Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jonardi
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah menilai aplikasi rehidrasi parental secara cepat, sesuai anjuran WHO (1984) dengan pemberian cairan rehidrasi parental secara cepat (70 ml/kgbb/3jam) untuk mengatasi diare akut dehidrasi berat dari segi: lama rawat, keadaan/status hidrasi, kenaikan berat badan, volume tinja, banyaknya cairan yang diberikan, keseimbangan air dan elektrolit serta biaya perawatan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini, meskipun tidak menggunakan kontrol sebagai perbandingan, namun berdasarkan gambaran pemeriksaan klinis dan laboratoris yang diperoleh, cara pengobatan diare akut dehidrasi berat dengan metode WHO memberikan hasil yang efektif dan lebih praktis, karena observasi ketat yang lebih singkat, serta penyediaan cairan yang hanya semacam/tunggal ialah cairan Ringer laktat. Dengan berkurangnya waktu perawatan dari rata-rata 5 hari menjadi 2,76 hari dan jumlah cairan RL yang digunakan yang lebih sedikit maka biaya perawatannyapun dapat ditekan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartaniah Sadikin
Abstrak :
LATAR BELAKANG


Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita. Telah dilakukan usaha terus-menerus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diare, namun masih ada dugaan bahwa belum seluruh masyarakat terutama ibu dan petugas kesehatan melakukan tatalaksana diare secara besar.

Angka kesakitan diare di Indonesia dewasa ini diperkirakan antara 120-300 kejadian per 1000 penduduk per tahun, 60-80% di antaranya terdapat pada balita. Dari sejumlah ini diperkirakan sebanyak 1% akan menderita diare dehidrasi berat dengan angka kematian sekitar 175.000 per tahun, di antaranya terdapat 135.000 bayi dan anak balita (Ditjen PPM & PLP Depkes, 1990). Di negara sedang berkembang, 45 % populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun, dengan jumlah balita sebanyak 20% (BPS, 1979). Di Indonesia, pada tahun 1987 terdapat 39,4 % anak berumur kurang dari. 15 tahun, dari sejumlah ini terdapat balita sebanyak 12,6 % (Grant, 1989).

Selain itu diare jugs merupakan penyebab utama gizi kurang, yang akhirnya dapat menimbulkan kematian karena penyebab lain, misalnya infeksi saluran nafas. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare dehidrasi (Munir, 1982).

Tinggi rendahnya angka kejadian diare ini dalam masyarakat ditentukan antara lain oleh : 1). Faktor lingkungan dan 2).Faktor perilaku masyarakat. Kedua faktor ini memegang peranan yang penting dalam mencegah dan menanggulangi diare, sehingga untuk dapat menunjang program pembangunan nasional di bidang kesehatan yang bertujuan mencapai " Sehat untuk semua pada tahun 2000 ". harus mendapat perhatian yang besar ( Sunoto, 1986).

Sernboyan atau motto yang berbunyi " Pengobatan diare mulai di rumah dan penderita diare sebenarnya tidak perlu meninggal " telah dicanangkan sejak 15 tahun yang lalu. Sejak itu telah dipromosikan Oralit dan URO (Upaya Rehidrasi Oral), namun usaha tersebut belum mencapai sasaran pada seluruh lapisan masyarakat dan bahkan para petugas kesehatan pun masih banyak yang belum menggunakannya (Ismail, 1990).Hingga kini, masih saja ada masyarakat yang beranggapan bahwa (1). Diare merupakan gejala anak mau bertambah pintar, ngenteng-ngentengi "indah", dan sebagainya ;(2). Perlu menghentikan makanan dan minuman sehari-hari. tarmasuk ASI, selama diare; 3). Perlu memberikan obat. baik obat tradisional (jamu). daun jambu, popok daun-daunan. kerikan, maupun obat modern, baik yang harus dibeli dengan resep dokter, maupun yang dapat dibeli bebas di apotik atau di toko obat . Keadaan di atas kiranya sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap penyakit diare dan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. lingkungan, keadaan social ekonomi, peranan tenaga penyuluh kesehatan, dan sebagainya (Ismail. dkk., 1986)

Dalam upaya mencapai "Sehat Untuk Semua" masih dirasakan kurangnya sumber daya yaitu tenaga, dana dan sarana-prasarana.

