Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeti Resnayati
Abstrak :
Masa remaja adalah sebuah periode dalam kehidupan manusia yang paling rawan karena merupakan masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Kehidupan pada masa ini sangat menentukan kehidupan masa dewasanya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu perilaku seksual remaja di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan kasus yang cukup tinggi dan mengkhawatirkan masyarakat karena mengandung resiko. Studi tentang kesehatan reproduksi remaja di Samarinda oleh PKBI, menemukan dari 100 remaja, 39% aktif seksual, di Bukit Tinggi 21% dad I00 remaja, di Payakumbuh 13% darl 100 remaja, di Padang l0,5% dari 100 remaja dan di Jakarta Timur 3% dari 657 remaja. Penelitian terbaru dilakukan oleh LD-UI dan BKKBN di 20 kabupaten di Jawa dan Lampung menemukan 2,9% remaja aktif melakukan hubungan seksual (n=8084). Faktor yang dianggap berhubungan dengan perilaku seksual remaja, adalah: Faktor internal remaja seperti usia dan pcngetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan faktor eksternal seperti keterpaparan oleh arus informasi dari lingkungan sosial dan demografi keluarga. Pelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor mana saja yang berhubungan secara bermakna dan faktor yang paling bermakna atau dominan terhadap perilaku seksual remaja khususnya siswa-siswi SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur. Disain penelitian ini adalah potong lintang dengan populasi remaja siswa SLTPN dan SMUN (10 sekolah) di wilayah Jakarta Timur pada rentang usia 11 sampai 19 tahun. Sampel diambil dengan metoda Gugus Bertahap dan Acak Sederhana dengan besar sampel minimal dihitung mcnggunakan rumus Estimasi Proporsi. Sampel yang dianalisis adalah 450 remaja dalam usia 11-19 tahun. Pengumpulan data dengan cara survey dan data diolah dengan menggunakan program EPI -INFO 6.04 serta SPSS 7.5. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dan Multiple Regressi Logistic. Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa 17,6 % responden mempunyai pelilaku seksual beresiko berupa berciuman mulut, meraba organ sensitif dari pasangan dan termasuk didalamnya 3,77 % telah pernah melakukan hubungan seksual. Faktor yang berhubungan secara signifikan pada <1 = 0,05 adalah: Usia remaja, jenis kelamin remaja, tingkat pendidikan ibu, keterpaparan remaja oleh media komunikasi dan teman sebaya. Faktor yang paling dominan adalah keterpaparan remaja oleh infonnasi seksual dari media cetak, dengan Odd Ratio 2,84. Berdasarkan temuan pada pcnelitian ini maka disimpulkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual beresiko adalah keterpaparan responden oleh infonnasi seksual dari media cetak. Oleh karena itu diperlukan program yang terintegrasi untuk memberikan informasi seksualitas yang benar guna menandingi derasnya arus informasi seksual yang salah dan tidak bertanggungjawab. ...... Adolescent is said to be the most risky period in the lifetime, when someone is in transition period between child and adult times. It is believed that this period will determined the life in the future. According to the previous research on adolescent sexual behaviors on several big cities in Indonesia, it was found that cases on Sexually active adolescent tend to be increased. The situation which make people worried about such risky behavior. Studies about Adolescent Reproductive Health by IPPF Indonesia (1995) found that 39% among 100 adolescent at Samarinda are sexually active, 21% among 100 adolescent at Bukit Tinggi, 13% among 100 adolescent at Payakumbuh, l0,5% among 100 adolescent at Padang and 3% among 657 adolescent at East Jakarta. The recent study by LDUI with BKKBN in 20 district at Java and Lampung, found that 2,9% among 8084 adolescent are sexually active. It has known that factors related to the risk sexual behavior consist of internal factors like age and knowledge about sexuality and extemal factors such as social environment and family demographic. This study has a purpose on identifying which factor has a significant correlation and most dominant toward adolescent sexual behavior among Junior and Senior High School at East Jakarta. Research design used in this study was cross sectional, and Junior and Senior High School students at io SLTPN and SMUN as population. Respondents has age range between 11-19 years old. Muitistage Sampling and Simple Random Sampling Method are used in this study, and minimum sample was compute using Proportion Estimation fomiula. There were 450 adolescents has analyzed with age range between ll-10 years old. Data gathered using self administered questiomiaire and analyzed using EPI INFO 6.04 and SPSS 7.5 program. Statistical analysis for this study was Chi Square and Multiple Regression Logistic. The study found that l7,6% of respondents practiced risky sexual behaviors, such as deep kissing, touching sensitive organs of partners and among those 3,7?7% have been having sexual intercourse. Factors that statistically significant at or 0,05 were : Age, sex of respondents, the level of mother educaiion, exposures by media and peers group. The most dominant factors was printed media exposures on information about Sexuality, which have OR = 2,84. Based on research findings, this study has concluded that risky sexual behaviors among students was related to media exposures about sexuality at printed media. Therefore an integrated program are needed to enhance in providing a proper information about sexuality to counteract global information about sexuality which mostly wrong and irresponsible.