Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isman Pepadri
Abstrak :
ABSTRAK
Dari dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini konsumen semakin rasional dalam proses pembelian dimana akan selalu membandingkan antara manfaat yang diharapkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan dengan tetap memperhatikan pencapaian kebutuhan. Disisi lain kekuatan ekonomi saat ini bukan ditentukan jari ruai ekonomis suatu sumber daya tetapi sangat ditentukan kemampuan dalam memiliki atau mengelola informasi. Tingginya nilai ekonomis suatu informasi sangat tergantung dan keakuratan dan kecepatan informasi tersebut. Internet merupakan salah satu bentuk sarana dalam upaya mencari informasi dengan cepat. Dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan koinputer yang talc dapat dibendung maka saat ini internet dapat digunakan untuk menyalurkan suara sehingga tarif telepon menjadi jauh lebih murah dibandingkan jasa eksisting.

Dengan adanya dukungan regulasi serta perkembangan teknologi yang tidak dapat dibendung maka akan memberi kemudahan bagi pemain baru untuk memasuki suatu bisnis telekomunikasi. Sedangkan bagi konsumen dapat memberikan suatu pilihan dalam berkomunikasi ke luar negeri. Untuk itu perusahaan yang ingin memasuki pasar dengan produk baru dimana harga merupakan key succsess factor, maka sangat diperlukan pengetahuan tentang proses peneniinaafl produk dan proses pengambilan keputusan konsumen. Mengingat harga merupakan faktor utarna pada jasa telepon berbasis internet protokol (IP) ¡nalca diperlukan pula inforniasi tentang pengetahuan konsumen terhadap produk dan barga. Agar penetapan barga tepat dan berorientasi path konsumen maka sangat diperlukan pengukuran kisaran barga yang dapat diterinia. Dalam pengukuran pada peneitian [ni menggunakan metode Price Sensitivity Meter.

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan pengambilan data ke lapangan melalui kuesioner tersstruktur sebanyak 102 responden di Jakarta dengan kriteria menggunakan telepon internasional yang aware tentang telepon berbasis internet protookol dan menggunakannya.

Dari seluruh responden SLI 001 memiliki tingkat top of mind paling tinggi (81%) Sedangkan istilah telepon berbasis IP masib rendah; telepon internet dan telepon murah (3%). Sedangkan pengetahuan tentang merck pada jasa telepon berbasis IP, saat ini belum ada top of mind merek yang mendominaai (rnelebihi 50%), naniun Telkom Save meniiliki tingkat paling tinggi (36%).

Dari beberapa alternatif penggwiaan jasa telepon internasional, SL! 001 paling sering digunakan (sesuai dengan tingkat top of mmd yang dimiliki) sedangkan telepon berbasis LP memiliki tingkat pengunaan yang lebih tinggi (38%) dibandingkan dengan SU 008 (10%). Namun dilihat dan merek hampir semua merek digunakan oleh responden dengan Telkom Save paling banyak digunakan (32%).

Faktor harga murah merupakan alasan dan kebutuhan utama mengunakan telepon berbasis IP disamping itu pada responden korporat faktor kualitas tetap menjadi pertímbangan sedangkan pada responden residensial faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah asal nyambung. Sedangkan faktor yang mempengaruhi responden untuk menggunakan telepon berbasis IP sangat dipengarUhi oleh orang-orang terdekat pengguna dan sekaligus mereka menjadi sumber informasi utama.

Adapun layanan yang paling banyak digunakan adalah dalam bentuk kartu dan mengharapkan kartu tersebut dapat rnudah ditemukan di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pusat pelayan Internet service provider, toko komputer, toko buku serta di Fuji Image Plaza. Umumnya penggunaan telepon berbasis IP paling banyak dilakukan oleh responden korporat tetapi dengan waktu percakapan lebih cepat dibandingkan responden residensial.

