Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2010
899.232 PRA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trianda Florentina Hulu
Abstrak :
Skripsi ini berjudul Politik dan Buku di Indonesia pada Masa Orde Baru 1971-1989: Pelarangan Terhadap Tetralogi Pramoedya Ananta Toer, skripsi ini membahas permasalahan dalam munculnya pelarangan buku di Indonesia, melihat faktor-faktor munculnya kebijakan pelarangan buku yang memengaruhi dunia perbukuan di Indonesia, serta tindakan pelarangan buku yang tidak sesuai dengan ideologi pemerintah melalui peraturan dan kebijakan yang berlaku. Salah satu tindakan pelarangan buku yang beredar di tengah masyarakat adalah buku tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer. Metode Peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yakni heuristik, kritik sumber sehingga didapatkan fakta sejarah dalam mengonstruksi penelitian ini. Kemudian tahap yang ketiga adalah tahap interpretasi data, tahap yang terakhir adalah historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip, surat kabar, majalah sezaman, jurnal ilmiah, dan buku-buku yang mendukung dalam penelitian ini. Pelarangan buku sudah ada sejak masa kolonial Belanda hingga masa pemerintahan Orde Baru. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pelarangan buku terlihat sangat mencolok yakni bersifat represif, pelarangan juga terjadi pada karya-karya kreatif lainnya pada masa itu. Dari pelarangan buku ini, terlihat bahwa pelarangan buku merupakan bentuk kecemasan pemerintah, kecemasan pemerintah tersebut mewarnai sejak masa kolonial hingga masa Orde Baru. Sesungguhnya setiap gagasan yang tertuang, tidak perlu dicemaskan oleh pemerintah, nyatanya hal ini semakin ditegaskan oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk hegemoni kekuasaan dengan menyatakan untuk menjaga stabilitas keamanan negara. Kecemasan tersebut tergambar sebagai langkah yang politis dari pemerintah. ...... This thesis Politics and Books in Indonesia in the New Order Period 1971 1989 The Prohibition against Tetralogy Pramoedya Ananta Toer, discusses the problems of the emergence of book bans in Indonesia, looking at the factors of the policy of book banning that affect the world of book keeping. The book banning act by New Order conducted against the prohibition of books that are inconsistent with the ideology of government through re enacted policies. One of the act of banning books circulating in the community is a book tetralogy of Pramoedya Ananta Toer. The method of research used in this research is to use historical method of heuristic, source critic to get historical fact in construct this research. Then the third stage is the data interpretation stage, the last stage is historiography. The sources used in this study are archives, newspapers, contemporary magazines, scientific journals, and supporting books in this study. Book banning has existed since the Dutch colonial period until the reign of the New Order. During the New Order period, the banning of the book was so striking that it was repressive, the ban also occurred in other creative works of the time. From the prohibition of this book, it appears that the banning of books is a form of government anxiety, the government's anxiety colored since the colonial period until the New Order era. Indeed every idea that is stated, no need to worry about by the government, in fact this is increasingly affirmed by the government as one form of hegemony of power by declaring to maintain the stability of state security. The anxiety is reflected as a political step from the government.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pramoedya Ananta Toer adalah sosok fenomenal yang sangat menarik untuk diteliti. Karya-karyanya mampu memberi semangat bagi para pejuang hak asasi manusia dan sebaliknya kadang-kadang ia menjadi momok bagi pemerintah.
490 KAN 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurcahyani
Abstrak :
Di dalam penelitian, penulis menemukan ada anasir-anasir feminisme dalam dua karya Pramoedya yakni, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Dan anasiranasir tersebut akan sangat jelas terlihat apabila menggunakan konsep-konsep mengenai perempuan dan perjuangan perempuan dari de Beauvoir. Konsep itu ialah tentang 'the other'. Penulis menemukan konsep 'The other' de Beauvoir dalam dua Novel Pramoedya, yakni Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, diantaranya melalui tokoh Surati yang dijual oleh ayahnya untuk dijadikan gundik. Annelies yang menjadi lemah akibat diperkosa oleh kakaknya sendiri, sehingga hidupnya selalu bergantung kepada orang lain terutama laki-laki. Istri Trunodongso yang tidak pernah bersekolah dan menjalani hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Menurut penulis, sosok perempuan yang ideal menurut Pramoedya itu ditemukan pada sosok Nyai Ontosoroh yang di ceritakan secara sempurna oleh Pramoedya dalam novelnya 'Bumi Manusia'. Nyai Ontosoroh dianggap bisa mewakili eksistensi perjuangan perempuan dalam keterpurukan dan ketertindasannya dalam dunia laki-laki, berani menolak tradisi yang ada di masyarakat serta bermetamorfosis dari seorang yang biasa-biasa saja hingga menjadi seorang Nyai yang sukses dalam memimpin perusahaannya seorang diri, mandiri secara ekonomi, tidak pasif, berani, mempunyai pemikiran yang maju dan terbuka, kuat dan bijaksana pada anak-anaknya. Melalui tokoh Nyai Ontosoroh dalam cerita Bumi Manusia, kita dapat melihat seperti apa sosok perempuan yang ideal menurut de Beauvoir. Seorang perempuan yang menemukan kebebasan dirinya yang otentik ditengah-tengah tradisi jaman yang mengungkungnya begitu erat. de Beauvoir dengan konsep-konsepnya, dan Pramoedya di dalam dua Novel Tetraloginya, keduanya sama-sama mengusung konsep tentang perjuangan perempuan dalam kungkungan dunia patriarkat. Pramoedya percaya akan ide-ide perjuangan dan perubahan perempuan serta sosok perempuan yang ideal melalui tokoh Nyai Ontosoroh di dalam dua novel Tetraloginya. Ia pun percaya bahwa sosok ideal tersebut bisa direalisasikan dan mendapat tempat setara dengan laki-laki dalam realitasnya. Namun, Pramoedya akhirnya mengakui bahwa realitas yang menang. Karena pada kenyataannya, budaya patriarki ditambah kolonialisme yang terlalu kuat, sehingga menyebabkan perjuangan perempuan dalam kungkungan dunia patriarki itu kalah. Akan tetapi, de Beauvoir optimis konsep-konsepnya bisa menang dalam realitasnya. Menurutnya, perempuan yang ideal dan eksistensial dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. Hal tersebut tentunya tidak sejalan dengan Pramoedya. Karena bagaimana pun realitas yang akan menang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24282
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kukuh Achdiat S.
Abstrak :

