Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Dermawan
Abstrak :
Latar Belakang. COVID-19 sempat menjadi pandemi global yang fatal. Penggunaan dari remdesivir sebagai terapi emergensi pada pertengahan tahun 2020 menyebabkan munculnya berbagai laporan yang mengaitkan penggunaannya terhadap gagal ginjal akut. Molekul sulfobutylehter-beta-cyclodextrin (SBECD) yang dapat menumpuk pada ginjal dicurigai sebagai penyebabnya. Remdesivir lebih diutamakan pada kasus berat dan proporsi dari gagal ginjal akut lebih tinggi dilaporkan pada pasien perawatan ICU, sehingga penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana fungsi ginjal dapat terganggu akibat penggunaannya. Metode. Penelitian dilakukan secara observasional, pengumpulan data berdasarkan rekam medis RS Swasta di Tangerang periode Januari 2021-Juli 2022. Analisis menggunakan uji dan dibentuk model prediktif dengan regresi linear. Hasil. Dari 46 subyek yang mendapat terapi remdesivir didapatkan mayoritas adalah laki-laki dengan median usia 57 tahun. Model prediktif dengan variabel usia, jenis kelamin, hipertensi, DM, CRP, dan D-dimer menghasilkan nilai P 0,341; R2 0,153. Analisis stratifikasi dengan hipertensi, DM, CRP dan D-dimer menunjukkan adanya kemaknaan secara statistik (nilai P < 0,05). Kesimpulan. Terapi dengan remdesivir pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU dapat mengalami penurunan fungsi ginjal yang bermakna. Faktor risiko hipertensi, DM, nilai CRP dan D-dimer yang tinggi dapat memperburuk penurunan fungsi ginjal, sehingga perlu diperhatikan penggunaannya pada praktik klinis sehari-hari. ......Background. COVID-19 was a terrifying global pandemic. The use of remdesivir as emergency treatment of COVID-19 was approved during the mid of 2020 and since then there were reports indicating acute kidney injury. This was hypothesized to be caused by SBECD which can cause deposits in the kidney. Remdesivir has been widely used in severe cases and acute kidney injury was found to be higher in ICU patients. Therefore, this study aims to show how these factors can cause kidney injury. Methods. This observational study was conducted using hospital medical records from private hospitals in Tangerang during January 2021 to July 2022. These data were analysed using Wilcoxon and predictive model generated with linear regression. Results. Total of 46 subjects in which most participants were male with the age median of 57 years old. Predictive model with age, gender, hypertension, DM, CRP, and D-dimer showed a P-value 0,341 and R2 0,153. However, stratification analysis with hypertension, DM, CRP, and D-dimer as covariates shows statistically significant decrease in eGFR with P-value < 0,05. Conclusion. Patients with risk factors such as hypertension, diabetes melitus, higher CRP and D-dimer value should be monitored closely by checking the creatinine and urine output regularly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinthya Yuanita
Abstrak :
Latar Belakang: Organofosfat (OP) merupakan pestisida yang paling banyak digunakan di dunia. Sebagai substansi kimia, zat ini memiliki efek toksik bagi manusia yang terpapar. Salah satu dampak OP adalah penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan penelitian Bosma, et al, prevalensi gangguan kognitif ringan pada pekerja yang terpapar pestisida adalah 35%. Di Indonesia, penelitian dari Dewi RM menunjukkan bahwa 39,1% petani jeruk yang terpapar pestisida mengalami gangguan kognitif ringan. Sampai saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang mengukur efek samping pestisida pada petani bunga. Padahal, penggunaan pestisida pada tanaman bunga diperkirakan lebih besar dibandingkan komoditas lain, sehingga risiko dan dampak paparan pada petani pun menjadi lebih besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asetilkolinesterase (AChE) dalam sel darah merah terhadap fungsi kognitif pada petani bunga laki-laki penyemprot pestisida. Metode: Desain potong lintang dengan besar sampel 40 orang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan instrumen wawancara, MMSE, dan pemeriksaan AChE eritrosit. Hasil: Aktivitas AChE dalam sel darah merah memiliki median 4599.06 (1760-6828). Prevalensi penurunan fungsi kognitif pada petani bunga laki-laki penyemprot pestisida mencapai 75%. Tidak terdapat hubungan antara AChE sel darah merah terhadap fungsi kognitif (p=0,87). Namun, terdapat hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja (p=0,007), tingkat pendidikan (p=0,001), komposisi pestisida (p=0,014), dan exposure rate (p<0,001) terhadap fungsi kognitif. Tidak ada perbedaan bermakna antara perbandingan rerata AChE pada kelompok yang mengalami penurunan fungsi kognitif dan kelompok yang normal (OR=1 dengan 95% CI 0,2-4,1). Kesimpulan Saran: Prevalensi penurunan fungsi kognitif pada petani bunga laki-laki yang terpajan pestisida OP cukup tinggi (75%). Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara fungsi kognitif responden dengan faktor risiko okupasi, terutama dalam hal masa kerja. Untuk mencegah terjadinya dampak penggunaan pestisida yang lebih berat, perlu adanya program pengendalian bagi petani pengguna pestisida serta pengawasan pada produsen pestisida. ......Background: Organophosphate (OP) is the most widely used pesticide in the world. As a chemical substance, this substance has toxic effects for humans who are exposed. One of the effects of OP is a decline in cognitive function. Based on the research of Bosma, et al, the prevalence of mild cognitive impairment in workers exposed to pesticides is 35%. In Indonesia, research from Dewi RM shows that 39.1% of citrus farmers exposed to pesticides experience mild cognitive impairment. Until now there has been no research in Indonesia that measures the side effects of pesticides on cut-flower farmers. In fact, the use of pesticides in flower plants is estimated to be greater than other commodities, so that the risk and impact of exposure on farmers becomes even greater. The purpose of this study was to determine the relationship of acetylcholinesterase (AChE) in red blood cells to cognitive function in male cut-flower farmers spraying pesticides. Method: Cross-sectional design with a sample size of 40 people. The study was conducted in Parongpong District, West Bandung Regency. Sampling using consecutive sampling with interview instruments, MMSE, and erythrocyte AChE examination. Results. AChE activity in red blood cells has a median of 4599.06 (1760-6828). The prevalence of cognitive decline in male cut-flower farmers spraying pesticides reaches 75%. There was no relationship between red blood cell AChE and cognitive function (p = 0.87). However, there was a significant relationship between variables of years of work (p = 0.007), level of education (p = 0.001), pesticide composition (p = 0.014), and exposure rate (p <0.001) on cognitive function. There was no significant difference between the average comparison of AChE in the group that experienced a decline in cognitive function and the normal group (OR = 1 with 95% CI 0.2-4.1). Conclusion and Suggestions: The prevalence of cognitive impairment in male cut-flower farmers exposed to OP pesticides is quite high (75%). This study shows that there is a significant relationship between the cognitive function of the respondents with occupational risk factors, especially in terms of years of work. To prevent the impact of the use of pesticides, it is necessary to have a control program for farmers using pesticides and supervision of pesticide producers.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fendi
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Polusi udara diperkirakan menyebabkan 1,2 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2004. Pengemudi mikrolet merupakan salah satu pekerjaan yang terpapar dengan polusi akibat gas buang kendaraan bermotor sehingga berisiko mengalami penurunan fungsi paru. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar masalah penurunan fungsi paru tersebut dan untuk menentukan tindakan pencegahan baik primer maupun sekunder pada populasi tersebut. Metode : Studi potong lintang pada pengemudi mikrolet dikerjakan di terminal Kampung Melayu 2014. Data didapatkan berdasarkan wawancara, pemeriksaaan tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan spirometri, dan gula darah kapiler sewaktu. Studi deskriptif dilakukan dengan melihat proporsi variabel dan penentuan nilai rerata atau median. Hasil : Terdapat 101 orang subjek penelitian yang diambil secara purposive sampling. Proporsi pengemudi mikrolet yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun sebanyak 69,3%, perokok 76,2%, riwayat tuberkulosis 8,9%, sebanyak 44,6% mempunyai glukosa darah kapiler sewaktu > 140 mg/dl dan 34,7% mengalami obesitas. Proporsi pengemudi mikrolet yang mengalami penurunan fungsi paru sebesar 30,7% yang terdiri atas restriksi 90,3% dan obstruksi 9,7%. Penurunan fungsi paru tersebut lebih banyak terlihat pada subjek yang telah bekerja lebih dari 10 tahun dan mempunyai riwayat tuberkulosis paru. Simpulan : Proporsi penurunan fungsi paru didapatkan sebanyak 30,7% yang terdiri atas restriksi 90,3% dan obstruksi 9,7%. Penurunan fungsi paru lebih banyak pada subjek yang bekerja lebih dari 10 tahun dan subjek yang mempunyai riwayat tuberkulosis paru.