Kisaran harga yang diterima antan responden korporat dan residensial relatif sama yaitu antara 53% sampal dengan 84% terhadap tarif SLI dengan ütik optimum UfltUk responden korporat lebih rendah (62%) dibandingkan dengan responden residensial sebesar 74% terhadap tarif SLI. Adapun penilaian responden terhadap tarif yang beredar dipersepsikan berada antara seda.ng dan murah dengan rata?rata penilalan 3,56 dan skala 5. Sedangkan persepsi terhadap kualitas umumnya pada level 60% skI 65% terhadap SU normal dengan kualitas yang diharapkan 85.98%.

Dalam implementasinya pemain barn hams menentukan harga sesuai kisaran yang diterima dengan memperhatikan biaya yang dilcehiarkan agar tetap meraih keuntungaTi dengan menciptakan value dimana harga yang diberikan lebih rendah ctibandingkan dengan kuaiitas dan pelayanan yang tcrima oleh konsumen. Berdasarkan penelitian ini bagi pemain baru dapat menetapkan barga berkisar antan 60% hingga 66% untuk segmen korporat dan 62% hingga 68% untuk seginen residensial dengan catatan perusahaan tersebut harus memiliki diferensiasi yang jelas atau dapat pula menetapkan harga secara head to head dengan kompetitor utama yaitu 53% hingga 62% dari tarif SLI untuk korporat dan 53% hingga 64% untuk segmen residensial.

