Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wolters Kluwer, 2007
1010000150
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"La chirurgia estetica è un tema ormai entrato saldamente nell’immaginario collettivo ed è spesso oggetto di dibattiti e controversie. È un argomento che mescola medicina e costume, scienza e “civiltà dell’immagine”, cura di sé e narcisismo. Questo volume, scritto a quattro mani da un accademico e da una giornalista di costume, è una sorta di guida pratica ma autorevole per coloro che intendono avvicinarsi all’universo della chirurgia estetica. Ogni età della vita viene considerata dal punto di vista degli interventi possibili e delle problematiche che si affacciano a ogni nuova fase: l’acne, le cicatrici, la cellulite, il seno post-parto. Che cosa accade fra i venti e i trent’anni? E quando iniziano gli “anta”? Domanda e risposta su quando e come intervenire, perché prediligere un intervento a un altro, e quando invece la chirurgia risulta inutile. E ancora: che panorama si presenta agli uomini che intendono servirsi di ritocchi e lifting? Passando in rassegna le principali tecniche e i metodi non invasivi, i volume indica al lettore come affrontare e sfruttare le opportunità offerte da questo campo chirurgico senza correre rischi."
Milan: Springer, 2012
e20426685
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Makagiansar, Irinawati N.
"Objective : To measure sensitivity and specificity diagnostic finding of convensional radiography in midfacial fractur performed at the Emergency room of Cipto Hospital and to evaluate its quality.
Design and Main Outcome Measures: In this diagnostic testing 35 patients with clinical signs of midfacial fracture were investigated. All patient underwent radiography examination at the Emergency room (Anteroposterior, Lateral and reverse Waters view). X ray photo were expertised by a plastic surgeon and a radiologist, both of them without knowing the clinical conditions, and by the residen who received the patient at the ER. Then we compare radiographic and intraoperative findings as goal standard, The results were analyzed by statistical testing (for sensitivity, specificity, positive, negative predictive value).
Results: The result showed that sensitivity and specificity varied between plastic surgeon, radiologist and residen but still high, and we noted that clinical examinations revealed to be very helpful in the assessment of an inadequate imaging fracture.
Conclusion: Conventional radiography performe at the Emergency Room of Cipto hospital has high specificity although the quality is considered substandard. Clinical findings is still very important to distinguished uncertain fracture."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tessa Miranda Atmaja
"Deteksi dini kelainan vaskularisasi pada flap kulit memerlukan metode pemantauan yang konstan dan dapat diandalkan. Evaluasi melalui fotografi digital dapat menjadi solusi apabila didapatkan foto dengan spesifikasi seragam. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe studio foto portable yang mampu memberikan kualitas foto standard yang disebut sebagai Mini Mobile Medical Photo Studio (MiniMoPS) kemudian dilakukan analisa foto untuk memperoleh data dasar warna dan tekstur kulit hidup dan kulit kadaver. Pembuatan MiniMoPS dilakukan melalui studi literatur dan percobaan yang sesuai dengan kaidah foto studio. MiniMoPS kemudian digunakan untuk pengambilan sampel foto. Studi pendahuluan ini melibatkan 32 foto punggung tangan yang terdiri dari 16 foto kulit sehat dan 16 foto kulit kadaver. Hasil foto digital ini kemudian dianalisa menggunakan Adobe® Photoshop CS6 and ImageJ® freeware untuk mendapat nilai hue, saturasi, kecerahan, masing-masing komponen warna (merah, hijau dan biru) serta tekstur. Hasil foto tersebut menunjukkan nilai untuk kulit hidup adalah hue 33o, saturasi 13.75%, kecerahan 49.5%, Total Digital Number (TDN) 121.58 dan indeks tekstur 120 sementara kulit kadaver memiliki nilai hue 32.813o, saturasi 31.063%, kecerahan 68.188%, TDN 153.95 dan indeks tekstur 155.41. Hasil analisa menunjukkan kulit hidup memiliki warna lebih terang dan tekstur lebih homogen dibandingkan dengan kulit kadaver.

