Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silmi Kaffah
Abstrak :
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Estuari Cilamaya menjadi salah satu wilayah dengan potensi rajungan yang cukup tinggi di Jawa Barat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi kehidupan rajungan adalah salinitas. Rajungan (Portunus pelagicus) dapat hidup pada perairan dengan tingkat salinitas yang bervariasi yaitu 20-30 ppt atau masuk kedalam zona air payau. Dengan mengetahui zonasi perairan di estuari, maka wilayah tangkapan rajungan yang optimal di Estuari Cilamaya dapat digambarkan. Zonasi perairan didapatkan dengan melakukan klasifikasi sebaran salinitas menggunakan Venice System Classification (1958). Untuk nilai sebaran salinitas diperoleh dari citra Sentinel-2A tahun 2018 menggunakan algoritma penduga sebaran salinitas permukaan yaitu Algoritma Cilamaya. Wilayah Tangkapan rajungan dikaji berdasarka musim hujan dan musim kering. Wilayah tangkapan rajungan pada bulan kering semakin mendekati darat jika dibandingkan dengan wilayah tangkapan rajungan pada bulan basah.
Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the fishery products that has a high economic value. Cilamaya Estuary is one of the region with a high potential for this habitats in West Java. One of important factor that affect the existence of this habitats is salinity. The blue swimming crab (Portunus pelagicus) can live at varied levels of salinity, in 20-30 ppt or into the brackish water zone. By knowing the zoning of the waters in the estuary, the optimum catching area of this habitats in the Cilamaya Estuary can be described. Aquatic zoning is obtained by classifying the sea surface salinity distribution using the Venice System Classificatio (1958). For the sea surface salinity distribution obtained form Sentinel-2A imagery in 2018 using salinity estimation algorithm, namely Cilamaya Algorithm. The catching area of blue swimming crab study based on wet seasons and dry seasons. The catch area of blue swimming crab in the dry seasons is closer to the land compared in the wet seasons.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian di rumah kaca Departemen Biologi FMIPA UI pada bulan Februari--September 2007 tentang pengaruh salinitas pada pembibitan, yaitu perkecambahan dan pertumbuhan kecambah, pada biji jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penelitian bersifat eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan delapan perlakuan salinitas NaCl yaitu P1 (kontrol atau 0 ppm), P2 (500 ppm), P3 (1.000 ppm), P4 (1.500 ppm), P5 (2.000 ppm), P6 (2.500 ppm), P7 (3.000 ppm), dan P8 (3.500 ppm). Masing-masing perlakuan terdiri atas 48 ulangan yang diberikan sejak biji dikecambahkan dalam polybag media perkecambahan. Biji-biji yang berhasil berkecambah dengan morfologi (tinggi dan jumlah daun) seragam lalu dipindah ke dalam polybag media pertumbuhan. Media perkecambahan adalah pasir, sedangkan media pertumbuhan kecambah menjadi bibit adalah pasir dicampur kompos (1:1). Data persentase perkecambahan diambil pada hari ke-10 setelah biji ditanam, sedangkan data pertumbuhan kecambah menjadi bibit dengan parameter pertumbuhan jumlah daun, tinggi bibit, berat basah dan berat kering bibit diukur pada pekan ke-8 setelah pindah tanam. Hasil perkecambahan biji menunjukkan penurunan persentase perkecambahan dengan penurunan terbesar terjadi pada P7 (8,33%). Selain itu, perkecambahan P1 yang hanya 20,83% diduga terjadi akibat kondisi viabilitas biji yang digunakan. Kecambah-kecambah yang memiliki kondisi seragam (tinggi 12--15 cm dengan minimal dua daun) yang ditumbuhkan menjadi bibit hanya terdapat pada P1--P5 dengan masingmasing perlakuan digunakan lima kecambah. Hasil pertumbuhan kecambah J. curcas menjadi bibit menunjukkan rerata jumlah daun terbesar terdapat pada P3, P4, dan P5 (5,8 helai), sedangkan rerata jumlah daun terkecil pada P2 (4,4 helai). Kemudian rerata tinggi bibit terbesar terdapat pada P1 (26,80 cm), sedangkan rerata tinggi bibit terkecil pada P4 (24,15 cm). Rerata berat basah dan berat kering terbesar terdapat pada P1 (22,10 g dan 4,46 g), sedangkan rerata berat basah dan berat kering terkecil pada P4 (19,58 g dan 3,34 g). Akan tetapi, berdasarkan analisis statistik (ANAVA α = 0,05) pada empat parameter pertumbuhan yang diukur tersebut, menunjukkan bahwa perlakuan salinitas yang diberikan (P1--P5) tidak berpengaruh terhadap hasil pertumbuhan kecambah J. curcas menjadi bibit.