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pusmaika
Abstrak :
Di usia remaja dengan keterampilan hidup yang belum memadai dapat menyebabkan remaja berperilaku seksual hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko terinfeksi Human Immunodeficiency Virus HIV, Infeksi menular seksual IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual pada remaja di Indonesia dengan menganalisis data sekunder Survey Demografi Kesehatan Indonesia-Kesehatan reproduksi Remaja SDKI-KRR tahun 2012. Sampel sebanyak 19.868 remaja yang berusia 15-24 tahun dan belum menikah. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan multivariable regresi logistik . Hasil penelitian menunjukkan perilaku potensial seks berisiko pada remaja di Indonesia sebesar 19,65, hubungan seksual pertama kali 42,67 dilakukan di rumah rumah sendiri dan rumah pasangan, 90,27 melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar. Hasil penelitian juga menunjukkan 20,94 remaja perkotaan berperilaku potensial berisiko cOR 0,82; OR; 0,95. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan wilayah tempat tinggal terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis stratifikasi dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa Remaja di perkotaan dengan status ekonomi terbawah terdapat beda efek yang sangat kecil untuk berperilaku potensial seks berisiko dibandingkan remaja di perkotaan dengan status ekonomi teratas. Peningkatan keterlibatan pemerintah, dinas pendidikan dan kesehatan untuk dapat memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi khusunya seksualitas yang tepat dan merata bagi remaja. ......In adolescence with adequate life skills can cause adolecense sexual behavior to sexual intercourse. This can put them at risk of Human Immunodeficiency Virus HIV , Sexual Transmitted Infections STI, and unwanted pregnancies. The research analyzed the seconder data of Indonesia Demographic and Health Survey Adolescent Reproductive Health in 2012. The sample is 19,868 of teenagers in the age between 15 24 years old and single. It used descriptive analysis and multivariable logistic regression. The research results showed that 19.65 for risk sexual behavior amongst the adolescent in Indonesia, 42.67 for first sexual contact at home at home or in couple rsquo s home, 90.27 for first sexual contact with girlfriend boyfriend. It also showed that 20.94 of urban youth having risk sexual behavior cOR 0,82 OR 0,95. It showed that there no difference between the residential areas to the adolescent sexual behavior. The results of economic stratification status analysis with family showed that there small difference effect between the low level and high level economic teenagers who live in the rural that is potential for risk sexual. The increased engagement of the government, education service, and health service can give contribution for giving information about health reproduction, especially the right sexual behavior for teenager.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rosiana
Abstrak :
Kebutuhan menyalurkan dorongan seksual antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan memiliki perbedaan. Penelitian ini bertujuan membandingkan perilaku memenuhi kebutuhan dorongan seksual antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel kelas XI SMK sebesar 164 responden, terdiri dari 82 responden remaja laki-laki dan 82 responden remaja perempuan dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna pada rerata perilaku seksual (p value = 0,00; α = 0,05) dan tidak ada perbedaan bermakna pada rerata perilaku nonseksual (p value = 0,44; α = 0,05) antara remaja laki-laki dengan perempuan. Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepada remaja dalam pemilihan penyaluran dorongan seksual yang positif. ...... The behavior to fulfill sexual encouragment needs of adolescent boys and girls have difference. This research pruposed to compare the behavior to fulfill sexual encouragement needs of adolescent boys and girls. This research was a comparative descriptive with cross-sectional approach using 164 respondents of XI class senior high school consisting of 82 boys and 82 girls with simple random sampling technique. The results by the Independent T test showed significant difference in the average of sexual behavior (p value = 0,00; α = 0.05) and no significant difference in the average of nonsexual behavior (p value = 0,44; α = 0,05) among adolescent boys with girls. Nurses are expected to provide education to adolescents in the selection of positive fulfilling sexual encouragment needs.