ABSTRACT Background : Mortality due to air pollution was estimated 1, 2 million deaths world wide in 2004. Microbus drivers are one of job that constantly exposed to air pollution and make them in high risk of lung function deterioration. Purpose: The aim of this study are to know the magnitude of problem of lung function deterioration and to determine actions both primary and secondary prevention in this population. Methods : This is a cross sectional study among microbus drivers that was conducted in Kampung Melayu station in 2014. Data are obtained from interview, measurement of body height and weight, spirometry and random capillary blood glucose. Descriptive analysis was calculated to obtain proportion of each variable and determining the mean or median value. Results : There were 101 subjects that meet the inclusion criteria from purposive sampling. Proportion of micro bus drivers who have worked more for than 10 years are 69,3%; smokers are 76,2%; having history of tuberculosis are 8,9%, around 44,6% have random capillary blood glucose > 140 mg/dl and 34,7% have obesity. There were 30,7% subjects with lung function deterioration (90,3% restriction and 9,7% obstruction). Lung function deterioration was found in those who have worked for more than 10 years, and have history of tuberculoses. Conclusion: The proportion of Lung function deterioration is 30,7% consisting of 90,3% restriction and 9,7% obstruction. Lung function deterioration was found mostly in those who have worked for more than 10 years, and those who have history of tuberculoses.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Saputra Agus
Abstrak :
Pajanan debu PM2.5 di tempat kerja pada umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan yang ditunjukkan dengan penurunan fungsi paru. Pekerja industri batu kapur mempunyai risiko yang sangat besar untuk penimbunan debu terhirup pada saluran pernapasan. Absorbsi dari partikel-partikel pajanan debu terjadi melalui mekanisme pernapasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pajanan debu PM2.5 dengan gangguan fungsi paru pada pekerja industri pengolahan batu kapur di Nagari Tanjung Gadang Kecamatan Lareh Sago Halaban KabupatenLima Puluh Kota. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dengan total sampel sebanyak 60 orang. Analisis data untuk mengetahui hubungan pajanan debu PM2.5 dengan fungsi paru pekerja berupa faktor-faktor risiko yang mempengaruhi yaitu jenis kelamin, umur, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, penggunaan APD dan lama pajanan, menggunakan uji chi square dan stratifikasi. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik metode backward stepwise. Hasil dari penelitian menemukan pajanan debu PM2.5 mempunyai hubungan yang kuat dengan terjadinya gangguan fungsi paru (nilai p = 0,02 dan OR = 5,833 serta probabilitas terjadinya gangguan fungsi paru bagi pekerja yang bekerja di tempat kerja dengan konsentrasi debu di atas adalah 68,6 %.Kedepannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah atau instansi terkait pada umumnya dan dinas kesehatan sebagai acuan pelaksanaan program yang berkaitan dengan efek merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja dan monitoring lingkungan kerja serta surveilans kesehatan kerja. Agar program tersebut berjalan secara optimal perlu dilakukan promosi perilaku kesehatan kerja di tempat kerja. ......PM2.5 dust exposure in the workplace will generally cause obstruction of the respiratory tract which is indicated by decreased lung function. Limestone industry workers are at great risk for the accumulation of inhaled dust in the respiratory tract. The absorption of dust exposed particles occurs through the respiratory mechanism. The purpose of this study was to determine the relationship between PM2.5 dust exposure and impaired lung function in limestone processing industry workers in Nagari Tanjung Gadang, Lareh Sago Halaban District, Lima Puluh Kota Regency. This research is an observational study with a cross sectional design with a total sample of 60 people. Data analysis to determine the relationship of PM2.5 dust exposure with workers' lung function in the form of risk factors that influence, namely gender, age, years of service, smoking habits, exercise habits, nutritional status, use of PPE and length of exposure, using the chi square test and stratification. Multivariate analysis with logistic regression test backward stepwise method. The results of the study found that PM2.5 dust exposure had a strong relationship with the occurrence of pulmonary function disorders (p value = 0.02 and OR = 5.833 and the probability of pulmonary function disorders for workers working in workplaces with dust concentrations above was 68, 6%. In the future, this research is expected to be a material consideration for the government or related agencies in general and the health office as a reference for implementing programs related to the detrimental effects of work on workers' health and monitoring the work environment and surveillance of occupational health. So that the program runs optimally. it is necessary to promote occupational health behavior in the workplace.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsanty Collein
