Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsdenia
Abstrak :
Peningkatan efisiensi pengelolaan Rumah Sakit secara terus menerus merupakan pedoman pengelolaan keuangan yang mutlak harus diadopsi oleh Rumah Sakit manapun, dimana efisiensi yang tinggi akan meningkatkan keunggulan kompetitif dan peningkatan pendapatan dan akhirnya meningkatkan kemampuan keuangan RS untuk mensejahterakan anggotanya. Berdasarkan Laporan Keuangan RSUBY diketahui bahwa laba atas operasi RSUBY ada kecenderungan terus menurun dari tahun ketahun (yang diperoleh dari laba operasi kotor dikurangi dengan biaya administrasi dan umum), bahkan untuk tahun 2001, saldonya sudah negatif, tetapi untuk laba bersih RSUBY masih positif walaupun 10 tahun terakhir juga terus mengalami penurunan. Salah satu penyebab turunnya laba operasi ini adalah karena kondisi likuiditas Rumah Sakit yang kurang bagus ditandai dengan penurunan modal kerja yang sangat drastis (50%) pada tahun 2001. Rasio likuiditas terlihat cenderung mengalami penurunan yang cukup lebar, terutama untuk angka rasio lancar untuk tahun 2001 (2,32 menjadi 1,42). Begitu juga dengan angka rasio cair, rasio kas cenderung terjadi penurunan yang segera harus dicermati penyebabnya dan dicari solusi bagaimana/apa untuk mengelolanya. Untuk mencapai tujuan penelitian dikembangkan rancangan penelitian operasional (Operation Research) yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dan data kuantitatif diperoleh dari laporan keuangan RS. Hasil penelitian menunjukkan Rasio Lancar RSUBY masih dalam ukuran baku kecuali pada tahun 2001 dibawah standar yaitu 1.42. Rasio yang lebih sensitif yaitu rasio cair untuk tahun 2000 dalam ukuran baku, tetapi untuk tahun 2001 dan 2001 batas bawah dari ukuran baku. Rasio kas dalam kondisi batas bawah juga kecuali untuk tahun 2000. Rasio perputaran piutang RSUBY untuk tiga tahun terakhir makin kecil yang artinya piutang makin lama waktu tertagihnya. Periode rata-rata pengumpulan piutang masih dalam ukuran baku 14-21 han . Rasio perputaran persediaan masih dibawah ukuran baku (24-32 kali setahun). Rasio rata-rata persediaan tersimpan di gudang tiga tahun terakhir adalah 16 dan 21 hari sampai pesan lagi. Rasio Lancar RSUBY secara nominal memang masih dibatas aman untuk tahun 2002 yaitu 13-2.00, tetapi nilai rill dari rasio tersebut sebenarnya jauh dibawah itu, hal ini karena: a) piutang jaminan yang overstated :yang dinilai terlalu tinggi, dan ada yang berumur diatas 3 tahun masih tercantum di Neraca sebagai harta lancar padahal harta lancar merupakan harta yang bisa dikonversikan menjadi tunai atau ekuivalennya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun buku, yang artinya harta lancar dari RSUBY adalah overstated b) Piutang Perorangan yang overstated: Untuk Piutang perorangan ini ternyata sebesar 85% dari total saldo berumur diatas 3 bulan, yang artinya tingkat ketertagihannya adalah sangat kecil, apalagi piutang perorangan ini tidak dijamin dengan barang yang senilai dengan nilai dari piutang itu sandhi, sehingga sangat sukar untuk dikonversikan sebagai kas. Artinya Rasio Lancar adalah overstated. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa RSUBY masih bisa berbenah diri dan memperbaiki kondisi rasio lancarnya melalui pengelolaan yang tepat dan melakukan pengendalian yang memadai atas komponen rasio lancar yaitu pada saat proses terjadinya penerimaan kas, pengeluaran kas, proses terjadinya piutang dan pengadaan persediaan obat. Daftar bacaan : 31 (1968-2002)