Universitas Indonesia, 2008
S31521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufti Petala Patria
Abstrak :
Penelitian fototaksis post larva-22 udang windu CPenaeus mdnodon F.abricius) pada perubahan salinitas dari 50 ppt ke 5 ppt, 15 PPt, 50 ppt» dan 40 ppt, Juga pada perubahan suhu dari 29°. 0 (suhu kamar) ke 20° 0, 29° 0,. dan 55° 0, serta pelaparan O hari, 1,hari, dan 2 hari, dilakukan pada pipa PVG dengan panj'ang 70 Gm dan' diameter 1,5 i^ci, .yang telah dibelah'dua. Pada salah satu ujung pipa diletakkan lampu pijar 6 Volt dengan intensitas cahaya 500 lux. . Fototaksis yang,diteliti meliputi, (1) prosentase respon fototaksis positif, yaitu prosentase dari sejumlah larva yang berjarak 10 Cm dari sumber cahaya, (2) periode lag, yaitu waktu senjang sebelum larva bergerak merespon ■ cahaya, (5) arah fototaksis, yaitu banyaknya larva yang menjauhi atau mendekati sumber. cahaya setelah diberi rangsangan cahaya, (4),kecepatan, yaitu waktu yang dibutuhkan larva' untuk menempuh, Jarak ■ 10 Cm ketlika menoauhi atau mendekati sumber cahaya, c Hasil uji statistik menunjukkan, bahwa perubahan salinitas dan suhu mempengaruhi seluruh kemampuan fototaksis, kecuali kecepatan fototaksis'negatif, sedangkan perbedaan pelaparan hanya mempengaruhi periode lag dan kecepatan fototaksis positif.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Nur Asyiah
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi salinitas media pemeliharaan terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan papuyu dan menentukan salinitas optimum pada media pemeliharaan benih ikan papuyu terhadap sintasan dan pertumbuhan. Benih berukuran 2 ± 0,3 cm dan 1 ± 0,11 gram dipelihara selama 40 hari. Rancangan acak lengkap digunakan dengan salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan 9 ppt serta 3 pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan salinitas 0 ppt memberikan nilai terbaik pada sintasan 67,78%, laju pertumbuhan spesifik 5,61%, pertumbuhan bobot mutlak 2,73 gram dan panjang mutlak 2,63 cm. Salinitas optimum berdasarkan hasil dugaan persamaan regresi kuadratik terhadap sintasan, LPS, pertumbuhan bobot mutlak dan panjang mutlak masing-masing dicapai pada salinitas 1,8 ppt, 2,5 ppt, 2,8 ppt, dan 3,3 ppt.
