Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pertamina, 2013
658.045 PER (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Joefrizal
Abstrak :
ABSTRAK
1. BACKGROUND

Indonesia has been developing its economy for 30 years. In line with this effort, the Government of Indonesia has also been inviting private companies to participate for developing the economy.

It is noted that most private companies got their fund from overseas finance institution either through course or non-recourse project financing. This fund usually had a short-term payment period but was used for long term investment projects. This practice, among other things, creates the need for huge amount of dollars to pay the short-term debt while in other side the revenue(s) is still not cultivated. Bad business practices has added on to put Indonesia in the currency crisis leading into situation in which the local companies loose their capabilities to pay back their debt to creditors on time. This inability to pay the debt has caused Indonesia loosing Investor& confidence on its economy.

In facing the above situations Indonesian companies have looked for ways to pay back their debt and overcome the economy crisis. One of these ways is acquisition of the company assets. Through the acquisition the local shareholders will receive fresh funds and have their infrastructure project be completed on time.

2. PROBLEM FOCUS

As a trend in Indonesia currently, the oil pipeline infrastructure projects are designed with B&R (build and rent) contract schemes and requires a separate entity to handle this project.

The pipeline is required by government to provide cheaper transportation alternative for distributing refined product to the people in Indonesia. Technology required is not complicated. Financing of the project has been done by using owners equity and complemented by loan from both local and overseas financial institution. However their equity apparently was obtained by borrowing from other lending company.

Over debt has led local company to financial crisis. This, of course, reduces the value of Company. Reassessment of company is required to know the current value of their company. The economy crisis also affects refined oil supply and demand structure leading to project economic.

3. ANALYSIS

A comprehensive analysis on the local company shows its strength, weakness, opportunity, threatens of the company, what aspect will be affected by acquisition process and what gain local shareholder will achieve. Then Local Company is expected to be able to negotiate intelligently with the potential investor from overseas by using the paper recommendation.

4. CONCLUSION AND RECOMMENDATION

The country risk of Indonesia is so high that investment require higher rate of return on their investment. Fortunately, East Kalimantan has abundant natura1 resources so that its economy growth and refined product consumption rates are original design of pipeline facility, is excessive and requires some modification to reduce its cost and optimise its design.

By using the same rate for both debt interest rate and discounted cash flow rate, then higher rates will reduce company value. Due to current economic situation Investor will face some risk such as political risk, financial risk, contract risk which will raise the investor rate hurdle rate. This also gives an opportunity to Investor to negotiate with Pertamina to optimise its design so that there might be any cost saving for both parties
.
The project characteristic is fixed revenues so that Investor should reduce its project expenses to achieve higher rate of return. Reducing construction completion time, Capital Expenditure (CAPEX), design change, and higher percentage ofdebt at operating life, etc. could do this.

