Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009
670 SAI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Mayarakat (LPPM) Universitas Sanata Dharma,
500 SIGMA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
ABSTRAK
Glukosiltransferase (GTF) adalah enzim yang terlibat dalam sintesis polimer eksopolisakarida (EPS) pada mikroba. Contoh EPS yang telah banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan kesehatan adalah dekstran.
Depok: DRPM-UI, {s.a}
500 UI-MASAINS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Lampung: FMIFA Univ Lampung, ...
JPST 6-7(1)2000/2001
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ktristina Tri Kusdiana
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang Kerjasama Sains dan Teknologi (S&T) antara Jerman dan Indonesia. Kerjasama S&T antara Jerman dan Indonesia mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Orde Baru karena adanya kedekatan hubungan personal antara mantan Presiden Soeharto dan mantan Kanselir Jerman Helmut Kohl. BJ. Habibie juga merupakan aktor yang memainkan peran cukup signifikan terhadap manisnya hubungan di antara kedua negara. Namun pada 1997/1998 Indonesia dilanda krisis keuangan yang berakibat kepada krisis politik, ekonomi dan sosial, yang menyebabkan mantan presiden Soeharto harus turun dari kursi pemerintahan pada 1998, yang setahun kemudian disusul oleh turunnya BJ. Habibie yang pada saat itu menggantikan posisi Soeharto sebagai presiden RI ke-3. Hilangnya dua tokoh penting tersebut ternyata tidak mengurangi minat Jerman untuk tetap melanjutkan kerjasama dengan Indonesia, khususnya dalam bidang S&T. Sebaliknya, Jerman justru meningkatkan bantuan kerjasama S&T kepada Indonesia pada periode 2000 ? 2009 menjadi sebesar - 83.413.000,-. Padahal pada periode 1990 - 1999 bantuan kerjasama yang diberikan Jerman hanya sebesar DM 73.331.630,- (kurang lebih sebesar - 37.493.867,-). Terlihat bahwa Jerman sangat berkepentingan terhadap kelanjutan kerjasama S&T dengan Indonesia. Sehingga kebijakan luar negeri yang digariskan Jerman untuk Indonesia juga mendukung adanya peningkatan bantuan kerjasama S&T tersebut.
This thesis examined about German Assistance on Science and Technology Cooperation (STC) towards Indonesia 2000 - 2009. The STC between Germany and Indonesia has achieved a great momentum during the New Order Era since there was good personal relationship between the former Indonesian President Soeharto and the former German Chancellor Helmut Kohl. BJ. Habibie was also the actor, who played significant role against the good relationship of both countries. However, the financial crisis which hit Asian countries in 1997/1998 has caused political, economic and social crises in Indonesia, which has led the Indonesian former President Soeharto stepped down in 1998. A year later BJ. Habibie has followed, who was at that time replaced Soeharto as President. The lost of these two important figures did not in fact reduce the interest of German government to continue its cooperation towards Indonesia, in particular on S&T. Instead, Germany has increased its assistant on STC in 2000 - 2009 amounted to - 83.413.000,-, where it was - 37.493.867,- in the period of 1990 - 1999. It appears that Germany is concerned about the continuation of STC towards Indonesia. This can be seen on its foreign policy towards Indonesia, which also supports the STC.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T28007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Masselin, Jacques
Paris: Hatier, 1971
448.3 MAS f I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988
R 664.003 MAL i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Nanto Widjaja
Abstrak :
Teknologi kini sedang menjadi pokok pembicaraan hangat, terutama di dalam kalangan intelektual yang merasa berhak bahkan wajib membicarakannya. Umum berpendapat bahwa kita mau tidak mau harus menerima kehadiran teknologi sebagai bagian dari hidup dan perkembangan manusia. Teknologi menciptakan berbagai kemungkinan yang mempermudah hidup manusia, hal itu dapat kita saksikan di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Terlepas dari berbagai sumbangan positifnya bagi manusia, teknologi juga telah mengakibatkan berbagai dampak negatif Orang tersentak menyaksikan polusi yang diakibatkan oleh pabrik-pabrik industri serta terjadinya peningkatan pengangguran karena komputerisasi dan otomatisasi dalam proses produksi dan sebagainya. Singkatnya, kemajuan teknologi telah menbawa perubahan-perubahan sosial baik positif maupun negatif. Kenyataan terakhir inilah yang memaksa sementara orang menjadi begitu pesimis terhadap janji manis yang ditawarkan teknologi. Kenyataan terakhir ini hanya akan menjadi semakin parah kalau kita tenggelam di dalam pesimisme dan hanyut di dalam cengkeraman teknologi, tanpa berusaha membekali diri dan menghadapinya secara serius. Teknologi sebagai hasil budaya manusia seharusnya tidak menjadi momok yang menakutkan, kalau manusia senantiasa siap untuk mengikuti dan mengendalikannya. Bahkan bila manusia dengan penuh disiplin memperhatikan setiap perkembangannya, serta mengarahkannya secara tepat, maka teknologi justru membuka peluang-peluang baru yang meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian kita tidak harus berkerut dahi dan berwajah muram menghadapi teknologi . Pandangan optimis tentang teknologi inilah yang ingin diperlihatkan di dalam skripsi ini melalui pandangan dan pemikiran futurolog Alvin Toffler (1928 - ). Dalam karyanya The Third Wave, tahun 1980, tampak jelas optimisme Toffler terhadap perkemibangan teknologi serta sumbangannya terhadap peradaban manusia. Untuk memperlihatkan garis perkembangan teknologi dan pengaruhnya pada perubahan sosial, Toffler membagi era peradaban manusia menjadi tiga bagian. Yang pertama disebutnya era Gelombang Pertama. Era ini terutama ditandai dengan sosiosfer yang bertumpu pada pertanian dan teknologinya yang masih serba tradisional. Sementara pada era Gelombang Kedua manusia menyaksikan suatu loncatan baru di dalam peradabannya berupa revolusi industri. Terbentuklah pusat-pusat industri yang memprodukmemproduksi barang-barang dalam skala besar (massifikasi). Terjadilah sentralisasi kerja dan produksi yang menimbulkan jurang antara produsen dan konsumen. Bahkan penerapan teknologi pada era ini menurut Toffler sendiri banyak memberi dampak negatif . Sedangkan pada era Gelombang Ketiga justru merupakan pembalikan dari era Gelombang Kedua. Masyarakat yang ditandai oleh teknologi tinggi informasi cenderung mengalihkan kerja dari pusat-pusat produksi (sentralisasi) ke lingkungan rumah atau keluarga (desentralisasi). Produksi lebih berorientasi kepada sistem produksi dalam skala kecil (demassifikasi) dengan penekanan pada prinsip prosumen . Dalam era Gelombang Ketiga teknologi justru menjadi sarana yang sungguh-sungguh memanusiakan dunia dan dengan itu pula meningkatkan kualitas hidup manusia . Akhirnya muncul juga pertanyaan, apakah teknologi yang serba canggih itu memang sesuai untuk seluruh situasi peradaban yang beranekaragam di dunia ini? Atau, apakah semua bangsa siap menerima dan menghadapi perkembangan-perkembangan teknologi yang spektakuler itu?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu kita ajukan dalam rangka suatu catatan kritis menanggapi optimisme Toffler.
