga-lembaga keuangan seperti bank, produk derivatif memberikan peluang untuk dapat meningkatkan pendapatan diluar aktivitas tradisional perhankan dalam menghirnpun dan menyalurkan dana masyarakat. Dengan kelebihan yang dimiliki dalam akses ke pasar keuangan dan keahlian dalam pengelolaan resiko, bank menawarkan produk-produk derivatif nasabah yang memerlukan pengelolaan resiko keuangannya. Dalam transaksi derivati I tersehut. bank mengambil aIih resiko keuangan nasahahnya untuk memperoeh keuntungtn. Selain itu, bank juga menggunakari produk derivatif ini untuk pengelolaan resiko sendiri dan resiko yang timbul dan transaksi dengan nasabahnya tersebut.

Bank ?X? adalah salah satu bank devisa swasta nasional di Jakarta yang dikenal cukup aktif dalam melakukan transaksi derivatif. Karya akhr ini memberikan gambaran mengeriai bagaimana bank ?X? melakukan pengelolaan transaksi derivatif yang dilakukan dengan nasabahnya dalam usaha untuk nieningkatkan pendapatan. Beberapa data transaksi derivatif yang dilakukan Bank ?X? disusun dalam beberapa kasus kecil yang digunakan sebagai bahan pembahasan.

Forward exchange contract adalah kontrak antara dua pihak untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu mata uang asing dengan nilai tukar (forward rate) yang telah ditentukan pada saat awal kontrak, tetapi dengan pembayaran dan penyerahan pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang, yang telah disepakati kedua belah pihak. Forward exchange contract diperdagangkan di over-the-counter market dimana bank merupakan partisipan utamanya.

Forward rate tidak ditetapkan secara spekulatif, tetapi ditetapkan dengan memberikan premium atau discount pada nilai tukar yang berlaku pada saat awal kontrak (spot rate). Rate tersebut dihitung berdasarkan perbedaan tingkat suku bunga yang berlaku untuk masing-masing mata uang yang dipertukarkan dan lamanya waktu maturity.

Currency option contract memberikan hak, tanpa kewajiban, kepada pembelinya untuk menjual atau membeli suatu mata uang (underlying currency) dalam jumlah dan harga (strike price) tertentu pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang atau pada suatu waktu dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Option untuk membeli underlying currency disebut call option, sedangkan untuk menjual disebut put option hanya dapat di exercise pada saat maturity, sedangkan american option dapat di-exercise setiap saat sampai saat maturity.

Berbeda dengan forward exchange contract, untuk memperoleh hak dalam transaksi option, pembeli option pertu membayar premium kepada penjual. Dengan kontrak option ini, pembeli dapat membatasi resiko akibat peruhahan nilai tukar sebatas premium yang dibayarkan sekaligus tetap dapat memiliki kcmungkinan untuk memperoleh unlimited profit dengan meng exercise option jika pergerakan harga underlying currency menguntungkan. Penjual option memberikan hak kepada pembeli, dan dengan menanggung unlimied risk tersebut, penjual option menerima premium.

Currency option diperdagangkan balk di organized exchange maupun di OTC. Di organized exchange?, option yang diperdagangkan dikenal dengan nama traded option, yang dapat dijual kembali scbelum maturity. Currency option yang dijual disini umumnya merupakan kontrak standar, baik strike price, size, maturity, maupun underlying currency-nya. Currency option yang diperdagangkan di organized exchange terbatas hanya pada beberapa mata uang kuat dunia.

Currency option di OTC diperdagangkan melalui bank yang dalam hal ini bertindak sebagai penjual. Option di OTC ini tidak tradable, Walaupun demikian kontrak option di OTC ini dapat dibuat sesuai kebutuhan, balk .strike, price, maturity, maupun underlying currency. interest rate dan currency swaps dapat dikatakan tebih bersifat sebagai suatu teknik daripada suatu produk. Swaps ¡ni banyak digunakan perusahaan sebagai alat liability management untuk mengurangi biaya pinjaman.Transaksi swap dapat terjadi jika masing-masing pihak dapat memiliki akses ke pasar keuangan tertentu (baik dalam interest basis maupun currency) dengan terms yang secara komparatif lebih baik dibandingkan pìhak yang lain. Masing-masing pihak akan melakukan pinjaman dimana mereka masing-masing memiliki keungguan komparatif dan setuju untuk sating menukar (swap) cash flows pinjamannya sehingga dapat memperoleh terms yang lebih baik di pasar yang lebih mereka sukai dibandingkan jika masing-masing pihak melakukan pinjamannya sendiri secara lansung. Umumnya transaksi swap dilakukan melalui bank yang bertindak sebagai intermediary.

