Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuliawan Dwi Nugroho
"Penelitian ini berfokus pada upaya penanggulangan kepadatan hunian di dalam lingkungan Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penggalian informasi yang relevan dengan topik yang diteliti dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam kepada informan yang memahami permasalahan yang sedang diteliti ataupun informan yang mengalami langsung situasi over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS yang ada di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdapat di DKI Jakarta.
Dari hasil temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan dan penempatan tahanan baru yang berlaku di RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini telah diatur dalam PROTAP (prosedur tetap) pengelolaan RUTAN dan LAPAS. Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta dalam mengatasi over capacity adalah pembangunan gedung hunian baru, perbaikan gedung bangunan lama, penggunaan gedung bangunan umum sebagai blok hunian, pemaksimalan pengisian kamar hunian, pemberian kemudahan dalam proses pengurusan CB, CMB, PB dengan sistem jemput bola. Sedangkan Rencana Strategis RUTAN dan LAPAS dalam menanggulangi kepadatan hunian adalah selain menjalankan upaya-upaya penanggulangan yang sudah ada juga dirasa perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama secara multi pihak khususnya dengan institusi terkait dalam sistem peradilan pidana terpadu."
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwan Prasetyo
"Rumah Tahanan sebagai tempat perawatan, pelayanan dan perlindungan terhadap tahanan selama menjalani proses sidang dituntut untuk selalu dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut sesuai dengan tujuan pemasyarakatan. Untuk terlaksananya perawatan, pelayanan dan perlindungan tersebut yang terpenting tentunya juga harus didukung oleh stabilitas keamanan yang kondusif didalamnya. Oleh karenanya stabilitas keamanan di Rutan menjadi sesuatu hal yang mutlak sifatnya dan harus selalu terjaga setiap saat.
Namun, bukan penjara namanya kalau kondisinya selalu aman. Mungkin inilah istilah yang paling tepat diberikan kepada institusi Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia saat ini. Dimana banyak sekali permasalahan yang muncul yang pada akhirnya menimbulkan gangguan stabilitas keamanan. Tidak terkecuali dengan keadaan keamanan di Rutan Salemba saat ini.
Permasalahan yang ada di Rutan Salemba sekarang ini muncul dari berbagai penyebab, baik dari inter rutan maupun extern sistem hukum yang lebih luas sifatnya. Salah satu penyebab gangguan keamanan yang muncul di Rutan Salemba saat ini adalah sering terjadinya perilaku kekerasan dikalangan penghuni akibat munculnya persepsi dikalangan penghuni terhadap tempat tinggal mereka yang sempit, kelebihan penghuni diatas kapasitas dan dengan kondisi Iingkungan tempat tinggal (blok dan sel) yang kotor dan fasilitas yang kurang memadai. Kondisi permasalahan tersebutlah yang menurut teori yang ada disebut kondisi over crowding.
Oleh karenanya perlu adanya langkah-langkah rekomendasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat kondisi over crowding tersebut. Diantaranya yaitu melalui pendekatan lingkungan dengan cara mengubah lingkungan tempat hunian baru yang sesuai dengan kondisi dan keadaan Rutan saat ini. Dengan perubahan lingkungan tersebut nantinya diharapkan dapat memanipulasi persepsi penghuni Rutan agar tetap merasa nyaman walaupun dalam kondisi over crowding.