RSU Bhakti Yudha's Current Ratio Analysis for the year 2000, 2001, 2002 The Persistent increase on hospital management efficiency is a basic guidance for financial management which should be adopted by all hospitals, as a high efficiency will increase competitive advantage and profit as the result of efficiency, the hospital ability to give financial benefits grows. Based on RSUBY Financial Statement, we know that the Return/Profit from Operating tends to decrease from year to year (Operating Profit = Gross Profit from Operating - General and Administrative Expense), in 2001 the Gross Operating Profit was on negative balance, even though Net Profit still has a positive balance. The Net Profit for the last 10 years tends to decrease, one reason of the decrease for Operating Profit was the liquidity problem, due to the drastic decrease of working capital (almost 50%) in the 2001 compared to 2000. Liquidity Ratio also tends to decrease decisively, for example current ratio in the 2001 was almost half compared to 2000 ratio (from 2.4 to 1.42). Other Ratios such as Acid Test Ratio, Cash Ratio and others liquidity ratio also have a tendency to go down, for which we should find out the reason and come up with solutions. In this Thesis, the author use Operation Research Method, namely The Method used quantitative data and qualitative data to rech the goals of the research. Quantitative data are got from RSUBY's Financial Statement; and Qualitative data are got from indepth interviews with the Staff. The Research shows that RSUBY's Current Ratio are still in a normal range except in the year of 2001 was below the standard (1.42). The more sensitive ratio, Acid Test Ratio, is still in normal range in the year of 2000, but in the year of 2001, and 2002, the ratios are in the lowest bend of normal range. Cash Ratios for many years are also in the lowest bend of the normal range except for the year of 2000. Receivable Turnover Ratios for the last three years go smaller showing that Receivables took longer time to collect, the normal range for Receivable Turnover is 14 up to 20 days, Stock Turnover Ratios are below the standard range ( 24- 32 times per year), The Average Stock held in The Warehouse is between 16 up to 21 days. The value of Current Ratio is got from comparison between Current Assets and Current Liabilities. Nominally, RSUBY's Current Ratio in 2002 is in the state bend; namely, 1.5 - 2.00, in the real term, the ratio shows on contradictory pictures. The reasons are a) Guaranteed Receivables are valued above the normal practice (Overstated) b) Over Stated of Non Guaranteed Receivables/Personal Receivables. Based on this research, the author thinks that there are some rooms for RSUBY's management to fit their current ratio problem. There are several suggestions that the management can adopt; namely controlling cash out flow and cash inflow, reevaluating Receivables Policy, reforming the supply of Inventories (Medicine) procedures. References : 31 (1968-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Endah Wahyuni
Abstrak :
Penelitian tentang analisis kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok pada tahun 2002 dilatarbelakangi dengan adanya hasil survei kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat inap tahun 1999 yang menunjukkan tingkat rendah dan adanya peningkatan keluhan pasien rawat inap terhadap pelayanan tenaga keperawatan dari tahun 2000 sampai 2001. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan kerja tenaga keperawatan di ruang rawat Inap. Tingkat kepuasan ini dinilai dengan cara mengukur tingkat kesesuaian antara kenyataan dan harapan berdasarkan komponen upah, wewenang, tuntutan tugas, kebijakan organisasi, interaksi, dan status profesional dari seluruh responden menurut karakteristik demografi (umur, status kawin, dan tingkat pendidikan) dan karakteristik pekerjaan (status kepegawaian, lama kerja, mutasi kerja, lama kerja, pengalaman kerja, dan jam kerja seminggu). Penelitian ini menggunakan disain penelitian non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Penentuan besar sampel penelitian dilakukan seeara total sampling dan didapatkan besar sampel sebanyak 103 orang. Data penelitian yang diperoleh berasal dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dan dari hasil wawancara dengan 5 (lima) orang