Dari proses adopsi terhadap produk baru, telepon berbasis IP akan cepat diterima oieh konsumen mengingat reIatif advantage sesuai dengan kebutuhan dan switching cost yang rendah. Dalam pengambilan keputusan penggunaan telepon berbasis IP, peralatan merek dan tenaga penjual serta atribut kualitas tetap menjadi pertimbangan responden.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyudi
Abstrak :
Dalam krisis economic shock, penyandang disabilitas dihadapkan pada berbagai tantangan dan kondisi kerentanan pada berbagai aspek, yang salah satunya adalah aspek ketenagakerjaan. Keterampilan yang sering tidak setara, hingga permintaan yang rendah terhadap tenaga kerja penyandang disabilitas menjadi tantangan bagi para PD di pasar kerja. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari status disabilitas, serta tingkat kesulitan yang dihadapi terhadap peluangnya untuk bekerja kembali di masa pandemi. Studi ini mengunakan data Sakernas Februari 2021, serta analisis deskriptif dan inferensia berupa analisis PSM. Hasilnya, penyandang disabilitas memiliki peluang kembali bekerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan nonpenyandang disabilitas, dan PD dengan kesulitan ringan lebih cenderung reemployed. Meskipun PD cenderung kembali bekerja, mereka cenderung berada pada pekerjaan informal yang umumnya minim akan perlindungan sosial ataupun hak untuk jaminan kerja. Disamping itu PD juga umumnya berada di sektor primer, pekerjaan berkerah biru, berpenghasilan rendah, dan sebagian besar belum memperoleh bantuan sosial selama masa pandemi. ......During the economic shock crisis, PWD faced various challenges and conditions of vulnerability, one of which was in the employment aspect. This study aims to examine the influence of disability status, as well as the severity faced by PWD on their chances of returning to work during the pandemic. We use Sakernas February 2021 data, as well as descriptive and inferential analysis in the form of PSM analysis. As a result, PWD has a higher chance of returning to work compared to non-disabled persons, and PWD with mild difficulties are more likely to be reemployed. Although PWD tends to return to work, they tend to be in informal work which generally lacks social protection or the right to job security. Besides that, PWD is also generally in the primary sector, blue-collar jobs, low-income, and most of them have not received social assistance during the pandemic.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rarassanti
Abstrak :
Kegagalan dalam penyediaan air bisa berdampak terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, salah satu sumber air bersih yang sudah memenuhi standar persyaratan khusus air minum adalah air perpipaan atau air leding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kesejahteraan pada pada rumah tangga miskin pengguna sumber air leding terhadap bukan pengguna dengan menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan yang signifikan antara rumah tangga pengguna air leding dan tidak di kalangan penduduk miskin. ......The quality of water supply could have impact to household welfare. According to Ministry of Health Regulation No. 492/Menkes/PER/IV/2010, pipeline water is one of the sources of clean water that meets the requirements of drinking water standard. This study aims to look at the difference in the welfare of poor households who use the pipeline water using the Propensity Score Matching (PSM) method. The result shows that the welfare of pipeline water users is significantly higher than non-users. To expand the program, we suggest that the government should subsidies the poor household to make pipeline water accessible for them.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T44858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo Octaviano
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan pengaruh asuransi kesehatan sosial untuk menyediakan proteksi finansial bagi pesertanya, dalam kerangka implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia. PBI-BPJS Kesehatan merupakan sebuah bentuk asuransi kesehatan sosial, yang mana iuran kepesertaan program tersebut ditanggung oleh pemerintah. Analisis cross-section terhadap data Susenas Maret 2016 dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepesertaan PBI terhadap pengeluaran kesehatan OOP per kapita rumah tangga, secara kondisional terhadap penggunaan layanan kesehatan berupa rawat jalan dan rawat inap. Strategi empiris didahului dengan pencocokan sampel melalui propensity score matching PSM , untuk kemudian dilanjutkan dengan pemodelan dua bagian yang dilakukan secara terpisah untuk kedua jenis layanan kesehatan yang diteliti. Bagian pertama mencakup estimasi pengaruh kepesertaan PBI terhadap kecenderungan penggunaan kedua jenis layanan kesehatan melalui pemodelan probit dengan variabel instrumen IV ; sementara bagian kedua menggunakan pemodelan two-staged least square 2SLS dengan variabel instrumen IV untuk mendapatkan besaran pengaruh kepesertaan PBI terhadap biaya kesehatan OOP per kapita, secara kondisional terhadap penggunaan layanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap. Estimasi dengan menggunakan variabel instrumen ini dilakukan untuk mengatasi