Untuk ini perlu peran serta masyarakat, khususnya ibu, yang mempunyai perilaku yang menunjang, yang selanjutnya juga berperan sebagai 'dokter' terdekat bagi keluarga. terutama bagi anaknya. Khusus pada diare. peran ibu ini sangat penting dalam usaha pencegahan dan penanganannya.

Peran ibu ini menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya, ibu seringkali berperan sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental (Titi Sularyo dkk., 1984). Dengan demikian bila ibu barperilaku baik mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik.

Akhirnya penelitian mengenai seberapa jauh peran serta masyarakat terutama ibu. khususnya perilaku ibu mengenai diare pada balita dan penanganannya, perlu dilakukan, yang setahu peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di Bagian Anak FKUI/RSCM Jakarta

1991
T 6593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kirana
Abstrak :
Salah satu penyebab tingginya angka kematian Balita di Indonesia adalah diakibatkan penyakit diare. Angka diare yang didapat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) bila diproyeksikan pada semua golongan umur adalah 54/100.000 penduduk dan pada Balita terjadi kematian 55.000 (2,5il000 Balita). Propinsi Kalimantan Selatan mempakan daerah endemis diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kalimantan Selatan tahun 1995, telah teljadi tiga kali kejadian luar biasa (KLB) pada dua kabupaten yang mencakup 5 kecamatan dan 8 desa Di kota Banjarmasin sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, menurut klasifikasi rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, diare menduduki urutan pertama dan rnenduduki urutan ke dua di Puskesmas. Dari data Profil Dinas Kesehatan kota Banjamlasin tahun 2000, salah satu upaya penanggulangan diare adalah dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) kemasan (92,69%) kepada penderita diare. Tujuan perlelilian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjamlasin tahun 2001. Rancangan penelitian ini adalah Cross Secrionai. Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai balita diare dau berobat ke Puskesmas so kota banjarmasin, sedangkan sampel adalah ibu-:ibu yang mempunyai balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjarrnasin pada bulan Maret tahun 2001 (Quora Sampling). Pengumpulan data dilakulcan dengan kuesioner dan wawancara langsung. Data kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari hasil analisis bivariat diketahui ada empat variabel yang mempunyai hubungan bemrakna terhadap perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, yaitu variabel pcndidikan, variabel pengerahuan, variabel sikap, dan variabel kerersediaan oairan rehidrasi oral. Sedangkan variabel nomra subyektif dan variabel rasa diketahui tidak ada hubungan yang bermalma dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare. Dari model Regression Logistic diketahui temyata variabel yang paling berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada balita diare adalah variabel sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Ratio terbesar yaitu 8,508 ( 95% CI = l,0/-l-9 - 68,98l). Yang berarti ibu yang bersikap positif kemungkinan memberikan cairan rehidrasi oral pada balitanya yang diare sebesar 8,508 kali lebih besar dibandingkan ibu yang bersikap negatif terhadap pemberian CRO pada balita diare. Sebagai saran unluk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilalrukan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin adalah perlunya peningkatan dan pengembangan Program Pemberantasan Penyakit Menular Diare sehubungan dengan didapatkannya infomrasi dari penelitian ini tentang rendahnya pemberian cairan rehidrasi oral di rumah oleh ibu kopada balita diare. Bagi Puskesmas se kota Banjamrasin, disarankan agar lebih meningkatkan dan mengembangkan materi penyuluhan tentang diare dan cairan rehidrasi oral. Disarankan juga perlunya penelitian lebih lanj ut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, dengan melihat variabel-variabel lairmya, seperti, suku, tinglcat pendidikan suami, status pekerjaan dan lain-lain.