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
besides physical test normally, early detection on the condition of the body by using the image processing of iris is an alternative method to observe the health of human's body, especially the internal organ of the body. in this paper, some image processing methodes are used to enhance the quality of iris image so that the problem that happens in area of pancreas can be detected clearly. the problem is represented by the form of broken tissue in iris. by using genetic programming, this iris image will be used as an input of an artificial intelligence system in detecting the internal organ disorder. the result of this detecting will be compared with the insulin normally test
Surabaya: Fakultas Teknik Hang Tuah,
530 JST
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Lingga Putri Nisrina
Abstrak :
Kecemasan dalam menghadapi pandemi COVID-19 dapat terjadi pada siapapun. Kecemasan dapat membuat seseorang bertingkah laku di luar akal sehat mereka. Pada kasus pandemi COVID-19 salah satu kecemasan yang terjadi adalah kecemasan akan tertular oleh virus COVID-19. Untuk mengurangi penularan COVID-19 dilakukan tindakan protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Protokol kesehatan tersebut harus dipatuhi untuk menghindari penyebaran virus yang semakin meluas, tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kecemasan terhadap pandemi COVID-19 dan tingkat kepatuhan pada protokol kesehatan COVID-19 dan korelasi diantara keduanya. Diduga ada perbedaan pada tingkat kecemasan, tingkat kepatuhan dan korelasi antara keduanya pada mahasiswa antar rumpun ilmu di Universitas Indonesia. Karena itu perbedaan rata-rata skor dari tingkat kecemasan, tingkat kepatuhan dan korelasi keduanya akan dianalisis untuk rumpun ilmu yang ada di Universitas Indonesia. Hal ini akan membantu pihak terkait untuk membuat kebijakan yang lebih efisien dan tepat sasaran untuk mengurangi tingkat kecemasan dan menaikkan tingkat kepatuhan secara umum maupun di setiap rumpun ilmu. Metode utama yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan korelasi Spearman. Penelitian dilakukan pada 306 mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan 15 pertanyaan mengenai kecemasan dan 25 pertanyaan mengenai kepatuhan dengan skor 1-5. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata skor tingkat kecemasan antar rumpun ilmu dan tidak terdapat perbedaan rata-rata skor tingkat kepatuhan antar rumpun ilmu di Universitas Indonesia. Untuk Rumpun Ilmu Kesehatan terdapat korelasi negatif antara tingkat kecemasan dan tingkat kepatuhan. Untuk Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi maupun untuk Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi antara tingkat kecemasan dan tingkat kepatuhan. ......Anyone can experience anxiety as a result of the COVID-19 pandemic. Anxiety can cause a person to act in ways that are contrary to their common sense. One of the concerns that arises in the case of the COVID-19 pandemic is the fear of becoming infected with the virus. To reduce COVID-19 transmission, the 5M health protocol is followed, which includes wearing masks, washing hands, maintaining a safe distance, avoiding crowds, and limiting mobility. These health protocols must be followed to prevent the spread of the virus, which appears to be spreading but is not. The goal of the study was to look at the COVID-19 pandemic's anxiety levels and the COVID-19 health protocol's compliance levels, as well as the relationship between the two. It is suspected that students in the Universitas Indonesia knowledge group have different levels of anxiety, compliance, and correlations between the two. As a result, for the existing science group at Universitas Indonesia, the difference in average scores from anxiety levels, compliance levels, and correlations will be examined. This will assist the relevant parties in developing more effective and targeted policies to reduce anxiety and increase compliance across the board, as well as in each knowledge group. The Kruskal-Wallis test and the Spearman correlation are the most commonly used methods. The research involved 306 students from Universitas Indonesia. Questionnaires with 15 anxiety questions and 25 complince questions were used to collect data, with scores ranging from 1 to 5. According to the findings of this study, at the Universitas Indonesia, there is a difference in average anxiety level score between the knowledge group and no difference in average compliance level score between the knowledge group. Anxiety levels and compliance levels are negatively correlated in the Health knowledge group. There is no correlation between anxiety levels and compleance levels in Science and Technology, as well as the Social Sciences and Hummanities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>