The research aimed to determine the effect of various concentrations of salinity media of fry climbing perch on the survival and growth and to determine the optimum salinity of fry climbing perch on survival and growth. Fry size 2 ± 0,3 cm and 1 ± 0,11 gram maintained for 40 days. Completely randomized design is used with salinity 0 ppt, ppt 3, 6 and 9 ppt and 3 repetitions. The results showed salinity 0 ppt deliver the best value on the survival rate of 67,78%, the specific growth rate of 5,61%, the growth of the absolute weight of 2,73 grams and the absolute length of 2,63 cm. The optimum salinity is based on estimates for quadratic regression equation to survival, LPS, growth in absolute weight and the absolute length of each achieved at a salinity of 1,8 ppt, 2,5 ppt, 2,8 ppt and 3,3 ppt.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Andreas
Abstrak :
Rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) berpotensi melepaskan radionuklida 137Cs. Radionuklida seperti 137Cs merupakan hasil reaksi fisi dari reaktor nuklir. Sumber pelepasan 137Cs berasal dari Reaktor Serba Guna (RSG) GA Serpong, Reaktor Kartini Yogyakarta, dan Reaktor Trigamark di Bandung. RSG beroperasi selama 142 hari dalam setahun dan berpotensi melepaskan radioaktif 137Cs sebanyak 2,91 x 10-6 Ci per tahun. Pelepasan 137Cs ke atmosfer akan mengalami proses global fallout, terserap di dalam tanah dan selanjutnya akan terakumulasi di perairan Teluk Jakarta. Untuk mengidentifikasi banyaknya 137Cs yang terakumulasi di perairan Teluk Jakarta, dapat digunakan rajungan (Portunus pelagicus) sebagai bioindikator. Pada penelitian ini dilakukan simulasi studi bioakumulasi 137Cs oleh Portunus pelagicus dari perairan Teluk Jakarta dengan memvariasikan perlakuan suhu (28oC, 31 oC, 34 oC, 37 oC) dan salinitas (26o/oo, 29o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo) air laut. Hasil penelitian menunjukkan nilai BCF untuk variasi suhu 28oC, 31 oC, 34 oC, 37 oC secara berturut-turut adalah 2,81 mL.g-1; 3,90 mL.g-1; 3,28 mL.g-1; dan 4,31 mL.g-1 sedangkan nilai BCF untuk variasi salinitas 26o/oo, 29o/oo, 32 o/oo, dan 35o/oo berturut-turut adalah 3,25 mL.g-1; 7,24 mL.g-1; 8,40 mL.g-1; dan 25,49 mL.g-1. Nilai BCF yang diperoleh, diinput ke dalam software Erica Tool untuk mengkaji dosis rata-rata 137Cs yang terdapat pada organisme hidup pada perairan Teluk Jakarta.
Experimental Power Reactor development plan releasing potentially radionuclide 137Cs. Radionuclides such as 137Cs is a fission product from nuclear reactors. 137Cs source release comes from Reactor Serba Guna (RSG) GA Serpong, Yogyakarta Reactor and Reactor Trigamark in Bandung. These reactors operates for 142 days a year and has the potential to release radioactive 137Cs as much as 2.91 x 10-6 Ci per year. 137Cs release into the atmosphere will undergo a process of global fallout, absorbed in the soil and will accumulate in the waters of Jakarta Bay. To identify the amount of 137Cs that accumulates in the waters of Jakarta Bay, can be used blue swimmer crab (Portunus pelagicus) as bio-indicators. In this study conducted a simulation study of bioaccumulation of 137Cs by Portunus pelagicus of the waters of Jakarta Bay by varying the treatment temperature (25oC, 28oC, 31oC, 34oC) and salinity (26o/oo, 29 o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo) seawater. The results showed bioconcentration factor (BCF) values for variations in temperature 25oC, 28oC, 31oC, 34oC in a row is 2.81 mL.g-1; 3.90 mL.g-1; 3.28 mL.g-1; and 4.31 mL.g-1 while the value of BCF for variations in salinity 26o/oo, 29 o/oo, 32 o/oo, 35 o/oo are respectively 3.25 mL.g-1; 7,24 mL.g-1; 8,40 mL.g-1; and 25.49 mL.g-1. Bioconcentration factor value obtained, inputted into the software Erica Tool to assess the average dose of 137Cs contained in living organisms in the waters of Jakarta Bay
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Kristian
Abstrak :