informan serta data hasil pencatatan dan pelaporan rurnah sakit. Instrumen yang digunakan mengacu pada kuesioner Index of Work Satisfaction yang dibangun oleh Stamps yang dalam penelitian ini telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan karakteristik demografi rerata umur responden adalah sekitar 30 tahun, tingkat pendidikan sebagian besar (60%) adalah lulusan SPK/Bidan, dan sebagian besar (65%) berstatus kawin. Bila dilihat dari karakteristik pekerjaannya maka hampir seluruh responden (83,5%) merupakan pegawai tetap RS, sebagian besar (57,3%) menyatakan belum pernah dimutasi ke unit/ruang perawatan lain, dan rerata lama kerja di RSU Bhakti Yudha adalah 6 tahun. Selain itu, responden yang memiliki pengalaman bekerja dan yang tidak memiliki pengalaman bekerja di tempat lain sebelum bekerja di RSU Bhakti Yudha cukup berimbang, dan rerata jam kerja perawat dalam seminggu adalah sekitar 44 jam. Bila dilihat dari tingkat kepentingan kepuasan kerja, maka komponen yang paling penting dalam kepuasan kerja berdasarkan hasil penilaian responden adalah wewenang yang diikuti oleh komponen status profesional, upah, interaksi, kebijakan organisasi, dan yang paling rendah tingkat kepentingannya adalah komponen tuntutan tugas. Berdasarkan tingkat kepuasan kerja diketahui bahwa secara umum rerata tingkat kepuasan kerja responden adalah 75,80%. Komponen kepuasan kerja dengan tingkat kepuasan tertinggi ada pada komponen status profesional (86,10%) diikuti pada urutan selanjutnya adalah interaksi antarperawat (83,69%), wewenang (81,54%), tuntutan tugas (79,5%), kebijakan organisasi (72,28%), interaksi perawat-dokter (70,78%), dan tingkat kepuasan kerja terendah diperoleh pada komponen upah (58,31%). Pada diagram kartesius diketahui bahwa komponen kepuasan kerja yang perlu mendapat prioritas utama dalam kepuasan kerja responden untuk ditindaklanjuti adalah upah dan interaksi dokter-perawat, karena tingkat pelaksanaannya masih belum baik. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa semua karakteristik demografi yang diteliti (umur, status kawin, dan tingkat pendidikan) memiliki hubungan yang signifikan. Sementara itu, karakteristik pekerjaan responden yang terbukti memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kepuasan kerja responden adalah variabel lama kerja. Mengacu pada hasil penelitian ini yang menunjukkan tingkat kepuasan terendah adalah pada komponen gaji dan interaksi perawat dan dokter maka saran yang diajukan peneliti adalah lebih mensosialisasi sistem pengupahan yang berlaku baik berdasarkan status kepegawaian (tetap dan kontrak), sistem kenaikan upah, pemberian insentif dan bonus pada tenaga keperawatan dan mengaktifkan/memberdayakan kembali perkumpulan perawat di RS yang sudah ada semua informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan SDM keperawatan dapat ditemukan dengan mudah oleh seluruh anggotanya. Selain itu, kegiatan bersama antara tenaga medis dan perawat perlu diselenggarakan misalnya dengan pemberian pelatihan dari dokter RS kepada perawat, penyelenggaraan seminar umum kesehatan dengan kepanitiaan bersama antara dokter dan perawat. Saran lainnya adalah sebaiknya semua tenaga keperawatan di RSU Bhakti Yudha adalah tenaga tetap bukan tenaga kontrak karena jenis tenaga ini termasuk dalam bisnis inti yang sangat berperan terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit mengingat kewajibannya sebagai tenaga keperawatan di rumah sakit adalah sama. Selain itu, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan kerja tenaga keperawatan di rumah sakit dengan metode dan instrumen yang berbeda untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang komponen lainnya yang mempengaruhi kepuasan kerja tenaga keperawatan sehingga hasilnya lebih komprehensif serta untuk mendapatkan alat ukur kepuasan kerja tenaga keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan situasi perumahsakitan di Indonesia.