Dengan rekomendasi yang ada tersebut nantinya diharapkan dapat menghilangkan gangguan yang muncuI di Rutan akibat kondisi over crowding tersebut atau minimal menguranginya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia Dewi Fatmawati
"Nurse turn over merupakan tantangan bagi manajer untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan perawat di rumah sakit. Perawat baru mengalami masa transisi sebelum menjadi perawat yang kompeten. Preceptorship menjembatani gap antara teori dengan praktik dan mengurangi risiko "reality shock" yang terjadi ketika preceptee memasuki tempat kerja pertama kali. Keberhasilannya sangat bergantung pada preceptor sebagai pemandu preceptee. Intervensi pada penelitian ini dengan pelatihan preceptorship, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh implementasi model preceptorship terhadap pengetahuan, kemampuan, dan sikap preceptor. Desain penelitian quasi eksperiment Non Randomized Control Group Pretest Postest Design dengan sampel 35 orang preceptor pada kelompok intervensi dan 35 orang preceptor pada kelompok kontrol, menggunakan teknik consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan Uji Chi-square dan Mc Nemar.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang bermakna pada pengetahuan dan ketrampilan (p< =0,05), sedangkan sikap preceptor tidak ada perbedaan yang bermakna setelah mendapatkan implementasi model preceptorship (p> =0,05). Implikasi penelitian ini dapat mengurangi turn over dan meningkatkan kinerja preceptor sehingga akan menunjang kualitas pelayanan keperawatan. Rumah sakit diharapkan menerapkan preceptorship dengan menunjuk preceptor yang telah lulus pelatihan preceptorship melalui penugasan tertulis dilengkapi panduan serta supervisi sebagai upaya meningkatkan kompetensinya dalam memberikan bimbingan klinik kepada preceptee.

Nurse turn over is a callenge for the nurse manager to fulfill nurse in the hospital. new nurses as well as transition period before becoming experienced nurse. Preceptorship has bridged the gap between theory and practice as well as reduced the risk of ? reality shock? which always occur when preceptee first starting to work at the workplace. The success depends on how the preceptor acts as preceptee guide. The intervention of this research is preceptorship training to identify the effect of the implementation preceptorship model on the improvement of preceptor knowledge, skill, and attitude in hospital. Research design quasi experiment Non Randomized Control Group Pretest Postest Design with 35 samples of preceptor in intervention group and 35 samples in control group using sampling concecutive technique. Data analyze with Chi-square Test and Mc Nemar Test.
Research result shows there has been significant increase on preceptor knowledge and skill obtained after implementing preceptorship model (p<0,05) but not for attitude (p> =0,05). This research implication could reducing preceptor turn over and the improvement work performance so will be support quality of nursing services. Regarding that, the hospital applies preceptorship by designate preceptor was graduated preceptorship training that written assignment along with guidance and supervision as the efforts to enhanse their competency in providing clinical guidance to the preceptee.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulisch, Harry van
Amsterdam: De Bezige Bij, 1994
BLD 839.36 MUL t;839.36 Mul t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Komrij, Gerrit
Amsterdam: Bert Bakker, 1990
BLD 839.31 KOM o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Baskoro Arif Rianto
"Dalam rangka menanggapi permasalahan isu yang berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, degradasi lingkungan dan jumlah polusi gas beracun dari penggunaan Internal Combustion Engine, pengembangan teknologi kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) sangat dianjurkan. Dalam teknologi EV terdapat komponen penting yakni State of Charge (SoC) yang berfungsi dalam pengaturan strategi penggunaan daya listrik dan sebagai proteksi unit baterai dari unsur-unsur bahaya seperti over-discharge, over-charging, kebakaran dan ledakan. SoC juga bertindak layaknya seperti indikasi bensin pada kendaraan pada umumnya. Sistem SoC yang handal dapat meningkatkan jarak tempuh per-charge serta memperpanjang jangka hidup batterai. SoC merupakan index penting dalam analisa dan penilaian kinerja dari komponen Battery Management System (BMS) karena performa dan kesehatan unit baterai berdampak langsung kepada peralatan yang menggunakannya. Metode estimasi SoC terutamanya pada tipe beterai lithium-ion telah menjadi fokus utama dalam pengembangan komponen BMS yang terdapat pada kendaraan listrik pada contohnya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah sistem BMS yang dapat mengkarakterisasi SoC menggunakan beban resistif statis.