Ice slurry merupakan teknologi alternatif terbaik dari semua media pendingin dalam menjaga kesegaran ikan. Hal ini karena ikan didinginkan oleh air laut berfase kristal es dengan temperatur dibawah 0 ? dan strukturnya tidak merusak ikan. Modifikasi evaporator dengan bearing guna memperkecil friksi dan kebisingan. Penggunaan propane sebagai media pendingin juga dapat mempercepat waktu pembentukan ice slurry serta refrigerant yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh modifikasi evaporator dan menganalisis kinerja dari generator dengan variasi salinitas air laut. Semakin tinggi salinitas air laut maka semakin rendah suhu ice slurry. Tetapi lebih tinggi salinitas belum tentu efisien dari segi daya pembentukan ice slurry yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan, karena hasil tangkapan rata-rata laut perlu suhu pendinginan antara -1 sampai -2 ?. Parameter dalam penelitian ini adalah production rate dan kemampuan scraper memecah es di evaporator. Production rate tertinggi generator ice slurry generasi ke-5 pada penelitian ini berada pada putaran 1064 RPM pompa flowrate 1.8 liter/menit dan 334.5 RPM scraper dengan salinitas 10 ppt yaitu 0.03 liter/Wh. ......Ice slurry technology is the best alternative of all the cooling medium in maintaining the freshness of the fish. This is because the fish is cooled by sea water ice crystals gradually with the temperature below 0 and its structure does not damage the fish 39 s body. Modifications evaporator with bearings to reduce friction and noise. The use of propane as a refrigerant can also accelerate the formation of ice slurry and environmentally friendly refrigerant. The purpose of this study was to determine the effect of evaporator modification and analyze the performance of the generator with seawater salinity variations. The higher the salinity of sea water, the lower the temperature of the ice slurry. However the higher salinity may not be efficient in terms of power form a slurry of ice needed to cool fish, because the average catches of sea require refrigeration temperatures between 1 to 2 . The parameters in this study is the production rate and the scraper ability to break the ice in the evaporator. In this study, the highest production rate of ice slurry generator 5th generation are at 1064 RPM rotation pump flowrate 1.8 liter minute and 334.5 RPM scraper with a salinity of 10 ppt is 0.03 liter Wh.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rijal Kalipaksi
Abstrak :
ABSTRAK
Estuari merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan keberadaan berbagai tipe habitat. Air laut dan air sungai yang bertemu pada wilayah estuari akan membuat wilayah estuari kaya akan keanekaragaman hayati. Batas estuari berdasarkan salinitas menjadi batasan penelitian ini. Salinitas pada wilayah estuari berada pada rentang 0,5-30 permil;. Sebaran salinitas pada penelitian ini diperoleh dari algoritma penduga sebaran salinitas berdasarkan citra. Algoritma Cimandiri yang dibuat oleh Supriatna et al. 2016 dan Algoritma Wouthuyzen yang dibuat oleh Wouthuyzen et al. 2008 memiliki karakteristik yang berbeda. Validasi Alogirtma tanggal 17 Januari 2017 dilakukan untuk mengetahui algoritma penduga sebaran salinitas yang lebih tepat untuk digunakan di Teluk Lampung. Sebaran salinitas Teluk Lampung yang dibuat menggukan algoritma penduga sebaran salinitas divalidasi hasilnya dengan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat Refractometer. Hasil penduga sebaran salinitas menunjukan terdapat 2 zona estuari di Teluk Lampung yaitu Mexo-mesohaline dan Mexo-polyhaline. Zona lain yang terdapat di Teluk Lampung adalah zona Euryhaline.
ABSTRACT
Estuaries are areas meets the sea water has high salinity and low salinity of the river water. Estuary is a unique and complex ecosystem with the presence of various habitat types. Seawater and river water are met in an estuary region would make the estuary area rich in biodiversity. In this study estuaries limit will be reviewed by the variable salinity. Salinity in the estuary area are in the range from 0.5 to 30 permil . Distribution of salinity in this study was obtained from the estimation algorithm based image distribution of salinity on March 28th 2014, May 15th 2014, September 4th 2014, and October 6th 2014. The Cimandiri algorithm made by Supriatna et al. 2016 and the Wouthuyzen algorithm made by Wouthuyzen et al. 2008 have different characteristics. Validation Alogirtma dated January 17th 2017 was conducted to determine the distribution of salinity estimation algorithm is more appropriate for use in the Lampung Bay. Distribution of salinity Lampung Bay are created using algorithms estimate the distribution of salinity validated the results with measurements directly in the field using a refractometer.The results showed there salinity distribution estimators 2 estuarine zone in the Lampung Bay is Mexo mesohaline and Mexo polyhaline. Other zones are in the Lampung Bay is euryhaline zone.