The background of this study was based on the results of nurses work satisfaction survey in inpatient ward conducted in 1999 that showed low of nurses work satisfaction and also the availability of patient complaint of nurse service that increased from year 2002 until 2001. The aim of this study was to assess the level of nurses work satisfaction in inpatient ward. The measurement of the level of work satisfaction used the appropriateness level between expectation and perception. It was based on work satisfaction components as follows: pay, autonomy, task requirements, organizational policy, interaction, and professional status of respondents according to demographic characteristics (age, marital status, and education level) and job characteristics (employee status, duration of work span, job mutation, working experience, and total office hours per week). The design of this study was non-experimental with cross sectional approach. It was conducted to 103 nurses as total sampling. Data resources were from filling in the questionnaire and doing interview with 5 informants and from hospital recording and reporting. The use of instrument was based on the modified of Index of Work Satisfaction questionnaire which built by Stamps. The result of this study showed that on the average the age of respondents was 30 years, the majority (60%) of them was graduated from Nursing School/Midwife School, and 65% of respondents were married. According to job characteristic, about 83,5% of respondents were full timer, 57,3% of nurses have never been mutated to other unit, and the average of duration of work span in Bhakti Yudha General Hospital was 6 years. The percentage of experienced and inexperienced employee stands balance enough and the average of nurse's working hours per week were about 44 hours. The highest importance level of the nurses work satisfaction component was autonomy, followed by professional status, pay, interaction, organizational policy, and the lowest importance level is task activity component. Based on the work satisfaction level known that 75,80% of respondents were satisfied. The highest satisfaction level goes to professional status component (86,10%) while the lowest satisfaction level is pay component (58,3%). Importance Performance Analysis which depicted as Kartesius Diagram, known that the main priority of nurses work satisfaction which should be intervened by the hospital management is pay and nurse-doctor interaction. All demographic characteristics (age, marital status, and education level) in this study were statistically related to the work satisfaction significantly. Meanwhile, job characteristic that related to the work satisfaction was duration of work span. It is recommended to Bhakti Yudha Depok General Hospital to socialize the pay system among nurses and to empower nurses association in Hospital. Besides, together activity between nurse-doctor should be held on such as training for the nurses by doctors, holding the health seminar in a together committee. The other recommendation is that all the nurse should be included as full time employee in hospital, not as contract employee considering this employee is a core business in the hospital who?s the same obligation and responsibility. Follow up study needs to be conducted to find other aspects related to nurses work satisfaction and to obtain the suitable instrument with the hospital condition and situation in Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T9741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Lamsaria G.
Abstrak :
Dari data mengenai kegiatan pada unit gawat darurat Rumah Sakit Bhakti Yudha terlihat banyaknya pasien-pasien non gawat darurat yang datang berobat ke unit gawat darurat Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha ada sebanyak 51%. Apabila hal ini dibiarkan dapat menyebabkan penambahan beban kerja bagi dokter dan perawat yang bekerja di unit gawat darurat. terhalannya pengobatan terhadap pasien-pasien yang gawat darurat serta menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam sistim pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang sikap dari pasien-pasien non gawat darurat dalam melihat pelayanan pada unit gawat darurat RSU Bakti Yudha Depok yang ditinjau dari dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy serta faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dalam meliltat pelayanan pada unit gawat darurat RSU Bhakti Yudha Depok. Adapun unit analisisnya adalah pasien-pasien non gawat darurat yang telah diperbolehkan pulang oleh dokter yang bertugas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan dilakukan dari tanggal 13 Mei - 30 Juni 2002. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dan analisis bivariat kill kuadrat) Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah rata-rata sikap suka dalam melihat pelayanan unit gawat darurat adalah 90%, dan dimensi yang paling disukai adalah dimensi empathy (93.47%) diikuti oleh dimensi reliability (92.38%) dan responsiveness (92.18%). Dan responden yang mempunyai sikap suka terhadap pelayanan unit gawat darurat ada sebanyak (42.1%) dan yang tidak suka ada sebanyak (57 9%). Dan dari analisis bivariat menun,jukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan sikap tersebut adalah dari faktor predisposisi adalah pendidikan dan pendapatan yang menanggung biaya pengobatan. sedangkan dari faktor pendukung adalah kemudahan dalam mendapatkan pelayanan. Dari hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan pada pihak RSU Bhakti Yudha adalah supaya dapat menerapkan dimensi - dimensi yang disukai oleh pasien-pasien non gawat darurat serta perlunya memperhatikan kecepatan dalam pelayanan kedalam unit/departemen pelayanan yang lain terutama unit/departemen rawat jalan.