Bank dapat meningkatkan pendapatannya dengan bertindak sebagai intermediary dalam transaksi swap tersebut. Selain itu, bank juga menggunakan transaksi swap untuk kebutuhannya sendiri dalam mengelola liability-nya.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osriman Oesman
Abstrak :
ABSTRAK
Sektor kelistrikan merupakan salah satu bidang usaha yang tergolong atraktif, selain sifatnya yang dapat dikatakan vital bagi suatu negara juga termasuk sektor ekonomi yang mendukung sektor-sektor lainnya. Bagi Indonesia sendiri sektor ini menjadi salah satu prioritas yang harus terus dibangun, agar mampu mengimbangl lajunya pembangunan nasional.

Dunla usaha terutama kalangan swasta mengalami terjadinya perubahan kebijakan pemerintah dalam pengaturan masalah kelistrikan ini, momentum penting yang terjadi adalah diijinkannya swasta menggarap proyek-proyek yang kita kenal sebagai listrik swasta. Berbagai peraturan dan kebijakan diterbitkan pexnerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor ini dan menanggulangi masalah kekurangan daya yang terjadi selama ini.

Kondisi ini merubah lingkungan usaha dan pasar yang makin terbuka mernaksa para pelaku pasar untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap sategi bisnisnya, agar tetap mampu bersaing dan survive.

PTSI sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam industri peralatan kelistrikan ini menjadi obyek yang dianalisa, situasi perusahaan ini yang sedang tumbuh dan mengembangkan usahanya tidak lepas dan terpaan ketatnya persaingan dan gejolak perubahan lingkungan usaha yang digeluti.

Analisa karya akhlr ini dimulal dan analisa lingkungan usaha/ industri, Ingkungan internal, analisis SWOT dan anailsis pemilihan strategi balk secara korporasi ¡naupun unit bisnis. Data-data dan informasi yang dijadikan dasar dalam pembahasan yang dilakukan merupakan data dan informasi resmi balk dan instarisi pemerintah ataupun swasta serta dan para nana sumber perusahaan.

Pasar Indonesia merupakan sebagian pasar regional atau pasar ASEAN, atau pasar Asia, yang pada dekade ini dan juga untuk dekade depan diramalkan tetap menjadi pusat gravitasi pasar dunia, karena pertumbuhaninya yang pesat jauh diatas negara-negara industri dan negara lainnya.

Mengelola penyesuaian dalam strategi merupakan tantangan tersendiri bagi PTSI yang merencanakan untuk menjadi salah satu perusahaan terdepan dalam sektor kelistrikan ini di Indonesia. Pada bagian akhir tulisan ini disajilcan beberapa kesimpulan serta saran-saran yang dapat menjadi pilihan bagi pengambilan keputusan lebth lanjut.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichyar Musa
Abstrak :
ABSTRAK
Transportasi laut merupakan sarana yang penting didalam pengangkutan barang dan penumpang antar negara maupun dalam satu negara, khususnya Indonesia yang secara geographis merupakan negara kepulauan.

Biaya operasi dan biaya angkut tnenggunakan kapal peti kemas yang lebih murah dibandingkan kapal konvensional dan manfaat ekonomi peti kemas yang lain, mendorong peningkatan penggunaan peti kemas untuk pengiriman barang. Meskipun demikian keuntungan penggunaan peti kemas ini akan kurang bermanfaat jika pelayanan Pelabuhan Peti Remas kurang efisien dan efektif.

Untuk memberikan pelayanan yang baik, Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya Divisi Usaha Terminal Peti Kemas (DUTPK), telah menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Adapun salah satu diantaranya adalah Sistem Informasi Peti Kemas atau Sistem Informasi Manajemen Divisi Usaha Terminal Peti Kemas (SIM DUTPK).

