Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Kristian
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mira H. Suparto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Meutia
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah memilih pasangan hidup. Memilih pasangan hidup yang tepat sangat penting, karena akan mempengaruhi kesuksesan dan kebahagiaan pernikahan dan kehidupan berumah tangga kelak. Dalam memilih pasangan hidup, tiap individu mempunyai kriteria- kriteria tertentu yang dianggap penting dan diharapkan ada pada calon pasangan hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah benar perbedaan jender menyebabkan preferensi yang berbeda pada kriteria pasangan hidup yang dianggap penting. lalu apakah perbedaan ideologi peran jender (tradisional atau modern) yang dianut juga dapat menyebabkan perbedaan preferensi pada kriteria pasangan hidup yang dianggap penting.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 buah kuesioner, yang mengukur ideologi peran jender seseorang dan preferensinya pada 13 kriteria pasangan hidup. Alat ini disebarkan pada 150 responden dan hasilnya diolah melalui SPSS 6.0 dengan tehnik perhitungan statistik ANOVA 1 dan 2 arah.

Dari hasil dan analisa yang diperoleh, ternyata memang benar kalau pria dan wanita menunjukkan preferensi yang berbeda pada kriteria pasangan hidup yang mereka anggap penting. Pria terbukti Iebih mementingkan kriteria daya tarik fisik dibanding wanita, dan wanita Iebih mementingkan kriteria cerdas, berpotensi sukses, mapan, berambisi, berpendidikan, beragama sama, serta belatar belakang keluarga jelas dibanding wanita. Terbukti juga bahwa secara keseluruhan wanita lebih pemilih dibanding pria. Untuk ideologi peran jender, ternyata antara penganut ideologi peran jender tradisional dan modern juga memperlihatkan perbedaan preferensi pada kriteria pasangan hidup yang dianggap penting. Penganut ideologi peran jender tradisional lebih mementingkan masih perawan/perjaka dan berlatar belakang keluarga jelas, sedangkan penganut ideologi peran jender modern Iebih mementingkan kriteria cerdas, berpotensi untuk sukses, berambisi untuk maju berprestasi, mapan (mempunyai pekerjaan, kedudukan dan penghasilan) dan berpendidikan. Ditemukan juga pengaruh yang signifikan untuk interaksi jender dan ideologi peran jender tarhadap preferensi kriteria ekspresif dan terbuka, dimana berdasarkan urutan kriteria ini paling dipentingkan oleh pria modern, kemudian wanita tradisional lalu wanita modern dan terakhir oleh pria tradisional.

Kesimpulan dan penelitian ini adaiah ternyata perbedaan jender (pria dan wanita) dan perbedaan ideologi peran jender (tradisional dan modern) menyebahkan perbedaan preferensi kriteria pasangan hidup yang dianggap penting, dan juga ditemukan ada perbedaan preferensi kriteria pasangan hidup yang disebabkan oleh interaksi antara perbedaan jender dan perbedaan ideologi peran- jender.

Saran dari penelitian ini, bila ingin dilakukan penelitian Ianjutan, bisa diteliti variabel Iain yang mungkin berpengaruh pada preferensi kriteria pasangan hidup seperti variabel : tingkat sosial ekonomi, agama, suku, pendidikan, generasi, dan wilayah tempat tinggal. Untuk kriteria yang dibandingkanpun bisa ditambahkan dengan kriteria seperti pandai memasak, mendapat persetujuan orang tua atau berasal dari suku yang sama.