2017
S67774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty Trirahmadika Widyakusuma
Abstrak :
Ice slurry merupakan media pendingin yang dihasilkan melalui rekayasa sistem refrigerasi dengan memanfaatkan air laut sebagai bahan dasarnya. Ice slurry sebagai media pendingin merupakan alternatif terbaik untuk mendinginkan ikan, hal tersebut karena seluruh badan ikan dapat tertutupi oleh es berbentuk kristal dengan diameter 0.1-0.2mm dan temperatur dibawah 0 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang prototype ice slurry generator dan menganalisis laju produksi dengan membandingkan beberapa variasi salinitas air laut. Parameter dalam penelitian ini adalah laju produksi ice slurry generator hasil rancangan. Laju produksi terbaik ice slurry generator generasi ke-6 pada penelitian ini adalah 0.284 Ton/12 Hours , dihasilkan oleh air laut dengan salinitas 10 ppt dengan putaran 335 RPM pada scraper dan 1064 RPM pada pompa. ......Ice slurry is a cooling medium generated through refrigeration system engineering by utilizing sea water as its base material. Ice slurry as a cooling medium is the best alternative for fish cooling and preservation, this is because the whole body of fish can be covered by ice crystals with a diameter of 0.1 0.2 mm and temperatures below 0 oC. The purpose of this research is to design a prototype of ice slurry generator and analyze the production rate by comparing some salinity variation of seawater. The parameter in this research is the production rate of slurry ice generator specially designed for this research. The best production rate of slurry ice generator 6th generation in this research is 0.284 Ton 12 Hours , produced by 10 ppt salinity of seawater with 335 RPM rotation on scraper and 1064 RPM on the pump.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzano Mohammad
Abstrak :
Struktur es dari ice slurry yang lembut dan dengan kristal berukuran nanometer membuatnya mudah masuk ke sela-sela sisik ikan sehingga dapat mengawetkan ikan dengan lebih optimal, hal ini membuat teknologi ice slurry menjadi teknologi terbaru di industri perikanan yang telah dipakai di negara-negara maju, modifikasi evaporator dengan penambahan clearence antara scraper blade dengan tabung dalam evaporator guna menghilangkan freezing effect ketika terjadi penumpukan es di dining tabung evaporator. Propane digunakan sebagai refrigerant karna dianggap mampu menjadi media pendingin yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh modifikasi evaporator dan menganalisis kinerja dari generator dengan variasi salinitas air laut. ......Ice structure of soft ice slurry with nanometer sized crystals make it easy to get into the sidelines of fish scales so as to preserve fish more optimally, making ice slurry technology as the latest technology in the fishing industry that has been used in developed countries, Modify the evaporator by adding clearence between the scraper blade and the tube in the evaporator to remove the freezing effect when ice accumulation occurs in the dining tube of the evaporator. Propane is used as a refrigerant because it is considered capable of being a good cooling medium. The purpose of this research is to find the effect of evaporator modification and to analyze the performance of generator with salinity variation of brine.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhiffa Azzura Binuko
Abstrak :