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Risma Fadillah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang PMS dan HIV/AIDS terhadap perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Wundulako, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif pada 189 remaja SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja memiliki perilaku tidak berisiko, berumur 16,22 tahun, perempuan, beragama Islam, pengetahuan cukup baik (mean), sikap negatif (mean), terpapar informasi media, dan kontak personal yang kurang aktif. Hasil uji statistik membuktikan terdapat hubungan bermakna antara umur, jenis kelamin (OR=2,18), pengetahuan (OR=2,16), sikap (OR=2,19), sumber informasi media (OR=2,5) dan kontak personal (OR=2,19) dengan perilaku berisiko PMS dan HIV/AIDS. ...... This research aim to know the description of the knowledge and attitudes of teenagers about PMS and HIV/AIDS with risk behavior of PMS and HIV/AIDS. Research conducted in SMA Negeri 1 Wundulako, Kolaka, Southeast Sulawesi in 2013. Design research was a cross-sectional with a quantitative approach in high school teenagers (189). The results showed most of the teens have no behavior was risk, 16,22 years, male, Moslem, knowledge is quite good (mean), negative attitude (mean), exposure to media information, and personal contacts that are less active. Results of statistical tests proved there was a meaningful relationship between age, sex (OR = 2.18), knowledge (OR = 2.16), attitude (OR = 2,19), sources of information media (OR = 2.5) and personal contacts (OR = 2,19) with risk behavior of PMS and HIV/AIDS.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frankie Kusumawardana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel kematangan iman dan perilaku seksual dalam hubungan berpacaran pada remaja Kristen. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan yang terjadi. Ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu kuantitatif dan kualitatif, pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji korelasi antara kedua variabel dan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali kedalaman hubungan tersebut. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 51 orang termasuk dua pasangan yang diwawancarai. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi Faith Maturity Scale (Benson, Donahue, & Erickson, 1993) dan alat ukur perilaku seksual yang disusun oleh peneliti. Dari hasil pengujian statistik didapatkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,425 yang signifikan pada level of significance (l.o.s) 0,01. Hasil ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut dengan arah korelasi terbalik. Mengenai dinamikanya, kematangan iman seseorang menolong dirinya untuk menahan perilaku seksual yang progresif dan memunculkan rasa bersalah apabila melewati batas tertentu dalam perilaku seksual. Hal ini berkaitan dengan nilai kekudusan serta penghayatan akan anugerah keselamatan. Selain itu, perilaku seksual antara dua orang remaja Kristen merupakan sebuah fungsi dari kematangan iman dan interaksi antara keduanya.
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the correlation between faith maturity and sexual behavior in dating relationship among Christian Teenagers. Moreover, another purpose is to describe the dynamics of the relation between them. Two approaches are used in this research, quantitative approach is used to test the correlation between two variables and qualitative approach helped to discover the depth of the correlation. Total participants in this research are 51, which include two couples that have been interviewed. Instruments used in this research are adapted Faith Maturity Scale from Benson, Donahue, and Erickson (1993) and self-constructed sexual behavior scale. From the statistical result, obtained the correlation coefficient (r) = -0,425 which is significant within 0, 01 level of significance (l.o.s). This result implied a significant correlation between them with a reverse direction of correlation. The dynamics explained that faith maturity helps Christian teenagers to restrain their progressive sexual behavior during dating and create guilt when passing over a certain degree of sexual behavior. These dynamics are related with the value of holiness and total comprehension of grace of salvation. Furthermore, sexual behavior among two Christian teenagers is a function of their maturity of faith and the interaction between them.