Abstrak :
Sebagian besar klien PGK stadium awal tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami penurunan fungsi ginjal sehingga mereka tidak melakukan tindakan apapun terkait penyakitnya. Perawat memiliki peran penting untuk membuat klien PGK stadium awal melakukan pengelolaan diri akan tetapi pada kenyataannya belum maksimal dilakukan oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi model pengelolaan diri klien PGK stadium awal untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dan mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, tahap satu adalah pengembangan model dan tahap dua dilakukan melalui uji coba model. Penelitian tahap 1 diawali dengan penelitian kualitatif fenomenologi, sedangkan tahap dua adalah penelitian kuasi eksperimen menggunakan pre tes dan post tes design dengan kelompok kontrol, dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang terdiri dari 33 orang kelompok intervensi dan 35 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian tahap satu didapatkan 4 tema dari hasil wawancara mendalam dengan partisipan sehingga dihasilkan model pengelolaan diri klien PGK stadium awal beserta buku panduan intervensi model, modul untuk perawat serta booklet untuk pasien. Hasil penelitian tahap dua membuktikan adanya perbedaan kemampuan klien yang ditunjukkan dengan perbedaan efikasi diri, kualitas hidup, status kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan, dan sedangkan untuk penilaian progresivitas pada pengukuran tekanan darah sistole yang bermakna pada awal pengukuran sampai pengukuran bulan ke tiga antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Sedangkan untuk nilai LFG tidak berbeda bermakna. Kesimpulan hasil penelitian yaitu model pengelolaan diri klien PGK stadium awal efektif meningkatkan kemampuan merawat diri yang dinilai dari efikasi diri, kualitas hidup, status kesehatan, pemanfaatan layanan kesehatan serta mempertahankan nilai tekanan darah sistole tetap stabil, tetapi tidak untuk mempertahankan nilai LFG. ......Most patients with early-stages CKD are not aware that they have decreased kidney function so they are not take any action related to the disease. Nurses have an important role to make patients with early-stages CKD perform self-management, but in reality the nurses has not yet made the most of it. This study aimed to identify a self-management intervention of the early stages of CKD to improve self-management and prevent risk progression of kidney function. This study was conducted in two stages. The first stage was the development of the model. The second stage was conducted through a trial of the self-management program to determine the effect of the model in improving self-management ability and preventing the risk progression of early stages of CKD. The first stage was a qualitative method and the second study was a quasi-experimental study using pre-test and post-test design with a control group. The total sample were 68 people ( 33 intervention groups and 35 control groups). The results of the first phase of the research obtained 4 themes from the results of in-depth interviews with participants so that the resulting self-management model of the client decreased kidney function along with a model intervention manual, modules for nurses, and booklets for patients. The results of the second phase of the study that there were significant differences in self-efficacy, quality of life, health status, utilization of health services, and systolic blood pressure at the start of measurement until the third-month measurement between the intervention group and the control group. GFR value was not significantly different. The result of the research is the self-management model for early stages CKD effectively increasing the ability to care for themselves as measured by self-efficacy, quality of life, health status, utilization of health services, and maintaining a stable systolic blood pressure value, but not to maintain the LFG value.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardilla Eka Febriana
Abstrak :