Flap vitality monitoring remains a challenge for microvascular surgeons. Photo evaluation is potential but should produce a standard photo quality. This study propose the use of a portable photo studio called the Mini Mobile Medical Photo Studio (MiniMoPS) to produce consistent photographs and further analysed the photos to obtain a benchmark data of living and cadaveric skin colour and texture. The MiniMoPS was developed through a preliminary study to accommodate the basics elements of a photo studio. A pilot study was done, with 32 photographs of the dorsum of the hand, 16 from healthy samples and 16 from cadaveric samples. The digital photographs were analyzed using Adobe® Photoshop CS6 and ImageJ® freeware to obtain a quantification of hue, saturation, brightness, colour component (red, green and blue) and texture. Average value of living skin is hue 33o, saturation 13.75%, brightness 49.5%, Total Digital Number (TDN) 121.58 and 120 texture index while cadaveric skin has the following values; hue 32.813o, saturation 31.063%, brightness 68.188%, TDN 153.95 and 155.41 texture index. A significant difference was found between the two groups except for hue. Cut off points for TDN are generated with the range of 122–150. Analysis revealed that living skin gives a comparatively lighter colour and less coarse texture than cadaveric skin. The author proposed a TDN cut off point of 140 for validation in further studies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York : PMA Publishing, 1988
617.477 PRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Japan : Hokkaido University Graduate School of Medicine, 2005
617.477 SUG m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wicaksono
"Sampai saat penelitian ini selesai ditulis, di Indonesia belum ada penelitian tentang parut hasil operasi labioplasti yang membandingkan antara pemakaian jahitan dengan benang absorbable polyglactin 910 yang diangkat 1 minggu pasca operasi, dengan jahitan dengan benang yang sama yang dibiarkan lepas sendiri (diserap). Perlakuan benang yang dibiarkan lepas sendiri telah dipraktekkan untuk efisiensi pada kegiatan-kegiatan operasi labioplasti masal yang bersifat sosial, untuk mengantisipasi pasien-pasien yang tidak bisa mendapatkan pertolongan pengangkatan jahitan.
Metodenya: dibuat 2 golongan sampel pada pasien-pasien sumbing bibir satu sisi lengkap secara acak, yaitu golongan benang absorbable yang diangkat 1 minggu pasca operasi labioplasti, dan golongan benang absorbable yang tidak diangkat. Dilakukan operasi labioplasti di suatu Klinik Bedah, oleh satu operator, jahitan kulit menggunakan benang Vicryl ukuran 6-0, cutting, simple interrupting, teknik operasi labioplasti modifikasi dari Millard. Follow-up 1 minggu pasca operasi. Pada golongan benang yang diangkat dilakukan pengangkatan jahitan, sementara golongan benang yang tidak diangkat dibiarkan saja. Kepada orang tua pasien diberitahukan Cara merawat luka. Penilaian dilakukan pada saat pasien datang lagi untuk operasi palatoplasti, dilakukan dokumentasi foto pada parutnya, serta anamnesis orang tua pasien. Foto-foto tersebut secara acak dinilai oleh 6 orang penilai. Penilaian parut menggunakan sistirn skoring VAS (Visual Analogue Score) dan PASS (Photographic Assessment Scar Scale) dari Beausang, yang diadaptasi menjadi kriteria penilaian 'baik-sedang-buruk'. Uji analisis dengan tabel 2x3 dengan Chi Square Tests, dibantu software SPSS v10.05, p-value < 0,05 dianggap bermakna.
Terdapat 43 orang pasien, usia 1 sampai 12 tahun, golongan benang yang diangkat 20 orang (46,51%) dan golongan benang yang tidak diangkat 23 orang (53,49%). Penilaian parut dengan skor VAS didapatkan kriteria parut `buruk' pada golongan benang yang tidak diangkat Iebih besar persentasenya dibanding golongan benang yang diangkat (21,74% berbanding 10%). Penilaian parut dengan skor PASS didapatkan kriteria parut 'buruk' pada golongan benang yang tidak diangkat lebih besar persentasenya dibanding golongan benang yang diangkat (7,25% berbanding 0,83%).
Kesimpulannya, parut pada kulit pasca labioplasti, jahitan kulit menggunakan benang absorbable polyglactin 910 yang tidak diangkatldibiarkan lepas sendiri, lebih buruk daripada parut pada golongan benang tersebut yang diangkat. Sehingga disarankan pada kegiatan operasi labioplasti masal sosial, meskipun menggunakan benang absorbable pada jahitan kulit sebaiknya jahitan tersebut diangkat pasca operasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anindhawati
"Latar belakang: Tujuan studi ini adalah untuk menilai persepsi masyarakat terhadap hasil operasi hidung pada pasien cleft menggunakan tehnik semi-open modified Tajima. Mengingat banyak tehnik operasi yang digunakan dengan berbagai kelebihan masing - masing, kami ingin mengetahui apakah tehnik yang sederhana, mudah dikerjakan dengan morbiditas yg rendah hasilnya akan mendapatkan apresiasi yang berbeda oleh orang tua dan para profesional medis.
Metode: Studi cross sectional menggunakan questionnaire dengan menilai 25 foto dari hasil operasi hidung pada pasien cleft dengan tehnik semi-open modified Tajima. Duapuluh lima orang tua dan 25 orang pelaku medis dalam hal ini residen bedah plastik akan di perlihatkan foto, dan kemudian mereka akan menilai hasil operasi tersebut dengan menggunakan VAS score, yaitu berupa tanda disepanjang garis berukuran 100 mm. Data kemudian dianalisa dengan tes Chi-square. Dan korelasi antara profesional medis dan orang tua akan dianalisa menggunakan Spearman correlation.