masalah endogenitas di dalam variabel kepesertaan PBI yang diduga terjadi tidak secara acak. Ditemukan indikasi bahwa peserta PBI memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam menggunakan layanan kesehatan berupa rawat jalan maupun rawat inap, dengan besaran terbatas untuk keduanya, bila dibandingkan dengan non peserta PBI. Dalam konteks layanan rawat jalan, peserta PBI secara rata-rata membayar 13,87 lebih rendah daripada non peserta PBI. Sementara untuk layanan rawat inap, secara rata-rata peserta PBI teramati membayar 51,14 lebih rendah daripada non peserta PBI. Hasil estimasi juga menemukan peranan variabel kontrol seperti tingkat ekonomi rumah tangga, konsentrasi jumlah tenaga kesehatan di dalam masyarakat, dan status rumah tangga sebagai penerima program-program perlindungan sosial lain, sebagai kontributor besaran pengeluaran kesehatan OOP per kapita yang signifikan. Secara umum ditemukan bahwa proteksi finansial sudah didapatkan oleh peserta PBI dalam konteks utilisasi untuk kedua jenis layanan kesehatan.
ABSTRACT
This study aims to investigate the effects of social health insurance in regards with financial protection for its rsquo participants, within the implementation of the National Health Insurance program rsquo s framework in Indonesia. PBI BPJS Kesehatan is a form of social health insurance, in which the membership dues of the program is borne by the government. Cross section analysis using March 2016 rsquo s Susenas was conducted to determine the effect of PBI participation on out of pocket OOP per capita health expenditure, conditional on the use of outpatient and inpatient health services. Empirical strategy of matching the relevant samples through propensity score matching PSM procedures was done in order to create the base of the analysis, which then followed by a two part model that was done separately for both types of health services. The first part includes estimating the effect of PBI participation on the probability of the use of both types of health services utilizing probit with instrument variables IV specifications while the second part make use of two staged least square 2SLS with IV to obtain the magnitude of effect from PBI participation on OOP per capita health expenditures, conditional on the use of each health services. Estimation using IV was performed to account the problem of endogenity within PBI membership variable which was suspected to occur not randomly. Estimation results indicated greater propensity for PBI participants to be accessing both type of outpatient and inpatient health services, both with limited positive effect, as compared with non PBI participants. For outpatient services, PBI participants on average paid 13.87 less than non PBI participants. Whereas for inpatient services, on average PBI participants paid 51.14 less than non PBI participants. The estimation result also found the role of control variables of secondary interest such as households rsquo economic level, health workers density within the community, and households rsquo status as recipients of other social protection programs, as significant contributors of OOP per capita health expenditures. In general, this study found that PBI participants have received some form of financial protection conditional on utilizing either types of health services.
2018
T51644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afini Muliandari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak dari Bantuan Pangan Non- Tunai (BPNT) dan Program Sembako terhadap asupan nutrisi Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Menggunakan data SUSENAS cross-section 2017-2021, kami melakukan pseudorandomization dengan Propensity Score Matching (PSM) dengan contemporaneous control dan estimasi Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan multi-arm. Program Sembako memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan asupan nutrisi dibandingkan BPNT. Peningkatan asupan nutrisi KPM Program Sembako di level nasional secara umum didorong oleh Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan area perkotaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan fleksibilitas kupon makanan, dengan nilai bantuan yang sama tidak dapat memberikan dampak yang sama antar wilayah. ......This study aims to compare the impact of Noncash Food Assistance (BPNT) and the Sembako programme on the nutrition outcomes of Beneficiaries (KPM). Using the 2017- 2021 SUSENAS cross-section data, we perform pseudorandomization with propensity score matching (PSM) with contemporaneous control and ordinary least square (OLS) estimation with a multi-arm approach. The Sembako programme has a significant impact on increasing nutrition outcomes compared to BPNT. The increase in the nutrition outcomes of the Sembako programme beneficiaries at the national level is generally driven by Java Island, Sumatra Island, and urban areas. This research shows that increasing the flexibility of food vouchers, with the same benefit value cannot yield the same impact across regions.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatik Sumiyati
Abstrak :