Bising merupakan salah satu bahaya fisik yang sulit dipisahkan dari dunia industri modern terutama industri minyak dan gas. Safe work Australia pada tahun 2010 merilis hasil bahwa dalam 5 tahun periode Juli 2002 hingga Juni 2007 terdapat 16.500 klaim kompensasi dari para pekerja di Australia yang mengalami ketulian akibat pajanan bising, dan 99% diantaranya merupakan pajanan jangka panjang lebih dari 5 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dosis kebisingan dengan penurunan fungsi pendengaran pada pekerja terkait kebisingan di sebuah pertambangan minyak dan gas bumi di Jawa Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah metode analitik cross-sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Penelitian di perusahaan ini dilakukan pada Januari-Februari 2014 dan Mei 2014. Dari 33 orang pekerja, didapati 3 pekerja mengalami penurunan fungsi pendengaran. Dalam penelitian ini, hasil sejalan dengant teori tetapi tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan penurunan fungsi pendengaran pekerja.
Noise is one of the physical hazard which difficult to separate from industrial modern especially oil and gas industry. Safe work Australia, 2010, has released a result that in periode range Juli 2002 until Juni 2007 there are 16.500 compensation claims from workers in Australia who exposed with noise, and 99% of them has exposed more than 5 years. The objective of this research is to find relationship between noise dose and noise-induced hearing loss at workers in an oil and gas company in East Java. Research design that I used in this research is cross-sectional method. Statistic test that I used in this research is chi-square test. Research in this company has done in January-February 2014 and continued in May 2014. The result is, there are 3 from 33 workers has suffered noise-induced hearing loss. In this research, the results are equal with the theory but I did not find any significant relations between noise dose and noise-induced hearing loss.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Beladina
Abstrak :
PM2,5 merupakan salah satu indikator penilaian kualitas udara, yang telah dilaporkan sebagai penyebab dari berbagai gangguan kesehatan, salah satunya penurunan fungsi aru -; paru pada manusia. Industri marmer merupakan salah satu industri yang banyak menghasilkan PM2,5 sebagai limbah hasil produksinya. Oleh karena itu diperlukan intervensi kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan kerja di industri marmer. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 di udara tempat industri marmer dengan kejadian penurunan fungsi paru pada pekerjanya. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni 2017, menggunakan studi potong lintang. Penelitian ini melibatkan seluruh pekerja industri marmer yang berjumlah 45 orang, dan 5 titik pengukuran kualitas udara di sentra industri marmer X sebagai sampel. Fungsi paru pekerja diukur menggunakan spirometri, sedangkan konsentrasi PM2,5 di udara diukur menggunakan HVAS. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square, regresi logistik, dan regresi linear dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 di udara, konsentrasi PM2,5 di udara dengan kejadian penurunan fungsi paru, serta hubungan antara karakteristik individu dengan kejadian penrunan fungsi paru. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kelembaban dengan konsentrasi PM2,5 di udara nilai p = 0,013. Hasil analisis juga menunjukkan hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara dengan penurunan fungsi paru pada pekerja nilai p = 0,004; OR = 7,56 . Karakteristik individu yang mempengaruhi penurunan fungsi paru pada pekerja antara lain adalah IMT nilai p = 0,011; OR = 6,909 dan masa kerja nilai p = 0,003; OR = 1,292. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 di udara tempat industri marmer dengan kejadian penurunan fungsi paru pada pekerja di sentra industri marmer X, Kabupaten Tulungagung, tahun 2017. ...... PM2,5 is an air quality indicator, that have been reported as the cause of some health problems, including lung function decline. Marble industry is one of industries that produce PM2,5 as the waste of marble production. Therefore, health intervention, industrial environmental health in particular, is needed as preventive measures. The objective of this study was to understand about the association between PM2,5 concentration in marble production room and lung function decline among the workers. This study was held on February to June of 2017, using cross sectional study This study involving all of the marble production workers, total of 45 person, and 5 point of air quality measurement in X marble industry as the samples. Lung function decline was measured by spirometry method, while the PM2,5 concentration was measured using High Volume Air Sampler. Bivariate analysis using chi - square, logistic regression, and linear regression