Diharapkan hasil penelitian ini bisa jadi masukan yang bermaanfaat terutama untuk para dewasa muda yang sedang mencari atau memilih pasangan hidup yang tepat, demi kebahagiaan dan kesuksesan pernikahan dan kehidupan berumahtangganya kelak.
1998
S2711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gustiana Andriani
Abstrak :
ABSTRAK
Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan manusia di masa dewasa muda adalah memilih pasangan hidup. Proses pemilihan pasangan hidup merupakan tahap awal yang akan dilalui jika seseorang memutuskan untuk menikah. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai kriteria yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam interaksi mereka dengan lingkungannya, yang oleh Bronfrenbrenner (dalam Berns, 1997) dibagi menjadi beberapa struktur yaitu sistem mikro, sistem ekso, sistem meso, sistem makro, dan chronosystem atau dimensi waktu. Sebagai bagian dari sistem mikro, orangtua dapat menjadi sumber bagi seorang anak dalam menentukan pilihan pasangan hidup. Seorang anak akan menerima nilai-nilai menyangkut pemilihan pasangan hidup sejak kecil dari orangtuanya dan hal tersebut merupakan bagian dari peran orangtua dalam pengasuhan anak. Budaya Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrlinial, dimana ibu memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan anak termasuk dalam pemilihan pasangan hidup. Campur tangan tersebut terkadang dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orangtua. Penelitian ini mencoba untuk melihat fenomena yang terjadi antara dua generasi. Bagaimana kontribusi peran ibu dalam hal pemilihan pasangan hidup anak perempuan sulung khususnya dalam budaya Minangkabau; ciri khusus harapan ibu dan anak; serta faktor yang mempengaruhi mereka dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara. Subyek wawancara adalah tiga pasang ibu dan anak perempuan sulung yang berada dalam lingkungan budaya Minangkabau dan tidak pernah merantau ke luar Sumatra barat. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan ekologis, teori pengasuhan anak, teori perkembangan dewasa muda, teori pemilihan pasangan hidup, dan teori yang berhubungan dengan nilai budaya dan adat Minangkabau. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa ketiga subyek ibu mempunyai pengaruh dalam menentukan pilihan pasangan hidup anak perempuan sulung. Anak tidak akan menolak jika ibu menentukan pasangan hidupnya, sebab ada kecenderungan anak menganggap pilihan ibu adalah pilihan yang terbaik. Ciri khusus harapan seluruh subyek dalam menentukan pilihan pasangan hidup berhubungan dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau, dimana keduanya dipahami sebagai rangkaian yang saling melengkapi. Dari segi agama, semua subyek baik ibu dan anak mengharapkan pasangan hidup yang taat dan takwa terhadap Tuhan. Sedangkan dari segi adat istiadat mereka mengharapkan pasangan hidup yang dapat bertingkah laku sopan, memahami tata krama, dan tata berbicara sesuai dengan adat istiadat Minangkabau. Hasil penelitian juga menunjukkan, ada dua faktor yang mempengaruhi seluruh subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup yaitu faktor homogami dan faktor lingkungan. Faktor homogami merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi seluruh subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup, sedangkan faktor lingkungan masyarakat merupakan faktor ektrinsik yang secara tidak langsung mempengaruhi seluruh subyek. Pengaruh yang diterima oleh seluruh subyek dari sistem lingkungan memberikan informasi baru sehingga mereka lebih terbuka untuk menikah dengan orang lain di luar suku bangsa Minangkabau atau keluar dari pola ideal perkawinan menurut adat Minangkabau. Seluruh subyek memahami nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau sebagai tuntutan yang harus diterima mereka, terutama keberadaan mereka sebagai perempuan Minangkabau. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian dengan karakteristik latar belakang yang berbeda, misalnya membandingkan subyek yang berada di budaya Minangkau dengan mereka yang berasal dari budaya lain atau membandingkan subyek yang berada dalam budaya Minangkabau tetapi berasal dari nagari yang berbeda. Penelitian juga dapat dilakukan dengan melakukan studi terhadap tiga generasi perempuan dalam budaya tertentu, tidak hanya dalam hal pemilihan pasangan hidup tetapi menyangkut aspek perkembangan lain sehingga akan tampak kekayaan dan kelemahan budaya yang teliti.
2001
S3052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Santhi Oktariyani
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai kriteria pasangan hidup. Pandangan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam interaksi individu dengan lingkungan. Sejak kecil individu telah ditanamkan ide mengenai pernikahan yang bahagia dan kriteria pasangan hidup yang baik, antara lain melalui sistem nilai yang dianut orang tua. Penanaman sistem nilai tersebut tidak terlepas dari pola pengasuhan orang tua kepada anak. Suku Bali dengan sistem Patrilinial memberikan peran yang besar pada ayah untuk menentukan dengan siapa anak boleh menikah. Peran ini akan lebih terlihat apabila ayah mengharapkan anak tunggal perempuan mereka untuk menjadi penerus keluarga. Dalam hal ini, anak tunggal perempuan harus tetap tinggal di keluarga mereka, dan apabila mereka menikah maka suami masuk dalam keluarga perempuan (Nyentana). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peran ayah dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan dalam keluarga Bali yang menetap di luar Pulau Bali, faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan, serta mengetahui pengaruh adat Bali dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data utama dan observasi sebagai alat penunjang. Wawancara dilakukan pada 3 orang subyek anak tunggal perempuan yang memiliki ayah dari suku Bali, berusia 21-30 tahun, berasal dari status sosial ekonomi menengah ke atas, dan tinggal di luar Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah berperan dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan dengan cara memberikan masukan dan gambaran kriteria laki-laki yang mereka inginkan untuk menjadi pasangan hidup anak tunggal perempuan. Ayah tidak secara langsung berperan dalam menjodohkan anak tunggal perempuan dengan laki-laki pilihan mereka. Ayah juga tidak menekan kesedian laki-laki untuk nyetana sebagai kriteria pasangan hidup anak tunggal perempuan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ayah terutama berperan dalam penanaman disiplin, kemandirian, dan prestasi akademik anak tunggal perempuan mereka.Hasil penelitian juga menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi anak tunggal perempuan dalam memilih pasangan hidup, yaitu faktor homogami, faktor derajat pernikahan, dan faktor jaringan sosial. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pemahaman anak tunggal perempuan mengenai nyentana masih terbatas. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar mengikutsertakan subyek ayah dalam penelitian. Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan cara membandingkan berbagai wilayah di Bali, atau membandingkan beberapa suku di Indonesia.
2002
S3179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Dwi Indrayani
Abstrak :
Depresi seringkali tidak terdeteksi, salah satunya diakibatkan karena kehilangan pasangan yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan kehilangan pasangan hidup dengan tingkat depresi lansia di Kelurahan Depok. Metode penelitian menggunakan deskriptif koleratif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 80, dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen penelitian yaitu Geriatric Depression Scale (GDS) untuk mengukur tingkat depresi lansia. Hasil uji mann whitney menyatakan terdapat hubungan bermakna antara kehilangan pasangan hidup dengan tingkat depresi lansia ρ = 0,007 (< α = 0,05). Peneliti merekomendasikan perawat komunitas melakukan kunjungan keluarga untuk mencegah depresi dan melibatkan kader untuk membuat kegiatan kelompok pada lansia yang kehilangan pasangan. ...... Depression is often not detected, one of them caused by loss of spouse that can degrade the elderly quality of life. The aim of this research is to identify the correlation between loss of a spouse and level of depression in elderly in Depok. The descriptive-correlative method was used with cross sectional approach. The samples were 80 (stratified random sampling). The research instrument used Geriatric Depression Scale (GDS) to measure the level of depression. The results of Mann Whitney Test shows there is a significant relationship between the loss of spouse with level of depression in elderly p = 0,007 (< α = 0,05). Researcher recommend community nurse visits the family to prevent depression and engage cadres to make events in elderly group who lost spouse.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library