Penelitian sebelumnya yang mengevaluasi dampak penggunaan clean cooking energy (CCE) di negara berkembang masih berfokus pada kesehatan fisik dan belum banyak yang membahas dampaknya terhadap kesehatan mental. Penelitian ini mencoba mengisi research gap dengan menganalisis dampak transisi energi memasak terhadap kesehatan mental di Indonesia menggunakan data longitudinal dan menerapkan metode estimasi yang saling melengkapi yaitu Propensity Score Matching dan Difference-in-Difference (PSM–DID) untuk mengatasi bias karena mekanisme seleksi yang mungkin menghalangi untuk mengidentifikasi causal effect. Hasilnya menunjukkan bahwa transisi energi memasak secara signifikan dapat meningkatkan kesehatan mental individu yang dapat terlihat dari penurunan skor Center for Epidemiological Studies Depression (CESD), dan penurunan probabilitas individu mengalami depresi. Efeknya lebih menonjol pada pada wanita dan individu yang tinggal di perkotaan. Penelitian ini juga membahas tentang jalur potensial transisi energi memasak bersih dan kesehatan mental melalui mediator status kesehatan fisik dan partisipasi sosial. ......Previous studies evaluating the impact of clean cooking energy (CCE) use in developing countries have focused on physical health and not much on the impact on mental health. This study tries to fill the research gap by analyzing the impact of cooking energy transition on mental health in Indonesia using longitudinal data and applying complementary estimation methods namely Propensity Score Matching and Difference-in-Difference (PSM-DID) to overcome biases due to selection mechanisms that may prevent identifying causal effects. The results show that the cooking energy transition can significantly improve individuals' mental health as evidenced by a decrease in Center for Epidemiological Studies Depression (CESD) scores and a decrease in the probability of individuals experiencing depression. The effects were more pronounced in women and individuals living in urban areas. This study also discusses the potential pathways of clean cooking energy transition and mental health through the mediators of physical health status and social participation.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Putri
Abstrak :
Ada anggapan umum dalam literatur dan diantara pembuat kebijakan bahwa remitansi migran memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan rumahtangga migran di daerah asal. Penelitian ini meneliti mengenai remitansi baik internasional maupun internal di Indonesia yang dilakukan untuk memberikan kontribusi dalam menilai dampak dari remitansi pada kesejahteraan rumahtangga. Dengan menggunakan data longitudinal dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 yaitu pada gelombang 3 dan 4, penelitian ini akan mengamati pengaruh dari perkembangan pendapatan remitansi pada investasi aset rumahtangga sebagai ukuran kesejahteraan antara penerima dan non-penerima. Penelitian ini menggunakan metode propensity score matching (PSM)untuk mengukur dampak pendapatan dari remitansi pada aset rumahtangga dan membandingkannya dengan rumahtangga non-remitansi. Ditemukan bahwa rumahtangga penerima remitansi secara signifikan memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi sebesar 29,1% pada tahun 2000 dan 22,2% pada tahun 2007 ketika dibandingkan dengan rumahtangga nonpenerima remitansi. ......There is a common assumption in the literature and among policy makers that migrant remittances have an important role in improving the welfare of migrant households in the regions of origin. This study observe the international and internal remittances in Indonesia are being made to contribute in assessing the impact of remittances on household welfare. Using longitudinal data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) during 2000 until 2007 on wave 3 and 4, the study will observe at the impact of the development of remittance income on the household accumulated asset as a measure of well-being between recipients and non-recipients. This research using propensity score matching (PSM) method to measure the revenue impact of remittances on household assets and comparing it to non-remittance households. It was found that remittance recipient households had significantly higher levels of welfare by 29.1% in 2000 and 22.2% in 2007 when compared to non-recipient households remittances.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Desta Yudha
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini saya akan meneliti tentang pengaruh pembayaran atas servis lingkungan (Payment for environmental services-PES) terhadap status social ekonomi penduduk local. Status social ekonomi yang saya teliti terdiri dari belanja rumah tangga untuk menangkap keterpenuhan nutrisi masyarakat yang tinggal disekitar pelaksanaan proyek PES. Tidak hanya belanja yang akan saya teliti, saya juga meneliti tentang status kemiskinan dari masing-masing rumah tangga di sekitar pelaksanaan proyek. Daerah yang saya teliti untuk proyek PES ini adalah daerah yang berada disekitar Taman Nasional Meru Betir, Jawa Timur dan Danau Segara, Lombok. Saya menggunakan data SUSENAS dari Badan Pusat Statistik untuk mendapatkan data sebelum dan pada saat pelaksanaan proyek PES untuk meneliti effek dari PES di masing-masing lokasi dan gabungan dari dua lokasi tersebut.