was done to know about the association between environmental factors and PM2,5 concentration, PM2,5 concentration and lung function decline, also between individual characteristics and lung function decline. The study result showed significant association between humidity and PM2,5 concentration p value 0,013 . The result also showed significant association between PM2,5 concentration and lung function decline among the workers p value 0,004 OR 7,56 . Induvidual characteristics that affected the lung function decline among the workers is BMI p value 0,011 OR 6,909 and the work duration p value 0,003 OR 1,292. The conclusion of this study is, PM2,5 concentration in marble production room is significantly associated with lung function decline among the workers in X marble production, Tulungagung, 2017.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edifar Yunus
Abstrak :
Kebisingan adalah merupakan salah satu potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja di area produksi PKS 1 PT. X, dimana hampir seluruh line produksi mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dBA. Kondisi lingkungan kerja seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja, yakni terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penelitian ini berjudul "Hubungan Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit 1 PT. X Tahun 2014". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran pada pekerja. Faktor yang berhubungan dengan kebisingan yang diteliti adalah intensitas bising, dan faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu yakni: umur pekerja, masa kerja, jumlah jam kerja perhari. Untuk faktor intensitas bising didapat dengan melakukan pengukuran pada area produksi diamana pekerja beraktifitas, sementara faktor yang berkaitan dengan individu tentang umur pekerja, masa kerja, lama pajanan perhari, dan pemakaian APT di peroleh dari hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada waktu yang sama dengan tujuan menganalisis hubungan antara kebisingan terhadap penurunan fungsi pendengaran pada pekerja PKS 1 PT. X tahun 2014. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 55,17% responden bekerja di area dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, 82,76% responden berumur kurang dari 40 tahun, 70,11% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, dan 75,86 bekerja12 jam perhari. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan 54,0% responden mengalami ketulian sensorineural. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat pada peneitian ini penulis menyimpulkan faktor-faktor intensitas bising, umur pekerja, masa kerja, dan jumlah jam kerja perhari berhubungan erat dengan penurunan fungsi pendengaran. Hubungan pemakaian APT dengan penurunan fungsi pendengaran tak dapat dinilai karena seluruh pekerja tidak memakai APT. ...... Noise is one of the risk factors at POM 1 production site environment of PT. X where most of its production lines retain noise intensity above 85 dBA. This noise intensive jobsite is a risk factor that could give rise to hearing loss as occupational disease among workers. ?The Correlation of Noise and Hearing Loss among Workers at Palm Oil Mill 1 (POM 1) of PT. X. in The Year of 2014? is the title of this study. The aim of this study is to analyse the correlation of noise and evidence of hearing loss among workers. Noise intensity is noise related factor; meanwhile age, length of service, and number of working hours per day are worker?s individual characteristics in this study. Noise intensity factor is obtained by noise measuring at production site where employees use to work, while worker?s individual factors such as age, length of service, number of working hours per day, and use of personal protective equipment (PPE) are acquired by questionnaire. This is a cross-sectional analyses study design where all the variables are measured once at the same time to enable noise and hearing loss correlation analyses on workers at POM 1 of PT X in the year of 2014. This study involved as many as 55.17% respondents who worked at jobsite with noise intensity more than 85 dBA, 72,8% aged less than 40 years, 70.11% with length of service less than 5 years, and 75.86% worked 12 hours per day. Measurement results revealed that 54.0% respondents developed sensor-neural hearing loss. Upon univariate and bivariate analyses done on this study, the researcher concludes that noise intensity, worker?s age, length of service, and number of working hours per day are factors that have close correlation to hearing loss among workers. The use of PPE is the factor that could not be analysed because none the workers wear any PPE.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrya Solihin J.