SIM DUTPK yang seperti halnya struktur organisasi DUTPK, merupakan bagian dari SIM Perum Pelabuhan II. 3ika dilaniut kan ke tingkat yang lebih atas, SIM Perum Pelabuhan II tidak dapat dilepaskan dari SIM subsektor perhubungan Laut dan SIM Sektor Perhubungan. Oleh karena itu pengembangan SIM DUTPK selain ditujukan untuk mendukung pengoperasian dan pengusahaan pelabuhan Peti Kemas, juga untuk mendukung kebutuhan / permintaan data dan SIM tingkat yang lebih atas.

SIM DUTPK pada dasarnya digunakan untuk menjejaki peti kemas selama berada di pelabuhan, yang pada gilirannya kan digunakan sebagai data untuk menghitung biaya jasa peti kemas selama di Pelabuhan. Pembayaran jasa oleh pemilik Peti Kernas merupakan pendapatan utama Pelabuhan disamping pernbayaran jasa kapal selama di Pelabuhan.

Selain dari pada itu, SIM DUTPK juge diperlukan untuk membantu perencanaan operasi seperti perencanaan lapangan penumpukan, perencanaan kapal, perencanaan penggunaan alat, perencanaan penggunaan tenaga manusia dan lain?lainnnya. Dengan adanya perencanaan operasi yang baik, dapat diharapkan pelayanan jasa pelabuhan akan lebih efisien dan efektif.

Meskipun SIM - DUTPK dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi pelabuhan, bukan berarti bahwa SIM DUTPK dapat memecahkan seluruh permasalahan operasional.

Hasil temuan menunjukkan beberapa masalah operasional yang terjadi dan perlu diatasi dengan cara operasional. Demikian juga ditemukannya masalah keuangan yang berkaitan dengan masalah operasi perlu diatasi dengan alternatif prosedur keuangan.

Adapun masalah yang berkaitan dengan SIM - DUTPK pada umumnya berkaitan dengan perancangan sistem yang perlu ditingkatkan dan perlu dibuatnya beberapa aplikasi sistem tambahan.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa masalah operasional yang berkaitan dengan tingginya jumlah peti kernas yang ditumpuk dan lamanya rata?rata waktu penurnpukan telah diatasi dengan adanya Surat Keputusan Direksi Perum Pelabuhan II dan pemindahan ke lokasi penumpukan di luar area Pelabuhan.

Masalah keuangan yang berkaitan dengan keharusan untuk membayar secara tunai, sehingga diperkirakan merupakan salah satu penghambat kelancaran pelayanan, telah diusulkan alternatif kemungkinan penggunaan mekanisme piutang (account receivable) terutama untuk perusahaan besar dan bonafid.

Ada 3 alternatif usulan yang diberikan dalam rangka mengatasi permasalahan SIM-DUTPK, dimana setelah dilakukan pembahasan dipilih satu alternatif usulan.

Alternatif usulan yang dipilih ialah Perancangan kembali sietem yang ada dengan menggunakan teknologi yang baru, dan tetap memanfaatkan peralatan yang ada.

Sebagai tindak lanjut dan usulan tersebut telah diberikan beberapa saran yang diharapkan dapet mempercepat dan mengamankan pengembangan SIM-DUTPK.

Saran-saran tersebut antara lain meliputi aspek legalitas yang mendorong keberhasilan operasi DUTPK, penataan struktur pengelola SIM, penyetaraan keperangkatan pelaksana SIM dengan pejabat fungsional Pranata Komputer, dan pembuatan rencana investasi jangka pendek dan jangka panjang yang berkaitan dengan pembangunan SIM-DUTPK.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijastono Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini PT Garuda Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat, baik di pasar domestik maupun regional/internasional. Dari segi manajemen transportasi udara, Garuda memiliki beberapa alternatif alat yang strategis (strategic tools). Alternatif tadi dapat digunakan untuk membangun strategi bersaing yang dapat memberikan hasil pangsa pasar yang baik. Di antara alternatif alat strategis tersebut, yang paling dekat dengan bisnis ini (core business) Garuda adalah struktur rute dan armada pesawat terbang.