Data from Emergency Unit's medical record showed that 51% are non emergency patients who visited the unit. This situation unfortunately give more workload to medical stall' including physician and nurse, and give less opportunity to patients who really need emergency service. In this longterm, this incorrect situation will being inbalance health service system. This study had objective to examine non emergency patients who visited Emergency Unit and their perceptions on health services given at Emergency Unit in tangible_ reliability, responsiveness, assurance and empathy dimensions. The study used non emergency patients at Emergency Unit that had been given services to them. This was a quantitative study with cross sectional design. Data was collected from May 13 to June 30 2002. Arid for analysis used of univariate and bivariate analysis ( Chi Square). This study showed in average ratio reality to expected ( defined as positive attitude ) is 90%. According to service dimension 93%, 92%,92%, 92%, 83% are positive attitude to empathy, reliability, responsiveness, reliability and tangibility respectively. By using 90% as cut off point for being like or dislike to the service, it is showed that around 42% expressed their likeness to the Emergency Unit services. Bivariate statistics showed that level of education, income are predisposing factors related significantly with likeness to the service, while from enabling factors, easy to access variable significantly related to the dependent variable ( i.e, likeness to the services ). From this study, it is recommended that management of the hospital showed applied study dimension of Emergency Unit service ( i.e, empathy, assurance. responsiveness, and reliability ) to out patient departement to attract non emergency patients back to right services.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T12631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Moch. Kukuh Amin Santoso
Abstrak :
Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi padat karya. Dengan meningkatnya pendidikan dan sosial ekonomi serta kompleksnya penyakit dan pelayanan, maka tuntutan mutu tentunya semakin diperhatikan oleh pelanggan. Untuk itu salah satu upaya yang menentukan dalam mutu adalah rekam medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Peran Tenaga Pengisi terhadap Kelengkapan, Keakuratan, dan Memenuhi Aspek Hukum Rekam Medis Rawat hap Umum di RSU Bhakti Yudha Depok. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Variabel penelitian terdiri dari tenaga pengisi rekam medis yakni dokter, perawat, dan bagian admisi yang berhubungan dengan rawat inap umum serta mutu rekam medis dinilai melalui indikator kelengkapan, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan hukum. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penilaian terhadap rekam rnedis untuk melihat kelengkapan, keakuratan ,dan memenuhi persyaratan hukum. Data tenaga pengisi dilakukan dengan kuesioner dan wawancara mendalam untuk menggali lebih dalam tentang rekam medis. Analisa dilakukan berdasarkan persentase tanpa dilakukan uji statistik dan dibandingkan dengar. kemampuan dari tenaga pengisi. Pada penelitian ditemukan bahwa rekam medis yang ada kurang lengkap dan kurang akurat dibandingkan dengan kemampuan tenaga pengisi yang ada , maka keadaan ini memunglcinkan terjadinya keadaan tersebut. Guna meningkatkan mutu tersebut, maka upaya yang dimungkinkan adalah menambah tenaga, meningkatkan kualitas dari tenaga yang ada dengan pelatihan secara terus menerus, panitia rekam medis lebih diaktifkan lagi . Selanjutnya sangsi terhadap tenaga pengisi terutama dokter lebih dipertegas. ...... Hospital is a unique and complex organization. With the improvement of education and social economic level along with the complexity of diseases and the health care, customers become more aware with the quality of hospital care. One of the parameter value the quality of hospital care is medical record. This research aims to know about the role of medical record filler in the improvement of medical record quality at the In Patient Care Department in RSU Bhakti Yudha. This research use descriptive methodology research with quantitative and qualitative approach . The independent variables are doctors, nurses and admissions work at the in - patient care department. The dependent variable is medical record quality. Data is collected by measuring the completeness, the accuracy , and the accurate time returning medical record to medical record department , and the legal aspect of medical record . Data is collected from the filler by filling questioners and doing in depth interview to get more information about medical record. The data analyzed by percentage , without statistical test, and then compare it with the capability of medical filler. The results are : only 9 % of 100 medical records have been completed , and only 68 %, of 100 medical records are accurate . This may caused by the quality of medical record filler . As for the accurate time returning medical record to medical record department, can not be measured. Improving the quality of medical record can be done by adding human resources, improving the quality of human resource available in RSU Bhakti Yudha, train the filler continuously, and activate medical record committee. One thing that should not be forgotten is giving punishment explicitly to the medical record filler, especially doctors, who do not fill the medical record properly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Pratanto