Results: Dari penelitian didapatkan perbedaan yang significant dari persepsi orangtua mengenai hasil operasi dengan professional medis sebesar -0.38 yang berarti persepsi mereka cenderung bertolak belakang. Dan terdapat korelasi lemah antara orangtua dan medis sebesar 0. 045(lebih rendah dari 0.05).
Kesimpulan: Persepsi estetik antara profesional medis dan orangtua ternyata berbeda. Dan korelasi antara persepsi yang satu dengan yang lainnya ternyata lemah. Sebagai orang terdekat dan yang bertanggung jawab terhadap pasien, memang sudah sewajarnya kita mendengarkan dan menelaah apa sebenarnya keinginan dan harapan mereka."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riewpassa, Leonardo Ch. M.
"Sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian tentang bentuk anatomi dan fungsi bibir setelah dilakukan tindakan labioplasti terutama hasil dari satu tehnik operasi. Komplikasi yang sering terjadi berupa jebolnya jahitan dan terjadinya kelainan pertumbuhan maksila akibat terlalu tegangnya otot yang dihubungkan sehingga dicoba tehnik modifikasi Millard dimana kedua otot dijahitkan diprolabium dengan tujuan rnengurangi tegangan yang terjadi.
Metode yang digunakan dimana semua penderita labioschizis bilateral yang dioperasi dengan memakai tehnik ini dinilai komplikasi yang terjadi, bentuk penampilan -dan fungsi bibir atas dengan memakai modified William's form dan formulir penilaian fungsi bibir selama bulan Agustus sampai September 2006. Hasilnya diuji dengan memakai Mann Whitney dan hubungan keduanya dengan regresi tinier.
Hasil yang didapatkan adalah : penderita berjumlali 27 orang sebanyak 24 orang laki-laki ( 88.88 %) dan 3 orang perempuan. ( 11.12 % ). Ditemukan I orang (3.7 % ) penderita dengan komplikasi berupa dehisensi. Terdapat 5 orang ( 18.52% ) dengan delayed speech. HasiI dinilai oleh 6 orang penilai. Pada penelitian ini digunakan nilai toleransi. Tehnik ini dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai toleransi (p = 0.193 ), tidak dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai normal (p = 0.000 ). Fungsi bibir tidak didapatkan perbedaan bermakna ( p = 0.153 ) dan terdapat hubungan antara bentuk penampilan dan fungsi bibi atas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Shinta Megawati
"[Skripsi ini mencoba menganalisa alasan konsumen yang mengonsumsi nilai tanda operasi plastik di era postmodern ditinjau dari pemikiran Jean Baudrillard mengenai konsumsi, nilai tanda, konstruksi identitas dan hiperrealitas. Penulisan ini ingin menunjukkan bahwa dalam mengonsumsi operasi plastik di era postmodern, konsumen tidak lagi mementingkan nilai guna operasi plastik melainkan nilai tanda operasi plastik. Alasan konsumen mengonsumsi operasi plastik di era postmodern bukan karena konsumen membutuhkan kegunaan operasi plastik untuk memperbaiki disfungsi tubuh, akan tetapi alasan konsumen mengonsumsi operasi plastik adalah untuk memenuhkan hasrat konsumen dalam memperoleh citra dan makna untuk membedakan identitas konsumen dalam relasi mereka dalam sosial. Citra dan makna yang ditawarkan televisi dan iklan-iklan dalam media telah membentuk ketidaksadaran massal, melalui konsumsi nilai tanda operasi plastik telah terjadi pembentukan identitas diri, identitas tersebut terlihat lebih nyata dari yang sebenarnya, hiperrealitas.

, This undergraduate thesis tries to analyze the motives of consumer who are consuming the sign-value of plastic surgery in postmodern era by means of Jean Baudrillard’s thingking about consumption, sign-value, identity construction, and hiperreality. This undergraduate thesis showed that in the consuming plastic surgery in postmodern era, consumer didn’t see the use-value of plastic surgery but they only saw the sign-value of plastic surgery. The motives of consumer consuming the plastic surgery in postmodern era isn’t because the consumer want for the function of plastic surgery to recover bodies disfunction, however the motives of consumer consuming plastic surgery is to fulfilling consumer desire within acquires the image and meaning to distinguish consumer identity in their relation on social. Image and meaning which is offered by television and advertisement on media has shaped mass unconsciousness, by means of consuming the sign-value of plastic surgery there has been happening the formation of self identity, the identity that talked about seems more real than beneath it all, hiperreality.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>