Suatu perusahaan penerbangan hams selalu menyesuaikan kapasitas angkutnya dengan perkembangan yang teijadi di pasar. Penlngkatan kapasitas angkut itu sendiri dapat dilakukan melalui cita cara, yaitu frekuensi penerbangan, baik pada rute yang sudah ada, atau dengan pembukaan rute barn untuk inemperhias wilayah pelayanannya. Agar operasi penerbangan pada suatu jaringan rute dapat mendatangkan keuntungan, maka perusahaan penerbangan perk memilili jenis pesawat yang paling sesuai untuk menerbangi rute yang mempunyth karakteristik tertentu.

Sampai tahun 1997, Garuda melakukan kerjasama dengan Merpati untuk menerbangkan penumpang Garuda ke tujuan-tuluan domestik yang tidak dilayani Garuda. Namun dewasa ini proses pemisahan operasi Merpati dan Ganada telah mencapai tahap akhir. Hal ini menjadikan Garuda perlu mengembangkan jaringan rute domestiknya sendiri untuk mendukung rute regional Asia dan Internasionalnya. Selain itu, Garuda juga perlu mengambil alih kendali atas kualitas dan daya tarik produknya di pasar domestlk. Untuk itu, Garuda harus menerbangi kembali domestiknya yang pada tahun 1988 pernah diserahkan ke Merpati.

Sebagai bahan pembahasan, studi ini memilih empat pasar penumpang sekunder, yaitu pasangan kota dengan tingkat permintaan di bawah 100.000 tempat duduk per tahun. Keempat pasar tersebut adalah pasangan kota Jakarta-Palu dan Jakarta-Kendari dltambah dengan pasangan kota Ujungpandang-Palu dan Ujungpandang Kendari. Struktur rute yang dibangun menghubungkan Jakarta dengan Palu dan Kendari dengan Ujungpandang sebagai kota persinggahan.