ABSTRAK
Situasi kesejarahan yang diciptakan dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer menjadikan karya_-karyanya dianggap mempunyai acuan sejarah pada kurun tertentu. Dengan demikian terciptalah proses perekaman peristiwa-peristiwa sosial dalam masyarakat. Hal itulah yang terlihat dalam Arus Balik. Arus Balik mempunyai latar waktu yang jelas, seperti dalam kebanyakan karya-karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu abad ke-16 Masehi. Latar waktu tersebut mempunyai konsekuensi yang jelas terhadap masalah-masalah yang ada dalam karya Karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang menggambarkan situasi dan kondisi sebuah masyarakat, yang didasarkan keinginannya memperlihatkan kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam masyarakat diejawantahkan dengan konsep kenyataan hulu dan hilir.

Masa transisi yang terjadi di Jawa pada abad ke-16 Masehi menyebabkan timbulnya berbagai masalah sosial dalam masyarakat. Salah satu masalah yang timbul dalam masyarakat adalah munculnya konflik atau benturan dalam masyarakat. Masalah tersebut erat kaitannya dengan masalah kekuasaan perniagaan dan penyebaran agama yang terjadi saat itu. Pokok-pokok persoalan itulah yang dibicarakan dalam skripsi ini.

Analisis dalam skripsi ini dibatasi pada tokoh dan latar cerita. Pengambilan .kedua unsur tersebut disebabkan kedua unsur tersebut dianggap unsur yang menghubungkan antara kenyataan yang terdapat dainrtr teks dan yang terdapat di luar teks bila dibandingkan dengan unsur-unsur lainya, seperti alur dan tema. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis ini adalah sosiologi sastra sehingga tinjauan skripsi ini bersifat sosiologis.

Selain itu, dalam skripsi ini juga digambarkan bagaimana keadaan sosial masyarakat Jwaa pada abad ke-16 Masehi. Masalah-masalah seperti penyebaran agama, perdagangan, dan penyebaran agama menjadi tilik sentral dalam pembahasan novel ini.