Abstrak :
Pricing Strategy of General Nursing Room at Bhakti Yudha General Hospital, Depok.Various changes at a hospital caused the health expense to increase. As a result, a certain effort is required to maintaining a hospital to survive. One of the efforts is to calculate the unit cost correctly. This calculation will be used to determine an optimum tariff for a hospital. This optimum tariff means that the tariff is affordable for consumers and will cover the hospital operation cost including a reinvestment program. Currently, the BOR of the superior class, first and second class have not indicated the optimum value including the tariff setting which is still changed every year. This-research is intended to have the unit cost of the general nursing room at RSUBY and the relationship to the optimum tariff setting concept by considering the tariff setting goal, ATPIWTP, competitors and marketing strategy. The Unit cost calculated by double distribution method. The ATP/WTP analysis derived from the interview data on 185 respondents at general nursing room. Meanwhile, the competitors identification was performed by an observation. The unit cost calculation of RSUBY indicated that the purpose of cross subsidization from the superior class, first and second class to third class have not been successfully achieved. The 20% mark up for inflation anticipation and reinvestment also did not cover the deficit. This is because the tariff setting orientation has not figured the RSUBY future projection and the gradation index point was far away. ATP analysis showed that the demand for the general nursing room has inelastic characteristic. This means that the setting price by RSUBY does not influent the consumer buying power. This analysis also denoted that the 1st class, 2nd and 3rd class patients were at deficit financing level that might create a potential bad debt. WTP analysis showed that some of 1st, 2nd and 3rd class patients did not agree with the existing tariff. This WTP indicates the patient's relatives payment capability. Since the nursing expense is patients' relatives responsibility (both nuclear or extended family), therefore, WTP is only a rough figure of patients' willingness based on perception of serving quality that they received. The potential competitors of RSUBY are private medical physicians and 24 hours medical clinics locate at the surrounding. This is because that the patients who visited RSUBY were near and a lot of them recommended by those physicians. In this case, RSUBY needs to have join effort in a certain ethical degree with those private medical physicians. The RSUBY marketing strategy is to determine the target market for common community and give humanistic services. In performing promotion strategy, RSUBY is recommended to utilize direct contact method to the target market. In other hand, RSUBY requires to perform a tariff intervention.
Berbagai perubahan pada rumah sakit mengakibatkan peningkatan biaya kesehatan, sehingga diperlukan upaya tertentu agar rumah sakit dapat survive. Salah satu upaya tersebut adalah perhitungan biaya satuan yang benar sehingga dapat ditetapkan tarif yang optimal bagi rumah sakit, artinya terjangkau oleh konsumen dan rumah sakit mampu menutup biaya operasional serta reinvestasi. Saat ini BOR kelas Utama, I dan II belum menunjukkan angka yang optimal demikian pula tarif yang ditetapkan, masih mengalami perubahan setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya satuan kamar rawat inap umum RSUBY dan kaitannya dalam konteks proses penetapan tarif yang optimal, dengan mempertimbangkan tujuan penetapan tarif, ATP/WTP, pesaing dan strategi pemasaran. Perhitungan biaya satuan menggunakan metode double distribution, sedangkan analisis ATP/WTP berasal dari data wawancara terhadap 185 responden di rawat inap umum. Identifikasi pesaing dilakukan berdasarkan observasi. Perhitungan biaya satuan RSUBY menunjukkan bahwa tujuan untuk subsidi silang dari kelas Utama, I dan II ke kelas III belum terpenuhi, demikian pula mark-up 20% untuk antisipasi inflasi dan reinvestasi tidak bisa berjalan. Hal ini disebabkan orientasi penetapan tarif belum mencerminkan proyeksi RSUBY ke depan dan penetapan gradasi index point yang terlalu jauh. Analisis ATP menunjukkan bahwa permintaan untuk rawat inap umum bersifat inelastic, jadi berapapun harga yang ditetapkan RSUBY akan tetap dibeli konsumen. Analisis ATP menunjukkan bahwa pasien kelas I, II dan III berada pada tingkat deficit financing sehingga berpotensi menyebabkan bad debt. Analisis WTP menunjukkan pasien kelas I, II dan III sebagian menyatakan tidak setuju dengan tarif yang ada: WTP ini menunjukkan kemampuan keluarga pasien untuk membayar, tetapi karena biaya perawatan merupakan tanggungan keluarga pasien (baik inti maupun extended) maka WTP hanya merupakan gambaran kasar kemauan pasien berdasar persepsinya terhadap layanan yang diterima. Pesaing RSUBY yang potensial adalah dokter praktek swasta dan klinik 24 jam yang berada disekitarnya, karena alasan pasien yang masuk RSUBY adalah dekat dan banyak yang direkomendasikan oleh dokter tersebut. Dalam hal RSUBY perlu melakukan kerja sama dalam batas-batas etis dengan dokter swasta tersebut. Strategi pemasaran RSUBY adalah pemilihan target pasar untuk masyarakat umum dan memberikan layanan yang bersifat humanistik. Dalam melakukan promosi RSUBY sebaiknya langsung 'menyentuh' target pasar. Disamping itu RSUBY perlu melakukan intervensi tarif.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library