During negotiation with potential investor it may be difficult to sell company with the same price as company value since this will lower.the investor?s estimated rate of return. The risks such as political, financial, contract risks should be discussed with Pertamina in the presence of local owner to smooth the negotiation and proper risk management strategies should be applied.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Manajemen Pembangunan Lembaga Administrasi Negara RI , 1996
658.4 DIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Development Management. Indonesia State Administrative Institute, 1996
658.4 DYN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Muller
Abstrak :
Dalam rangka menghadapi persaingan bebas PERTAMINA UPPDN-I sebagai salah satu unit pemasaran pelumas perlu kiranya meningkatkan kemampuan pemasaran pelumasnya. Hal ini mengingat semakin gencamya usaha pesaing untuk menembus pasar yang selama ini "dikuasai" oleh PERTAMINA. Peningkatan efisiensi pengadaan pelumas memainkan peranan yang penting dalam usaha peningkatan kemampuan bersaing. Pengadaan mencakup beberapa hal, antara lain persediaan dan supply point-nya. Langkah awal dalam peningkatan efisiensi persediaan adalah peningkatan ketepatan peramalan. Metode peramalan Winters's Method for Seasonal Variation, Exponential Smoothing dan Linear Regression dapat digunakan untuk dijadikan sebagai alternatif peramalan terbaik melalui ukuran kesalahan mean absolute deviation-nya. Langkah selanjutnya adalah menentukan biaya persediaan. Dari biaya persediaan yang ditentukan ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh biaya pemesanan dan biaya penyimpanannya untuk menentukan kebijakan persediaan yang efisien melalui perbandingan biaya persediaannya. Ada beberapa kebijakan persediaan yang dapat diterapkan yaitu atas dasar jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ probabilistik) dan atas dasar perencanaan per periode tertentu yang dibuat dalam suatu bagan material requirement planning (MRP). Jumlah pesanan MRP didasarkan pada jumlah yang mempunyai biaya persediaan terkecil (least unit cost) , lot-for-lot atau part per period. Penyediaan safety stock, walaupun akan menambah biaya, patut dipertimbangkan sebagai alat kontrol dalam usaha memperkecil ketidakpastian permintaannya. Akhirnya, sebagai langkah awal dalam penentuan supply point yang paling ekonomis dapat dilakukan analisis atas dasar biaya transportasi termurah dengan menggunakan program aplikasi QSB untuk transportasi model transshipment.
In anticipating free trade PERTAMINA as one business entity needs to increase its lubricant marketing capability. This is based on the increasing competition to enter the PERTAMINA market share. The increasing efficiency of the lubricant procurement plays important role in an effort to increase competition capability. Procurement include several areas such as inventory and supply point. The first step to increase procurement efficiency is to increase the forecasting accuracy. Forecasting methods of Winters? Method for Seasonal Variation, Exponential Smoothing and Linear Regression can be utilized to become the best alternatives through mean absolute deviation analysis. Further step is to decide inventory costs. From the inventory costs stipulated we can recognize how big the influence of order cost and holding cost to decide inventory policy through the comparison of those costs. There are several inventory policies which can applied, namely based on the Probabilistic Economic Order Quantity (EOQ), MRP chart and Part per Period. The order quantity is based on EOQ lot-for-lot and least unit cost. Safety stock, despite the increasing cost, need to be considered as a control means in an effort to eliminate uncertain demand. Finally as a starting step in deciding the most economic supply point can be carried out an analysis based on the cheapest transportation cost by utilizing QSB application program for transportation transshipment model.
2000
T2428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Lindung
Abstrak :