Untuk segmen rute Ujungpandang-Palu dan ujungpandang-Kendari, dari segi kapasitas dan waktu tempuh, jenis pesawat regional ternyata efektif untuk melayani tuntutan pasar. Dari segi kapasitas, penggunaan pesawat regional dapat menjamin ringkat load factor paling tidak 58.5%. Dari segi waktu tempuh, penerbangan dengan pesawat regional, walaupun bermesin turboprop namun dapat menghasilkan waktu tempuh yang kompetitif. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka armada Garuda sebaiknya dilengkapi dengan sejumlah pesawat regional berkapasitas di bawah 100 seats untuk keperluan penetrasi ke pasar sekunder.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Leonard, auhtor
Abstrak :
Meningkatnya tingkat persaingan di dalam industri, perkembangan kronologi informasi yang semakin cepat, dan adanya tuntutan untuk bergerak dengan cepat dalam mengantisipasi perkembangan bisnis, mendorong banyak perusahaan untuk mencari solusi yang dinilai efektif dalam membantu perusahaan menghadapi kondisi tersebut Solusi yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah menerapkan outsourcing dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Penerapan outsourcing akhir-akhir ini semakin berkembang, karena telah banyak perusahaan yang menawarkan diri sebagai provider, dan semakin tingginya kesadaran dari pelaku bisnis untuk menggunakan outsourcing. Penerapan outsourcing pada beberapa perusahaan telah terbukti memberikan banyak keuntungan. Didorong oleh keingintahuan yang besar, penulis mencoba untuk melakukan penelitian pada perusahaan yang telah menerapkan outsourcing di Indonesia. Penelitian penulis dilakukan di sebuah perusahaan (selanjutnya ditulis PT. XYZ), yang dalam aktivitasnya sehari-hari memproduksi dan memasarkan makanan kesehatan Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. XYZ. telah dipasarkan secara luas di seluruh Indonesia, dan juga telah diekspor ke beberapa negara di Asia Tenggara. Dalam peneiitian ini, penulis memfokuskan untuk melakukan analisis pada pengelolaan inventori dan logistjk, guna melihat seberapa efektif outsourcing membartu PT XYZ dalam mengelola inventori dan Iogistiknya. Data yang dibutuhkafl penulis dalam melakukan penelitian diperoleh melalui wawancara dengan pihak perusahaan. Wawancara dilakukan untuk membenikan gambaran kepada penulis seputar pengelolaan inventori dan logistik pcrusahaan yang rnencakup sistem pencatatan penerimaan dan pengeluaran bahan baku barang jadi, biaya yang dikeluarkan dalam Pengelolaan inventori logistik, strategi yang diterapkan perusahaan dalam pengelolaan logistiknya, serta kebijakan outsourcing yang telah diterapkan perusahaan. Dalam pengelolaan logistiknya, PT. XYZ telah menyerahkan kegiatan distribusi produknya diseluruh wiIayah penjualan di Indonesìa kepada PT. Enseval Putera Megatrading. Demikian juga dalam menyediakan gudang penyimpanan, PT. XYZ saat ini menyewa gudang milik PT. Senorupa sebagai tempat penyimpanan bahan baku dan barang jadi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, penerapan outsourcing oleh PT. XYZ terbukti sangat efektif dan bermanfaat. Karena dengan menerapkan outsourcing, PT. XYZ bisa memperoleh penghematan biaya dalam jumlah yang besar. Selain itu, outsourcing juga sangat membantu PT. XYZ dalam mengatasi keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Karena dengan melakukan outsourcing, PT. XYZ terbebas dari keharusan menyediakan dana dalam jumìah yang besar untuk menyediakan gudang, tenaga kerja, dan armada pengangkutan dalam pendistribusian produknya. Dengan menerapkan outsourcing, PT. XYZ juga dapat memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh providernya. Keunggulan yang dimiliki oleh PT. EPM, dapat membantu PT XYZ dalam mernperbaiki dan meningkatkan pelayanannya kepada konsumen. Sistem teknologi informasi yang telab diterapkan oleh PT. EPM, juga memungkinkan PT. XYZ untuk menjangkau konsumennya dengan cepat dan efisien, dan memampukan PT. XYZ untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi di pasar, khususnya yang melibatkan teknologi informasi. Penulis juga melihat bahwa PT. XYZ bisa mempertimbangkan untuk menjalankan sendiri kegiatan distribusinya di pulau Jawa, karena cakupan wilayah distribusi di pulau Jawa yang relatif lebih mudah dijangkau. Selain itu sebagian besar hasil penjualan PT. XYZ berasal dan wílayah penjualan di pulau Jawa. Dengan demikian PT. XYZ dapat memaksimalkan armada Pengangkutan yang mereka gunakan. PT. XYZ juga bisa memanfaatkan letak pabrik provider mereka yang tersebar di beberapa daerah di pualau Jawa, untuk menjangkau outlet -ouitlet penjuaIan produk mereka dengan Iebih cepat dan efisien. Dengan menerapkan Outsourcing, PT. XYZ juga menghadapi beberapa resiko. SekaIiP1 resiko-resiko tersebut sulit dinjiai secara moneter, namun jika sampai terjadi bisa mengakibatkan kerugian yang besar bagi PT. XYZ. Karena itu pihak manajemen harus senantisa melakukan pemanfaatan, agar PT. XYZ mampu mengantisipasi dan meminimalkan resiko.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Pramono