Peristiwa dan kejadian dalam Arus Balik lebih banyak terjadi dan terpusat di Pesisir Utara Jawa dan Tuban. Kehidupan pesisir yang penuh dengan gejolak akibat aktivitas kegiatan masyarakat di sekitarnya menciptakan suasana tersendiri dalam karya ini. Banyaknya orang asing yang berkeliaran di pesisir juga menimbulkan masalah dalam masyarakat. Benturan-benturan dari berbagai kebudayaan terlihat di sini. Penciptaan pesisir sebagai latar cerita oleh pengarang adalah suatu hal yang tepat untuk melihat kondisi masyarakat pada abad ke-I6 Masehi. Selain itu, pesisir diperlihatkan sebagai pembentuk watak kepribadian masyarakat yang ada saat itu. Keuntungan-keuntungan yang didapat dari aktivitas pesisir menyeabkan munculnya tokoh-tokoh seperti Adipati Tuban dan Syahbandar Tuban. Pesisir juga meneiptakan watak-watak keras dan berani seperti yang diperlihatkan ldayu dan Galeng. Gambaran pesisir dalam karya ini merupakan gambaran kondisi masyarakat abad ke- 16 Masehi.

Salah satu daerah pesisir yang dijadikan acuan dalam melihat masalah sosial masyarakat adalah Tuban. Sebagai sebuah bandar terkenal di Jawa, Tuban digambarkan dengan atribut kemegahan yang dicerminkan dalam kehidupan sosial Adipati Tuban dan istananya. Tuban digamharka n sebagai sebuah conloh kehidepaut sosiai masyarakat abad ke-16 Masehi yang didasari berbagai kepentingan di dalamnya.

Penggambaran tokoh dalam cerita ini telah dikonsep sejak awal oleh pengarangnya. Hal itu berkaitan erat dengan situasi abad ke-16 Masehi. Tokoh-tokoh tersebut telah ditempatkan pengarangnya mewakili berbagai golongan, kepentingan, status, dan kelas berdasarkan kehidupan sosial yang terdapat dalam cerita. Masing_-masing tokoh hadir dengan latar belakang budaya dan kepentingan yang berbeda, yang seringkali menyebabkan benturan di antara mereka.

Dalam analisis terhadap novel ini disimpulkan bahwa ada tiga kontlik yang menonjol dalam cerita ini. Konflik-koflik itu erat kaitannya dengan situasi yang terjadi saat itu. Konflik-kontlik itu diwakili masing-_masing tokoh di dalam cerita, sehingga setiap tokoh dapat dikatakan mewakili salah satu konflik yang terdapat di dalamnya meskipun ada beberapa tokoh yang dominan muncul dalam setiap konflik, seperti Adipati Tuban dan Galeng. Di sini pengarang berusaha menampilkan fakta dan fiksi sebagai sebuah kesatuan cerita.