One ofthe causes of Child Mortality Rate in Indonesia is diarrhea. According to household health survey ( SKRT, l995) the incidence of diarrhea all age groups is 54/l00.000 and among child under tive years old is 55.000 deaths (2.5/l000). South Kalimantan is endemic area of diarrhea. Based on health profile of south Kalimantan 1995, there were three times diarrhea epidemic incidence. ln two regencies which covered 5 sub districts and S villages. While in Banjarmasin as capital of South Kalimaman, according to classification of medical treatment in hospital placed at first rank and second in public health center. From health office profile of Banjamiasin city 2000, one of effort to cope with diarrhea is provide oral rehydration fluid (92,69%) to patients. Objective of this research is to find out factors that related to mother?s behavior In The Use oral rehydration fluid at home to children under five years old with diarrhea who has taken medial care to public health centers in Banjanriasin city year 2001. This research use Cross Sectional Design. Population and sample are mothers which their children under tive years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarhidsih city, where as sample are mothers who brought their children under five years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarmasin city in March 2001 (Quola Sampling). Data collecting use questioner and interview. Data processed statistically and analyzed with Chi Square and Multiple Regression Logistic techniques. Bivariate analysis, should four variables were proved to be significant by correlated with mother?s behavior in the use oral rehydration fluid to children under five year old at home. They are education variable, knowledge variable, attitude variable and availability variable. While subjective nomi variable and taste variable found have no significant correlation with mother?s behavior In The Use oral rehydratiori fluid at home. From regression logistic model found the most significant variable related to mother behavior ln The Use oral rehydration fluid at home is attitude variable with Odds ratio 8,508 ( 95% Cl = 1,049 - 68,9811 From result of interaction test not found any significant correlation between variable. Based on result of this research health office of Banjarmasin should improve and develop of transmitted disease program for diarrhea because lack of mother's which giving their child with diarrhea with oral rehydration Fluid at home. For every public health centers in Banjarmasin, should improve and develop education matters about diarrhea and oral rehydration fluid. Other suggestion is conduct the other research with more variable, such as ethnic, husband education.
2001
T3753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Setyamarta
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Kanker kolorektal memiliki onset yang tersembunyi, gejala tidak muncul hingga penyakit mencapai stadium lanjut. Kanker kolorektal stadium lanjut yang mengalami metastasis ke intra abdomen memiliki prognosis yang buruk. Massa kanker yang metastasis ke intra abdomen menyebabkan obstruksi usus malignan, yang menimbulkan gejala mual, muntah, dan anoreksia. Pasien dengan obstruksi usus maliganan yang tidak dapat dioperasi diarahkan ke terapi paliatif. Salah satu intervensi terapi paliatif untuk mengurangi gejala obstuksi usus pada pasien yaitu dekompresi lambung dengan selang NGT disertai manajemen medikasi berupa obat antiemetik dan antisekretori. Tindakan paliatif tersebut memerlukan intervensi keperawatan unutk mengatasi respons masalah nutrisi dan cairan akibat mual, muntah, dan kehilangan cairan berlebih. Intervensi keperawatan yang diperlukan oleh pasien dengan obstruksi usus yang menjalani dekompresi lambung yaitu pemberian terapi nutrisi parenteral, rehidrasi, dan perawatan selang NGT. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien yang menjadi salah satu indikator peningkatan kualitas hidup dalam terapi paliatif. ......Colorectal cancer is one of the major health problems in the world. Colorectal cancer has a hidden onset, there is no symptoms until the disease reaches an advanced stage. Advanced-stage colorectal cancer that metastasis to the intra-abdomen has a poor prognosis. Metastatic cancer spread to the intra-abdominal causes malignant bowel obstruction, resulting in severe symptoms such as severe nausea, vomiting, and anorexia. Patients with unoperable bowel obstruction are advised to palliative therapy. One of the palliative interventions to reduce symptoms in malignant bowel obstruction is gastric decompression with nasogastric tube NGT in conjunction with antiemetic and antisecretory drugs. The palliative care need nursing interventions to manage respons from nutrition and fluid problems. Nursing interventions that can be performed in patients with gastric decompression are parenteral nutrition therapy, rehydration, and NGT care. This intervention is purpose to provide the comfort of patients to improve quality of life in palliative therapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library