Abstrak :
Manusia dalam usahanya untuk mendapatkan nilai tambah atas segala usahanya mencapai keuntungan selalu mendapat beban kemunglcinan kerugian yang dapat dideritanya. Keuntungan dan kerugian merupakan dua sisi mata uang yang berbeda dalam sam keping mata uang, bila melihat suatu kemungkinan keuntungan pasti dibalilc kemungkinan keuntungan tersebut adalah kemungkinan kerugian. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan manusia untuk mengetahul segala hal yang ada di masa depan, sehingga resiko kerugian tersebut akan tenis membayangi usaba manusia mencapai keuntungan usaha. Berbagai usaha telah dilakukan oleh manusia untuk mengelola resiko tersebut, mulai dan usaba untuk menghindari resiko, memindahkan resiko kenigian tersebut ke pihak lain dan benar-benar menjinakkan resiko tersebut sehingga didapat suatu kondisi keuntungan uang cukup tinggi tetapi dengan tingkat resiko yang masih dapat di terima. Dalam upaya mengelola resiko itu sendini, ada beberapa tahap yang harus dilakukan sehingga proses pengelolaan resiko tersebut menjadi optimal, yaitu: 1. Tahap pertalna yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi resiko, meliputi telaah untuk menentukan penyebab, kapan teijadinya resiko tersebut, kondisi kondisi awal yang dapat dikenali sebagai peringatan dini akan teijadinya suatu resiko. 2. Tahap kedua adalah mengukur besaniya resiko yang teijadi, tahap ini menjadi penting karena peranannya "menerjemahkan" suatu resiko yang bersifat abstrak menjadi suatu nilai yang nyata yang dapat dimengerti danipaknYa secara Iangsung terhadap tingkat keuntungan dan kelangsungan usaha. 3. Tahap ketiga diwarnai dengan upaya penyusunan strategi perbaikan, strategi korekai atas resiko-resiko yang telah dikenali dan diukur pada tahap-tahap sebelwnnya. Pada tahap ini akan disusun suatu rencana (planning) untuk melakukan perubahan cara kerja sehingga resiko dapat ditekan pada tingkat seminimal mungkin tanpa harus mengorbankan keuntungan. 4. Tahap selanjutnya, tahap ke empat adalah melaksanakan strategi dan rencana yang telah disusun pada tahap ke tiga. 5. Tahap kelima di isi dengan proses pemantanan pelaksanaan planning apakah sesuai dengan garis yang telah ditetapkan dan memonitor basil pelaksaannya apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu mengendalikan resiko pada tingkat seminimal mungkin tanpa mengorbankan keuntungan yang ada. 6. Tahap selanjutnya adalah kembali kepada tahap pertama untuk mengulangi kembali proses manajemen resiko berdasarkaR perubahan strategi yang dilakukan. Sehingga proses manajemen resiko adalah merupakaii suatu sikius yang berkesinambungan yang diharapkan dapat memberikan sistem peringatan dini terhadap resiko yang mungkin terjadi. Dari tahap-tahap tersebut di atas, dapat dilihat peranan proses pengukuran resiko menjadi salah satu mata rantai yang penting dalam manajemen resiko. Sehingga dalam pembahasan tulisan ini, akan dlbahas suatu metoda yang relatif baru untuk mengukur besaran resiko yang terjadi yaitu dengan metoda Value at Risk (VaK). Metoda ini mampu menerjemahkan resiko menjadi nilai maksimal kerugian yang dapat diderita pada suatu tingkat keyakinan tertentu dan pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Pada tulisan ini akan dibahas suatu studi kepustakaan mengenai dasar-dasar teori mengenai pengukuran resiko dengan metoda VaR ini, diharapkan dari pembahasan studi kepustakaan ini didapatkan suatu pengertian dan cara yang baru mengenai pengukuran resiko yang Iebih akurat dan berguna dalam proses manajemen resiko selanjuthya, dibandingkan dengan cara-cara pengukuran resiko konvensional yang masih dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia. Metoda ini menjadi menarik karena mampu memberikan gambaran mengenai masa depan dalam masa yang tidak terlalu panjang (near future), keterbatasan jangka waktu ini karena asumsi yang digunakan dalam VaR bahwa segala kondisi yang mempengaruhi kemungkinan keuntungan dan kenigian suatu usaha adalah tetap. Pada kenyataannya, dunia keuangan adalah dunia yang sangat dinamis, sehingga efektifitas metoda ini terbatas pada untuk jangka waktu pendek(near future). Berbekal dari hasil-hasil pengukuran resiko dengan metoda VaR tersebut diharapkan manajemen dapat meneruskan ke tahap selanjutnya dalam tahap-tahap manajemen resiko. Pada bidang perbankan, perbankan nasional Indonesia khususnya, dalam rangka pengelolaan kegiatan perbankan yang memenuhi pninsip kehati-hatian, dan sejalan dengan ketetapan Bank for International Settlement (BIS), Bank indonesia telah mewajibkan semua bank untuk melabanakan manajemen resiko untuk tiap jenis resiko usaha yang ada, meliputi resiko operasional, resiko kredit, resiko pasar dan res iko ketidak-patuhafl. Untuk tulisan mi alcan difokuskan kepada salah satu mata rantai dalam proses manajemen resiko kredit, yaitu pengukuran resiko kredit. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai pengukuran resiko k-redit, dalam tulisan ini alcan diambil data aktual untuk pengukuran resiko kredit yang terjadi di salah satu cabang bank swasta nasional, yaitu PT. Bank "X" Cabang Utama "Z". Pengukuran akan dilakukan berdasarkan jenis kredit yang ada di Bank X dan alcan diukur resiko kredìt secara gabungan portofolio jenis kredit tersebut. Hasil pengukuran resiko kredit dengan metoda VaR akan dibandingkan dengan tingkat kerugian ñu yang terjadi di Bank X untuk masing-maSing jenis k-redit maupun untuk portofolio kredit yang ada. Selanjutnya pembahasan mengenai pengukuran resiko kredit ini akan dìakhiri dengan pengambilan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan perbitungan data aktual dan saran mengenai penerapan metoda ini di Bank X.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Rachman
Abstrak :
PT."X" adalah parusahaan yang bergerak di bidang instalasi, importir & distributor peralatan mekanikal, elektrikal, & telekomunikasi. Untuk perdagangan produk peralatan telekomunikasi, PT.?X? termasuk pendatang baru yang hendak meraih peluang-peluang yang cukup banyak sebagai akibat pesatnya pembangunan di Indonesia. Untuk itu PT."x" mendapat kepercayaan dari salah satu produsen peralatan telekomunikasi yang canggih dari PT."Y", sebuah perusahaan peralatan telekomunikasi yang terbesar di dunia, untuk menjadi partner mereka di Indonesia. Di dalam era globalisasi, PT "X" sebagai kontraktor M & E & Telekomunikasi terpacu untuk berfikir global dan strategis untuk memenangkan bukan hanya managing the business, tetapi juga managing the competition. Hal ini perlu dilakukan mengingat remote environment yang berubah sangat cepat. Untuk mengantisipasi perkembangan bisnis di masa mendatang PT."X" telah mengageni produk telekomunikasi canggih dan PT."Y". Keputusan untuk mengambil keagenan produk telekomunikasi ini sangat tepat mengingat telekomunikasi adalah produk vital dan menjanjikan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. Dalam melakukan pemasaran produk telekomunikasi PT "Y" , PT "X" mendapat saingan berat dan produk Asia ( Jepang khususnya ), dan juga dan produk Eropa Barat ( diwakili terutama dan Jerman ) yang telah menguasai pasar di Indonesia dengan cukup mantap. Masalah yang dihadapi oleh PT."X" adalah bagaimana dapat meraih pangsa pasar yang besar dalam memasarkan peralatan telekoinunikasi, sehingga pada masa yang alcan datang dapat merijadi market leader untuk peralatan telekomunjkasj yang canggih. Berarti PT."X" harus meniiliki strategi bersaing yang unggul untuk znenghadapi pesaing-pesaingnya yang sudah lebih dahulu inenguasai pasar. Untuk itu digunakan beberapa metode analisa guna pengambilan keputusan untuk membentuk strategi bersaing yang paling tepat. Metode analisa yang digunakan dalain tulisan ini adalah analisa industri, analisa internal perusahaan, analisa SWOT. Kemudian dilakukan formulasi strategi bersaing berdasarkan SWOT analysis diagram, grand strategy selection matrix, grand strategy clusters. Untuk iuenentukan strategi yang tepat bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan industri, niaka sebelumnya harus diketahui posisi perusahaan saat ini dengan segala kekuatan dan keleinahan yang dimulikinya, juga bentuk peluang dan ancaman yang ada. Dari hasil analisa ditemukan bahwasanya perusahaan pada saat ini berada pada posisi kuadran I dan SWOT Analysis Diagram,sehingga yang dapat dipakai adalah strategi agresif. Sedangkan dan analisa grand strategy matrix maka ternyata perusahaan berada pada posisi kuadran III, sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah concentrated growth, market development & product development, dengan iuenitik-beratkan pada market development. Berdasarkan formulasi grand strategy clusters, iaaka posisi perusahaan ada pada kuadran I, dan strategi yang disarankan adalah concentratjc growth.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, Milton P.
New York: New York, N.Y. , McGraw-Hill
658.800 7 BRO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
Abstrak :
Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang. Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11. Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil. Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar. Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>