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliati
Abstrak :
Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti kehamilan, aborsi dan penyakit menular seksual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh orang tua dan general self-efficacy dengan perilaku seksual berisiko. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Penelitian ini melibatkan 92 partisipan remaja di Sekolah Master Depok yang diseleksi dengan teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah The Parental Care Style Questionnaire, New General Self-Efficacy Scale dan Sexual Risk Survey: Instrument Development and Psychometrics. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko remaja dan general self-efficacy dengan aktivitas seksual. Untuk menangani masalah seksual remaja, perlu diadakan program kesehatan reproduksi yang tidak hanya ditujukan kepada remaja, namun juga orang tua dan masyarakat. ......Risky sexual behavior is sexual behavior which cause various negative impacts such as pregnancy, abortion, and sexually transmitted diseases. The purpose of this study was to identify the correlation between parenting style and adolescents? sexual behavior, as well as general self-efficacy and adolescents? sexual behavior. Design of this study was descriptive correlative. This study included 92 participants of adolescent in Sekolah Master Depok which were selected by quota sampling technique. This study used The Parental Care Style Questionnaire, New General Self-Efficacy Scale and Sexual Risk Survey: Instrument Development and Psychometrics as instruments. The result showed there were a significant correlation between parenting styles and adolescents? sexual behavior, also between general self-efficacy and adolescents? sexual activity. To overcome adolescents? sexual problem, it is recommended to implement reproductive health programs not only for adolescents but also parents and community.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rachma Murti
Abstrak :
Kehidupan remaja itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari media massa. Kegiatan mereka adalah menonton televisi dan film, membaca majalah, mendengarkan musik dan radio, serta browsing internet. Remaja kini memang semakin mudah mengakses media massa. Namun, hanya sedikit remaja yang paham tentang betapa besar pengaruh apa yang mereka dengar, baca dan tonton. Mereka tidak percaya bila dikatakan bahwa media dapat mempengaruhi cara berfikir mereka hingga perilaku mereka, dan beberapa fakta menunjukkan bahwa remaja kerap dijadikan target utama media massa. Isi mediapun semakin beragam dan sayangnya pornografi kerap hadir dimasyarakat melalui media massa. Padahal remaja merupakan sosok yang paling rentan terkena bahaya pornografi setelah kelompok anak-anak Secara signifikan, pornografi mewabah dan melanda seluruh umat manusia di muka bumi ini. Adanya teknologi televisi, komputer, digital, handphone dan internet semakin mempercepat penyebaran informasi mengenai materi pornografi berkali-kali lipat dibandingkan media informasi lainnya. Meningkatnya kemudahan mengakses informasi dan banyaknya kesempatan mendapatkan berbagai peralatan serta waktu, memberi efek yang cukup mengkhawatirkan bagi anak muda jaman sekarang. Bicara masalah pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi pornografis. Itu berarti bicara pornografi tidak bisa lepas dari perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan seksual. Jika kita terlibat dalam isu pornografi, maka kita akan melihat mata rantai dari perilaku seks bebas, aborsi, kehamilan remaja, perkosaan, berjangkitnya penyakit menular seksual,HIV/AIDS, perselingkuhan, dan narkoba dengan industri pornografi. Bisa dibayangkan bagaimana perilaku seksual remaja kita jika terus dihujani materi bermuatan pornografi melalui media, tentu remaja kita akan terpengaruh ke arah yang negative bahkan rawan untuk berperilaku menyimpang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dimana variabel independen dan variable dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara frekuensi pemaparan pornografi melalui media massa (media cetak dan media elektronik) dengan tingkat perilaku seksual pada siswa SMU Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa proporsi paparan pornografi melalui media massa pada siswa SMU. Muhammadiyah 3 adalah hampir seluruh siswa pernah terpapar media pornografi, hanya ada dua orang siswa yang tidak pernah terpapar. Diketahui bahwa proporsi pemaparan atau keterpaparan siswa terhadap pornografi melalu media cetak,adalah 32,7% memiliki frekuensi terpapar tinggi dan 67,3% siswa termasuk ke dalam frekuensi terpapar rendah melalui media cetak. Sedangkan untuk proporsi pemaparan atau keterpaparan siswa terhadap pornografi melalu media elektronik adalah sebesar 50,7% siswa termasuk ke dalam frekuensi tinggi dan 49,3% termasuk kedalam frekuensi rendah. Diketahui bahwa proporsi tingkat perilaku seksual siswa SMU. Muhammadiyah 3 sebesar 30% termasuk ke dalam tingkat perilaku seksual berat dan 70% termasuk dalam perilaku seksual ringan. Hipotesa dapat dibuktikan, karena ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, frekuensi paparan di media cetak dan media elektronik, frekuensi paparan melalui komik, frekuensi paparan melalui foto/gambar, frekuensi paparan melalui video/vcd/dvd, frekuensi paparan melalui internet, dan frekuensi paparan melalui handphone dengan tingkat perilaku siswa. Hipotesa tidak dapat dibuktikan karena tidak ada hubungan bermakna antara usia, paparan pornografi di media massa, frekuensi paparan melalui majalah, koran, tabloid, novel, televisi, radio, games PC, telfon seks dengan tingkat perilaku seksual siswa.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Gustiani