GoogleIn order to respond to issues related to the environment such as global warming, environmental degradation, and the amount of toxic gas pollution from the use of Internal Combustion Engines, the development of electric vehicle technology or Electric Vehicle (EV) is highly recommended. In EV technology, there is a vital component, namely the State of Charge (SoC) which functions in regulating the strategic use of electric power and as protection of the battery unit from dangerous elements such as over-discharge, over-charging, fire, and explosion. The SoC also acts like an indication of gasoline on a typical vehicle. A dependable SoC system can increase mileage per charge and extend battery life. SoC is an important index in the analysis and assessment of the performance of the Battery Management System (BMS) component because the performance and health of the battery unit has a direct impact on the equipment that uses it. SoC estimation methods, especially for the lithium-ion battery type, have become the focus in the development of BMS components found in electric vehicles, for example. This study aims to design a BMS system that can characterize the SoC using a static resistive load."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onang Prihadi
"ABSTRACT
Developing of telecommunication technology with support by information
technology produce new technology called Voice Over lntemet
Protocols (\/oIP). The technology could reduce call cost, especially for
long distance call and intemational call. Present, the quality of voice is not
good as wire line telephone, but at the future that voice will similar as good
as wire line telephone. That phenomena must be accept to all
telecommunication operator in Indonesia to prevent VoIP technology,
that?s way the operator could be survive on telecommunication business.
TELKOIVI, especially DIVRE ll Jakarta, as one of the biggest telecommu-
nication service provider in Indonesia, must be adaptive to the technology.
This thesis is describe to solve the problem on "Implementation Strategy
of Voice Over Internet Protocols (VoIP) at DIVRE ll Jakarta", that
contains of how to implemented this technology at DIVRE ll. The tools
analysis are used lntemal extemal matrix, space matrix, SWOT analysis
and economic analysis such as net present value, profitability index,
average rate return, intemal rate return and feasibility study.
From the lntemal Extemal Matrix, SPACE Matrix and SWOT analysis,
DIVRE ll should conduct active (offensive) or aggressive strategy, that
means DIVRE ll must be good manage all resources (human, equipment
and Finance) and also developing the new business such as multimedia,
internet and VoIP to sun/ive in competitive market. From feasibility study,
VoIP business is feasible to be implemented by DIVRE ll. Business plan
that contains financial plan, human resources plan and marketing plan,
management DIVRE ll could bring the companies to be one of the biggest
service providers in Indonesia in competitive market environment.
V

Abstract
ABSTRAKSI
Perkembangn teknologi telekomunikasi yang didukung oleh teknologi
infomwasi yang sangat pesat akhit-akhir ini menghasilkan suatu teknologi
Voice Over Internet Protocol (\/o|P). Teknologi ini akan membawa
dampak terhadap biaya pemakaian telepon terutama untuk hubungan
interlokal (SLJJ) dan internasional (SLI), walaupun dengan kualitas suara
yang reIatif masih belum bagus. Fenomena ini haruslah segera disikapi
oleh para operator telekomunikasi di Indonesia untuk bersiap diri dalam
menghadapi teknologi VoIP, sehingga perusahaan mampu menghadapi
gempuran teknologi ini dan dapat bertahan dalam bisnis telekomunikasi.
PT. TELKOM khususnya DIVRE II Jakarta sebagai Salah satu operator
telekomunikasi di Indonesia harusiah bersikp adaptif terhadap
perkembangan teknologi VoIP ini. Maka dari itu dalam tesis ini dilakukan
kajian terhadap penerapan teknologi VoIP tersebut di DIVRE II Jakarta
dengan melakukan analisa dalam berbagai aspek antara lain aspek
ekonomi dan aspek teknis, yang bertujuan untuk memberi masukan
kepada manajemen DIVRE il Jakarta dalam menetapkan strategi
penerapannya.