Skripsi ini tidak membahas apakah novel ini termasuk sebuah novel sejarah atau tidak. walaupun oleh pengarangnya karya ini disebut sebagai sebuah novel sejarah. Hal itu disebabkan terdapat konsekuensi tertentu dalam membicarakan apakah sebuah karya masuk ke dalam klasifikasi novel sejarah. Konsekuensi itu berhadapan dengan data, fakta. tanggapan, dan rekonstruksi yang dilakukan pengarang terhadap sebuah peristiwa sejarah yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya berkaitan dengan peristiwa sejarah di dalamnya sedangkan isi cerita atas sesuatu yang ingin diungkapkan lewat karya itu pada akhirnya akan dilakukan begitu saja.
1997
S10949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nemesius Pradipta
Abstrak :
Karya susastra secara kasar dapat diperoleh menjadi dua elemn pokok, yang pertama adalah isi, yang kedua adalah bentuk atau wadah. Isi merupakan kandungan, amanat, atau misi, sedeang bentuk atau wadah merupakan alat untuk menyatakan isi. bentuk atau wadah itu meliputi antara lain alur, tokoh, latar, dan termasuk juga bahasa. dari situ terlihat bahwa bahasa merupakan bagian dari karya susastra. meskipun bahasa hanya melekat pada bagian luar yang berupa wadah, bahasa sangat menentukan isi. penguasaan yang baik terhadap bahasa, akan sangat membantu penulis dalam menuangkan ide-idenya. Sebaliknya, penulis yang penguasaan bahasanya rendah, besar kemungkinan akan mengalami stagnasi atau kemacetan. Meskipun kita tahu bahwa kandungan atau isi karya suswatra selalu dimanifestasikan melalui bahasa, jarang terjadi pengkajian susastra dilakukan dari sudut bahasanya. para kritikus susatra dan peminat susatra menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan kemajuan ilmu-ilmu lain. mereka terpaku pada dunianya sendiri dan setiap kali melaukan pengkajian, hanya berkisar pada masalah alur, tokoh, latar, dan tema. ahli gramatika jarang sekali melihat keluar batasan kalimat, dan ahli susastra jarang sekali melihat ke dalam kalimat untuk mengetahui bahwa di sana ada struktur-struktur dan sistem-sistem yang mencerminkan arsitektur keseluruhan karya susastra. Padahal pembedahan karya susastra melalui sudut pandang bahasa atau linguistik pastilah akan melahirkan kerja sama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S11258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insani Utami Ihtiyanti
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan perjuangan _uxov dalam Novel ???? ???? ????? ?????????a/Odin Den_ Ivana Denisov?ia/Sehari dalam Hidup IvanDenisovi? karya Aleksandr Sol_enicyn dan Minke dalam Novel Bumi Manusiakarya Pramoedya Ananta Toer. Salah satu teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori sastra bandingan menurut Remak kemudian metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, dimana penulis mendeskripsikan perjuangan _uxov dan perjuangan Minke kemudian membandingkan perjuangan kedua tokoh tersebut. Dari analisis yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa Aleksandr Sol_enicyn dalam Novel ???? ???? ????? ?????????a/Odin Den_ Ivana Denisovi?a/Sehari dalam Hidup Ivan Denisovi? dan Pramoedya Ananta Toer dalam Novel Bumi Manusia sama-sama memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan meskipun latar belakang dan ideologi kedua pengarangnya berbeda.
Abstract
The focus of this research is to compare _uxov struggle in ???? ???? ????? ?????????a/ Odin Den 'Ivana Denisovi?a / One Day in the Life of Ivan Denisovi? by Aleksandr Sol_enicyn and Minke in This Earth of Mankind by Pramoedya Ananta Toer. One of the theory used in this thesis is comparative literature_s theory by Remak and afterwards the method is descriptive analysis where the author described _uxov and Minke_s struggles and afterwards compared them both. From the analysis which writer have done, it can be concluded that Aleksandr Sol_enicyn in ???? ???? ????? ?????????a/Odin Den_ Ivana Denisovi?a/Sehari dalam Hidup Ivan Denisovi? and Pramoedya Ananta Toer in This Earth of Mankind are both struggling for humanity_s values although they have a different background and ideology. Struggle, O??? ???? ????? ?????????a, Aleksandr Sol_enicyn,
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koh, Young Hun
Abstrak :
Images of Japanese troops which drawn by Pramoedya in his works indeed related with his own experiences. Pramoedya through his characters portrays his view on humanities. Pramoedya depicted the brutality of Japanese troops in their occupation in Indonesia. All Japanese propaganda delivered false messages and caused disasters for Indonesian people. Japanese culture retardation and their brutality made the author suffer and down. Even though his novels associate with anti Japanese occupation and patriotism among the youth, humanities issues in fact appear as a strong theme in all his works.
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Institute for Policy Studies, 2009
809.959 8 SET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Dewi
Abstrak :
Tulisan ini mengkaji interpretasi-interpretasi ulang alas cerita Ken Arok dan Ken Dedes dalam drama yang ditulis oleh Muhammad Yamin, Ken Arok dan Ken Dedes (1928) dan Pramoedya Ananta Toer novel Arok Dedes (1999). Kedua teks ditafsirkan dengan berlatarbelakang masalah-masalah di Indonesia saat ini, yaitu pelestarian ideologi nasional yang dirumuskan berdasarkan prinsip bhinneka tunggal ika. Pembahasan berkisar seputar alasan-alasan reproduksi narasi tersebut untuk melihat apakah beragam representasi yang terkandung di dalamnya merefleksikan ketegangan dalam sejarah, masyarakat, dan politik Indonesia. Yamin menjadikan kebudayaan Jawa sebagai dasar dari karyanya, sedangkan Pramoedya menggunakan bahan yang sama dengan beberapa pemikiran baru. Sementara fokus drama Yamin adalah pada kesatltan nasional, A rok Dedes karya Pramoedya menekankan pada sikap kritisnya terhadap kondisi politik. Dalam hal ini jelaslah, wacana seringkali mengabaikan kenyataan bahwa ide-ide lokal dibentuk sebagai tanggapan terhadap berbagai bentuk otoritas.
2003
AIIJ-XXVII-72-SeptDes2003-131
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>