Penelitian ini mengupas konsep monopoli serta perwujudan monopoli oleh perusahaan negara di Indonesia. Dengan memperhatikan pemikiran-pemikiran mengenai monopoli yang berkembang di negara-negara barat, terlihat bahwa prinsip-prinsip monopoli yang dianut di Indonesia ternyata memiliki perbedaan yang mendasar dengan prinsip-prinsip monopoli negara sosialis. Suatu pemikiran tentang penguasaan sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak menuju kesejahteraan rakyat banyak yang telah dicetuskan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta dengan didukung oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI telah menunjukkan adanya perbedaan yang prinsip, dengan dilatarbelakangi oleh ideologi dan sistem kehidupan bermasyarakat yang berbeda. Objek penelitian ini adalah monopoli oleh perusahaan negara, khususnya bidang pengusahaan minyak dan gas bumi (migas), yang ditekankan pada perwujudan kesejahteraan rakyat banyak melalui peninjauan amanat konstitusi untuk menentukan arah yang tepat dan benar. Melalui metode analisis normatif dengan didukung oleh pemikiran pendiri negara tentang kesejahteraan rakyat banyak dapat dikemukakan wujud monopoli perusahaan negara di Indonesia dalam konteks asas kekeluargaan. Dalam uraiannya dikemukakan mengenai kandungan Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat penguasaan negara atas sektor-sektor usaha yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak serta prinsip-prinsip penguasaan oleh negara. Dengan uraian ini dapat diketahui tentang perwujudan monopoli oleh perusahaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak di Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
T5009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Godam Pariyanto
Abstrak :
Perusahaan di dalam mengambil keputusan untuk bisnis, harus melihat kepada aspek keuangan, marketing dan kemampuan sarana fasilitas yang tersedia. Seperti halnya Depot Solo sebagai salah satu profit centre Pertamina Unit PPDN N Semarang, saat ini dirasakan belum diberdayakan dan dimanfaatkan sesuai kemampuannya. Berdasarkan perhitungan dan analisa SWOT Pertamina Depot Solo terhadap aspek biaya operasi distribusi, ragam produk dan sarana fasilitas yang tersedia, memperlihatkan bahwa : 1. Sarana fasilitas Depot Solo untuk mengelola BBM (Premium) sudah sangat terbatas, sehingga harus lembur rata-rata setiap hari 2 jam. 2. Harus ada restrukturisasi pola suplai dan distribusi BBM/NBBM : - Praduk BBM Premium dialihkan dari Depot Solo ke Depot Rewulu. - Produk NBBM Elpiji disuplai dari SPPBE Restugas Aji dan Depot Solo. 3. Memberdayakan dan memanfaatkan Depot Solo sesuai dengan kemampuan bisnisnya : - Memanfaatkan SDM yang ada untuk mengelola NBBM, dengan penghematan per tahun biaya operasi distribusi BBM Rp. 417.750.900,- dan biaya operasi distribusi NBBM (Elpiji) Rp. 50.882.708, - Memanfaatkan peluang pasar elpiji tabung isi 12 kg sebesar 920 buah per hari untuk dikelola Depot Solo. 4. Merumuskan manajemen strategi Depot Solo: - Strategi Korporat, fokus pada produk Non BBM (Single Line of Business). - Strategi Bisnis, fokus efisiensi biaya operasi distribusi. - Strategi Fungsional, mengoptimalkan sarana fasilitas, menggarap dan memanfaatkan peluang pasar elpiji, meminimalkan biaya pemeliharaan dan pegawai, memanfaatkan karyawan yang ada dengan optimal. Posisi Depot Solo secara internal masih cukup kuat dan harus memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, dengan fakus pada bisnis produk Non BBM Pelumas dan Elpiji. ...... If the Firm to take decision for business, must see for finance, marketing and facility of capability aspect. Like as Depot Solo is one of profit Centre Company from Pertamina Semarang Domestic Marketing and Distribution Business Unit, now it isn't used and exerted to fit of its potency. For the basic account and SWOT analysis from Pertamina Depot Solo with respect to distribution operation cost, kind of product and facility aspect, it seems that: 1. Facility of Depot Solo is limited for Gasoline management, for that it must have to pay over time two hours per day. 2. It must have structural change for Gasoline/Non Gasoline supply and distribution : - Gasoline product is moved from Depot Solo to Depot Rewulu. - Elpiji product is supplied by SPPBE Restugas Aji and Depot Solo. 3. Depot Solo must use and exert to fit of its business potency : - To use Human Resources for non gasoline management, it can save per year for gasoline distribution operation cost 417,750,900.00 rupiahs and elptll distribution cost 50, 882, 708.00 rupiahs. - To use elpiji market opportunity for 12 kg tube about 920 unit per day. 4. Depot Solo formulates management strategy : - Corporate Strategy, focus for Non Gasoline (Single Line of Business). - Business Strategy, focus for distribution operation cost efficiency. - Functional Strategy, optimal facility, to work and to use elpiji market opportunity, to minimize maintenance and employee cost, to use optimal employee. Internal position of Depot Solo is enough still strong and it must use optimal opportunity with the focus for non gasoline Pelumas and Elpiji product business.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asis Wiyanto