Abstrak :
Kota Tangerang Selatan memiliki sebelas situ yang berada di dalam wilayah administratifnya. Situ-situ tersebut sedang mengalami degradasi fungsi utama sebagai kawasan penyimpanan air. Salah satu sebab penurunan fungsi ini adalah alih fungsi Iahan yang terjadi secara illegal seperti permukiman dan peruntukan situ sebagai kawasan pembuangan sampah. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu masih banyaknya situ di wilayah Tangerang Selatan yang mengalami penurunan fungsi dan lwasan kawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan jika kondisi situ-situ di wilayah Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan cukup buruk. Dari 11 (sebelas) situ yang ada di wilayah Tangerang Selatan, hanya 2 (dua) situ yang dapat dikategorikan memiliki kondisi baik, sedangkan 5 (lima) situ lainnya dikategorikan memiliki kondisi sedang, dan bahkan 4 (empat) situ sisanya dikategorikan buruk dengan kondisi [vasan situ sudah nol/hilang. Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi situ adalah, 1) dari segi sosial ekonomi kependudukan, peningkatan jumlah penduduk di kota Tangerang Selatan menjadi sebab meningkatnya tekanan terhadap daya dukung situ. 2) Ditinjau dari Aspek Tata Ruang/RUTR Kota Tangerang, rencana pengelolaan kawsan situ tidak terintegrasi dalam rencana tata ruang wilayah kota adanya perubahan fungsi lahan. 3) Ditinjau dari Aspek Potensi Sarana/Elemen Perkotaan, kawasan situ tidak dikelola dengan perencanaan yang baik sehingga tidak terintegrasi dalam pembangunan kota. Altematif solusi untuk perbaikan kondisi situ-situ adalah pengembangan perangkat insentif dan disinsentif untuk mengarahkan sekaligus mengendalikan perkembangan dan perubahan fungsi kawasan situ yang dikembangkan secara sektoral maupun lintas sektoral. ......The eleven smali fakes in The City of South Tangerang are faced serious degradation of their function as water based reservoir and their existence. Land used changing such as illegal settlement and waste landfill around the small lakes caused the inhibitory of small Jakes. Based on that condition, this research question is the enhancement of degradation of small Jakes in South Tangerang City. This research used qualitative approach with descriptive analyses. Results of study show the condition of small lakes in The City of South Tangerang are in bad category. From eleven small lakes, two small lakes categories in good condition, five small lakes categories in middle condition, four small lakes in bad condition with zero area. These conditions caused by, 1) from social, economic and citizenry impact, escalation of citizen dweller in The City of South Tangerang became pressure for carriying cappacity of the small lakes. 2) from South Tangerang Regional Development Planning Concept there is no integration these area to the mapping of City region. 3) from infrastructurs and the element of city, these smal) lakes area were not well integrated to the development of city planning. The alternative solution to improve the condition of these small lakes is the development of insentive and disinsentive system programme. This system fungtion as controlier on land used changes and improvement of the smalt lakes.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2010
T33552
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library