Untuk mendapatkan hasil pengaruh dari PES, saya menggunakan metode Difference-in- Difference dan juga menggunakan Propensity Score Matching untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada penilitian kali ini, saya menemukan secara statistic bahwa proyek PES hanya memiliki pengaruh dengan tingkat signifikansi yang kecil terhadap status sosal ekonomi dari penduduk local. Akan tetapi, jika kita melihat dari besaran koefisiennya, dapat dilihat bahwa PES memiliki efek positf terhadap penduduk local. PES juga memiliki efek yang berbeda untuk masing-masing lokasi.
ABSTRACT
In this research paper, I attempt to investigate the impact of Payment for Environmental Services (PES) on the socioeconomic status of local livelihood. The socioeconomic status that I examine is total household expenditure to capture the nutritional well-being of people who live in an area where the PES project is implemented. Not only total household spending, but I also examine the poverty status of each household in the area of PES project. The area of PES project that I analyze are villages in the vicinity of Meru Betiri National Park, East Java and Segara Basin, Lombok. I use Indonesian Social Economy National Surveys (SUSENAS) by Central Statistics Bureau of Indonesia (BPS), before and following the implementation of two PES implementation projects to examine the effect of PES in each location and both locations combined.

To discuss the impact of PES, I use Difference-in-Difference method and also incorporate Propensity Score Matching to have a better result. I find that statistically, PES project has little significant impact on the socioeconomic status of local livelihood. However, if I look at the magnitude of the coefficient of the effect, the evidence show that PES has affected local livelihood positively. Furthermore, the effect of PES project differs between each location.
2017
T48896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Apnitami
Abstrak :
Dengan adanya program Base Transceiver Station (BTS) di wilayah tertinggal, terluar, terdepan (3T) dan penyediaan layanan akses internet, pemerintah Indonesia melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) berupaya mendorong pemerataan infrastruktur telekomunikasi guna menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat pengaruh dari kehadiran program BTS di wilayah 3T dan juga program layanan akses internet di Indonesia pada level kabupaten/kota dalam meningkatkan penetrasi internet di Indonesia menggunakan pendekatan ekonometrika model Difference-in-Difference (DiD) dengan Propensity Score Matching yang menggunakan data tahun 2015 sebagai data sebelum adanya program dan data tahun 2020 sebagai data setelah adanya program. Dari hasil studi didapatkan bahwasanya hingga awal Maret 2020, program BTS di wilayah 3T belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penetrasi internet jika menggunakan seluruh sampel. Namun, jika sampel dibagi berdasarkan area, pengaruh program BTS di wilayah 3T dapat terlihat secara signifikan dengan koefisien sebesar 9,850 untuk area Kalimantan dan 5,179 untuk area Sulawesi dengan catatan asumsi tren paralel terpenuhi untuk kedua area tersebut. Sedangkan, untuk program layanan akses internet, belum ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penetrasi internet jika menggunakan seluruh sampel yang terbatas pada wilayah 3T. Jika sampel dibagi berdasarkan area, program layanan akses internet memiliki hubungan positif terhadap penetrasi internet pada wilayah 3T di area Sumatera & Jawa dengan koefisien sebesar 2,495 dan asumsi tren paralel untuk area ini terpenuhi, walaupun hasil tersebut belum signifikan secara statistik. ......With the Base Transceiver Station (BTS) program in the frontier, remote, outermost (Terdepan, Terpencil, Terluar/3T) areas and the internet access (Akses Internet/AI) services program, the Indonesian government, through the Telecommunications and Information Accessibility Agency (Badan Aksesibiltas Telekomunikasi dan Informasi/BAKTI) is trying to boost the distribution of telecommunication infrastructure to bridge the digital divide in Indonesia. This research finds out the impact of the BTS in the 3T areas and internet access services programs at the district/city level on internet penetration using Difference-in-Difference (DiD) with Propensity Score Matching (PSM) model with data from 2015 as the pre-treatment data and data from 2020 as the post-treatment data. The estimation results showed that the BTS program in the 3T area still has no impact on internet penetration using full samples. However, if the sample is divided by region, the effect of the BTS program in the 3T region on internet penetration can be seen significantly with a coefficient of 9,850 for the Kalimantan area and 5,179 for the Sulawesi area, provided that the parallel trend assumptions are met for those two regions. Meanwhile, for the internet access service program, there has also not been found a significant effect if using all samples that are limited to the 3T area. If the sample is divided by area, the internet access service program has a positive relationship with internet penetration in the 3T region in the Sumatra & Java area with a coefficient of 2,495 and the parallel trend assumption for this area is fulfilled, even though it is not statistically significant.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book explores the disruptive changes in the media ecosystem caused by convergence and digitization, and analyses innovation processes in content production, distribution and commercialisation. It has been edited by Professors Miguel Túñez-López (Universidade de Santiago de Compostela, Spain), Valentín-Alejandro Martínez-Fernández (Universidade da Coruña, Spain), Xosé López-García (Universidade de Santiago de Compostela, Spain), Xosé Rúas-Araújo (Universidade de Vigo, Spain) and Francisco Campos-Freire (Universidade de Santiago de Compostela, Spain). The book includes contributions from European and American experts, who offer their views on the audiovisual sector, journalism and cyberjournalism, corporate and institutional communication, and education. It particularly highlights the role of new technologies, the Internet and social media, including the ethics and legal dimensions. With 30 contributions, grouped into diverse chapters, on information preferences and uses in journalism, as well as public audiovisual policies in the European Union, related to governance, funding, accountability, innovation, quality and public service, it provides a reliable media resource and presents lines of future development.
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20501724
eBooks  Universitas Indonesia Library