Abstrak :
Keberadaan pelabuhan khusus dan dermaga khusus (milik PERTAMINA), harus mendukung pola kebijakan transportasi taut Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi yang berprinsip pada security of supply. Namun sebagian besar port time tanker dari 110 pelabuhan khusus dan 32 dermaga khusus masih belum seperti yang ditargetkan. Salah satunya adalah Pelsus Surabaya yang akan dipilih sebagai studi kasus. Tesis ini membahas kontribusi penyebab keterlambatan port time tanker dan pengaruh reduksi keterlambatan terhadap lost cost. Kemudian dengan aplikasi model simulasi dievaluasi suatu upaya peningkatan flow rate pompa. Percobaan dengan model simulasi, juga dikembangkan untuk menjawab peramalan kebutuhan pada tahun 2004. Soft ware yang digunakan untuk menjalankan model simulasi adalah ProModel 3.01. Kontribusi penyebab keterlambatan port time tanker terbesar baik untuk kapal milik maupun charter adalah waiting consignee . Berdasarkan hasil simulasi, suatu upaya peningkatan flow rate pompa sampai 70 % dari kapasitas pompa kapal, port time tanker dapat dipercepat menjadi 54.4 % dari waktu semula. Apabila peningkatan flow rate ini konsisten dilakukan, sampai tahun 2004, maka fasilitas dermaga yang ada masih mampu untuk mendukung kegiatan kapal tanker yang akan sandar dengan rata-rata utilisasi dermaga < 67 % dan rata-rata port time tanker < 48 % jamlcall. Berarti belum diperlukan suatu investasi pengembangan fasilitas utama pelabuhan. Sebaliknya jika tanpa upaya tersebut, pada tahun 2004 diperkirakan utilisasi dermaga akan > 87 % dan rata-rata port time tanker akan > 112 jam/call. Mengingat permasalahan keterlambatan port time taker sangat serius pada waktu yang akan datang, maka seyogyanya manajemen melakukan evaluasi terhadap masing-masing Pelsus yang dimiliki, terutama pelabuhan yang mempunyai port time tanker dan utilisasi dermaga yang tinggi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutuarima, Andre S.
Abstrak :
PERTAMINA sebagai produsen aspal di Indonesia melayani sebagian besar kebutuhan aspal di dalam negeri. Dewasa ini PERTAMINA mengalami berbagai permasalahan antara lain tingkat permintaan aspal yang lebih besar dari kapasitas produksinya dimana kenaikan permintaan berkisar kurang lebih 10 % per tahun. Sebagai perusahaan negara, birokrasi dalam pengambilan keputusan sangat panjang yang memperlambat antisipasi perkembangan pasar, yang sangat berdampak terhadap strategi pemasaran dan sistem pemasaran aspal didalam negeri. Ini adalah untuk mengidentifikasi strategi dan kebijaksanaan pemasaran dan juga untuk menganalisis fokus bisnis aspal dan perubahannya serta mengungkapkan informasi tentang sikap dan perilaku konsumen, dan untuk menyajikan suatu pola pemikiran baru mengenai pemasaran aspal kepada pimpinan dan manajemen PERTAMINA. Ada beberapa konsep pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu PERTAMINA sebagai perusahaan negara, bauran pemasaran, distribusi, kebijakan harga, perencanaan strategi dan pelaksanaan pengawasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk analisis strategi, kebijakan pemasaran, dan lingkungan perusahaan. Serta beberapa perhitungan yang bersifat kuantitatif untuk analisis pemasaran, distribusi dan biaya melalui 30 sampel yang diterapkan secara stratified random sampling. Dari hasil penelitian dan analisa data dapat disimpulkan bahwa tingkat persaingan pemasaran aspal PERTAMINA dan aspal impor cukup besar, dikarenakan kebutuhan aspal didalam negeri lebih besar dari produksi aspal PERTAMINA, sehingga memungkinkan perusahaan swasta mengimpor aspal dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional. Saran untuk mengatasi hal ini adalah optimalisasi kilang aspal PERTAMINA atau dengan mengadakan kerjasama dengan kilang aspal di luar negeri untuk pengadaan bahan baku aspal berupa bitumen feed stock dan penggunaan metode baru dalam pengemasan aspal agar lebih efisien.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martunus Haris
Abstrak :
ABSTRAK
Pada dasarnya persediaan atau inventory dimaksudkan untuk menghindari kemacetan operasi baik produksi ataupun penjualan, Pentingnya persedjaan bila ditinjau dan Segi operasional. merupakan hal yang mutlak bagi hampir semua jenis industri terutama dalam operasi yang mementingkan kontinunitas.