Abstrak :
ABSTRAK
Remaja adalah populasi yang rentan mengalami masalah seksual dan perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran fungsi afektif keluarga dan perilaku seksual remaja di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Depok. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan desain cross sectional, melibatkan 114 siswa yang dipilih dengan cluster sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen perilaku remaja dan instrumen fungsi afektif keluarga yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki fungsi afektif keluarga adekuat dan perilaku seksual remaja berisiko rendah. Direkomendasikan adanya konseling fungsi afektif keluarga kepada orangtua serta penyuluhan kesehatan reproduksi pada siswa dan siswi oleh tenaga kesehatan untuk menghindari perilaku seksual berisiko pada remaja.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Ismiyatno
Abstrak :
Sejak ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 hingga Maret 2013, tercatat 147.106 orang terinfeksi HIV dan AIDS yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8.288 kematian. Sebanyak 50,5 % kasus AIDS terjadi pada usia muda 15-29 tahun (Kemenkes RI). Remaja merupakan usia dengan risiko tinggi terinfeksi virus HIV dan cenderung memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi melalui teman sebayanya (SKRRI, 2007).Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebayanya, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock,1993).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sumber informasi teman sebaya dengan perilaku seksual remaja tingkat SLTA di Jakarta Timur tahun 2013. Penelitian dilakukan kepada 200 siswa di 4 SLTA dengan metode kuantitatif dan design cross sectional. Penelitian ini sesuai dengan teori Perilaku dari Green, 1980, bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor: (1) Faktor predisposisi: jenis kelamin, usia dan tingkat pengetahuan, (2) Faktor pemungkin: keterpaparan informasi, dan (3) Faktor penguat: teman sebaya dan pendidikan remaja sebaya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa siswa laki-laki lebih banyak melakukan perilaku seksual berisiko dari pada siswa perempuan, Siswa dengan tingkat pengetahuan tentang pencegahan HIV AIDS yang kurang baik lebih banyak melakukan perilaku seksual berisiko dari remaja yang memiliki pengetahuan baik. Dan siswa yang kurang terpapar informasi mengenai pencegahan HIV melalui teman sebaya memiliki perilaku seksual beresiko yang lebih tinggi dari remaja yang terpapar informasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ke 3 faktor tersebut berhubungan dengan perilaku seksual berisiko. ...... Since discovered in Indonesia in 1987 until March 2013, there were 147.106 people are infected with HIV and AIDS. HIV with 103.759 cases and AIDS 43.347 cases, deaths 8.288 cases. In Total 50.5% of AIDS cases occur in younger age 15-29 years (Ministry of health). Teenagers are the high risk HIV infection and tend to obtain information on reproductive health through their peers (SKKRI, 2007). More teens are outside their home with peers, the peer influence on attitudes, conversations, interests, appearance, and behavioris more influence than their family (Hurlock, 1993). This study aims to determine the relationship of peer resources with adolescent sexual behavior in East Jakarta high school level in 2013. Study was conducted to 200 students in 4 senior high school with quantitative methods and cross-sectional design. This research is consistent with the behavior theory from Green, 1980, that behavior is influenced by three factors: (1) predisposing factors: gender, age and level of knowledge, (2) enabling factors: exposure information, and (3) reinforcing factors: peers and peer youth education. From the results of the study, found that male students do more risky sexual behavior than female students, students with the level of knowledge on HIV-AIDS prevention more unfavorable-risk sexual behavior from who have good knowledge. And students who are less expose to information about HIV prevention through peer sexual behavior risk higher than who are exposed to the information. This study suggests that these three factors associated with risky sexual behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>