Air memiliki peranan penting terhadap keberlangsungan hidup manusia, terutama air dengan kualitas baik. Daerah penelitian yang terletak di Kabupaten Indramayu belum terpenuhi kebutuhan air minum oleh PDAM secara merata, sehingga warga memanfaatkan sumur air tanah sebagai salah satu sumber air minum. Namun, kualitas air tanah di Indramayu telah terindikasi mengalami kontaminasi, utamanya oleh proses salinisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi proses hidrogeologi yang mempengaruhi terjadinya dominasi unsur kimia pada air tanah sebagai indikasi kontaminasi. Pengambilan data dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 62 titik sumur air, 10 titik uji CPTu, 13 titik uji CPT dan 4 titik bor teknik. Data air tanah diambil pada September 2016 dan Juli 2017 pada musim kemarau dan berlokasi di daerah pemukiman. Kemudian, data tersebut dilakukan analisis untuk mendapatkan parameter fisiko-kimia air tanah yaitu pH, temperatur, DHL, TDS, dan ion utama, sedangkan pada databor DH03 dan DH04 dilakukan analisis uji XRD pada 7 kedalaman berbeda. Pendekatan statistikal, grafikal dan spasial dilakukan untuk menggambarkan karakteristik air tanah dan faktor utama yang mempengaruhi kandungan air tanah. Pemodelan hidrogeokimia inversi dilakukan menggunakan PHREEQC untuk menginterpretasi proses pelarutan/presipitasi mineral pada air tanah. Data geologi bawah permukaan menunjukkan indikasi adanya kemajuan garis pantai oleh proses pengendapan delta Cimanuk. Hasil data kimia air menyatakan bahwa tipe fasies dominan yaitu tipe Ca-Cl, dengan urutan kelimpahan kation yaitu Ca2+> Na+> Mg2+> K+ dan anion Cl−>HCO3−>SO42−. Parameter Cl−, DHL dan TDS menunjukkan korelasi bahwa telah terindikasi adanya kontaminasi air asin. Sumber kontaminasi air asin di daerah penelitian diantaranya oleh pelarutan mineral halit dan silvit, intrusi air laut atau keterdapatan air konat yang terperangkap saat proses pengendapan delta. Tingginya konsentrasi kalsium diindikasi berasal dari proses pertukaran ion terbalik antara sodium di air dengan kalsium di lempung atau sumbernya juga dapat berasal dari pelarutan mineral anhidrit. Oleh karena itu, hasil penelitian menyimpulkan bahwa interaksi air-batuan, percampuran, disolusi mineral dan pertukaran ion terbalik menjadi indikasi proses hidrogeologi yang mengontrol komposisi kation dan anion utama pada air tanah di daerah pesisir. ......Water has an important role in human, especially good quality water. The research area which is located in Indramayu, has not met the needs of drinking water from PDAM, so residents tend to use groundwater wells as a source of drinking water. However, the groundwater quality in Indramayu has been indicated to be polluted, mainly by the salinization process. This research was conducted to identify the hydrogeological processes that affect the dominance of chemical elements in groundwater. Data was carried out by the National Research and Innovation Agency (BRIN) at 62 groundwater wells and 4 drilled wells. Then, the data was analysed to obtain the physicochemical parameters of groundwater, which are pH, temperature, EC, TDS, and major ion, while the DH03 and DH04 of borehole used to do an XRD test analysis at 7 different depths. Statistical, graphical and spatial approaches were applied to delineate the characteristics of groundwater and the significant factors influencing its evolution. Hydrogeochemical modelling was also carried out to see the saturation index of groundwater. Subsurface geological data indicate there was Cimanuk delta deposition process causes coastal accretion. The results of the water chemistry data indicate that the dominant facies is the Ca-Cl type, with the order of ion abundance that is Cl−> Ca2+> HCO3−>SO42− Na+> Mg2+> K+. The high concentration of chloride ions indicates that saltwater contamination has occurred, supported by DHL and TDS data. Sources of saltwater contamination in the study area include the dissolution of halite and sylvite minerals, seawater intrusion or the presence of trapped connate water during the delta deposition process. The high concentration of calcium is indicated to come from the reverse ion exchange process between sodium in water and calcium in clay. The source can also come from the dissolution of anhydrite minerals. Therefore, the results of the study conclude that water-rock interactions, mineral dissolution and reverse ion exchange are indications of hydrogeological processes that control the chemical formation of groundwater in the study area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>