Operasi perminyakan di Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan bentuk Kontrak Production Sharing (KPS) yang sesuai dengan Undang?undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Pertamina) Pasal 12 yaitu mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pencarian, pengeboran dan produksi minyak dan gas bumi.

Manajemen persediaan untuk KPS Pertamina ini tidak dapat lepas dari karakteristik barang untuk keperluan operasional yaitu :

- Barang-barang untuk operasi pengeboran (drilling).

- Barang-barang untuk operasi produksi.

Barang-barang untuk keperluan operasi produksi umumnya berupa suku cadang mesin-mesin serta barang-barang penunjang kelancaran operasi seperti bahan kimia. Barang?barang ini tidak secara langsung mempunyai korelasi dengan output (crude oil) tapi dapat mempengaruhi jalannya operasi.

Pola penyediaan barang dapat dianggap ?independent demand? sehingga dapat dianalisa dan dapat dilaksanakan dengan menggunakan model-model persediaan yang ada.

Model model untuk Dynamic-Certain merupakan model dasar untuk pengelolaan persediaan yang dibuat berdasarkan keadaan untuk mengatasi masalah-masalah :

- Kapan kita harus membuat atau membelj suatu barang ?

- Berapa banyak yang harus kita beli atau dlbuat ?

liga model dasar yang dapat digunakan adalah : - Economic lot size model

- Fixed time replenishment model

- Optional replenishment model

Model?model serta formula pengelolaan persediaan yang digunakan oleh beberapa KPS Pertamina hampir semua KPS Pertamina tidak menggunakan model EOQ (Economic Lot Size) karena berbagai alasan Paling tidak ada tiga alasan mengapa model EOQ tidak digunakan oleh kebanyakan KPS Pertamina yaitu alasan teoritis, finansil dan operasionil.

Penerapan model Fixed Time Replenishment? merupakan alternatif optimal untuk KPS-KPS Pertamina. Dengan periode pemeriksaan satu bulan sekali. model ini mempunyai keuntungan yang sarna dengan model optional replenishment yaƬtu tidak diperlukan parameter biaya-biaya.

Untuk dapat mendukung terlaksananya manajemen persediaan yang effektif diperlukan perangkat lunak yang mempunyai karakteristik :

1. Mampu melayani seketika keperluan barang untuk operasi produksi pada tingkat pelayanan yang ditetapkan oleh manejemen.

2 Mampu menekan biaya Operasional pengelolaan persediaan dengan cara menekan biaya-biaya :

- pembelian barang untuk persediaan.

- Biaya pergudangan baik untuk barang-barang aktif maupun barang?barang yang tak hergerak (slow moving & dead stock).

3. Mampu memberikan informasi yang akurat baik pada tingkat operasjional maupun tingkat manajemen mengenai keadaan barang yang ada dalam persediaan.

Alternatif pilihan model & formula dipengaruhi oleh kondisi operasional perusahaan dan kebijaksanaan yang digariskan oleh perusahaan mengenai manajemen persediaan.

Aspek finansil operasi perminyakan rnenyebabkan manajemen KPS melihat biaya pembelian barang-barang persediaan sebagai bagian dan biaya operasional yang akan segera dimintakan kembali (cost?recovery), karena itu diusahakan agar biaya tersebut tidak mempengaruhi biaya produksi minyak (per barrel) dengan cara biaya tersebut harus dibebankan secara merata.

Dalam proses pemllihan formula dan model untuk KPS Pertamina (khususnya ARII) perhatian lebib diarahkan kepada pemenuhan persyaratan-persyaratan diatas, yaitu dengan menghindari biaya pembelian yang fluktuatif. memperbaiki tingkat pelayanan (service level), memperpendek lead time serta menekan biaya?biaya operasional.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>