Dengan menganalisa data yang ada (dengan IE Matrik, Matrik SPACE
dan analisa SWOT), diperoleh kesimpulan DIVRE II harus menerapkan
strategi OffensiWAgresif dengan cara mengoptimalkan potensi yang ada
(SDM, Keuangan dan Alat produksi) serta mengembangkan bisnis baru
seperti multimedia. intemet dan VoIP. Sedangkan berdasarkan analisa
kelayakan investasi, bisnis VoIP sangat layak untuk diterjuni oleh
TELKOM khususnya DIVRE ll Jakarta. Dan untuk memberi arah kepada
para manajemen disusun suatu business plan perusahaan yang terdiri
dari : Financial plan, SDM pian, dan Marketing plan.
V"
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranto Rahma Putra
"ABSTRAK
Nama : MIRANTO RAHMA PUTRAProgram Studi : Magister KenotariatanJudul : KEABSAHAN SERAH TERIMA FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS UMUM DARI PENGEMBANG PERUMAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 256 K/TUN/2016 Dalam suatu perumahan keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sangat penting. Pemerintah telah mengatur tentang pelaksanaan serah terima fasilitas sosial dan fasilitas umum. Peraturan tersebut mengharuskan pemilik hak atas tanah yang lama melepaskan hak atas tanahnya kepada pemerintah daerah setempat. Permasalahan yang akan dianalisis di penelitian ini adalah status hukum fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah diserahkan pengembang perumahan kepada pemerintah daerah setempat, tapi belum ada surat pelepasan hak atas tanah sehubungan dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 256 K/TUN/2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, artinya penelitian ini dilihat dari keseluruhan data sekunder hukum untuk menjawab permasalahan terhadap keabsahan serah terima fasilitas sosial dan fasilitas umum dari pengembang perumahan kepada pemerintah daerah setempat. Jenis data yang digunakan meliputi putusan pengadilan, peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal, dan kamus hukum. Hasil penelitian menunjukkan serah terima tersebut belum sah, peralihan hak atas tanah dapat terjadi apabila sudah ada surat pelepasan hak atas tanah tersebut atau masa habisnya jangka waktu sertipikat Hak Guna Bangunan. Serah terima yang tidak memenuhi tata cara persyaratan serah terima fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah diatur mengakibatkan peralihan hak atas tanah tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum. Seharusnya diatur jangka waktu maksimal kapan serah terima itu harus dilakukan, sehingga jika melewati batas waktu tersebut secara otomatis peralihan hak atas tanah tersebut telah terjadi. Kata Kunci: Serah Terima, Hak Atas Tanah, Peralihan.

ABSTRACT
Name MIRANTO RAHMA PUTRAMajor MASTER OF NOTARYTitle KEABSAHAN SERAH TERIMA FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS UMUM DARI PENGEMBANG PERUMAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT Analysis of Supreme Court Judgment Number 256 K TUN 2016 In a housing the existence of social facilities and public facilities is very important. The Government has arranged the implementation of the handover of social facilities and public facilities. The regulation requires the old landowners to relinquish their land rights to the local government. The problem to be analyzed in this research is the legal status of social facilities and public facilities that have been submitted by the housing developer to the local government, but there has not been a letter of release of the land in connection with the Supreme Court Decision Number 256 K TUN 2016. This research uses literature research method that is juridical normative, meaning that this research is seen from the whole secondary data of law to answer the problem to the validity of the handover of social facilities and public facilities from the housing developer to the local government. The types of data used include court decisions, statutory regulations, books, journals, and legal dictionaries. The result of the research indicates that the handover is not yet valid, the transfer of rights to the land may occur if there is a letter of release of the land right or the expiry of the period of the Land Use Rights certificate. Handover that does not meet the procedures for the handover of social facilities and public facilities that have been arranged to cause the transfer of rights to the land does not have the power of law. It should be set the maximum time period when the handover must be done, so if it passes the time limit automatically the transfer of rights to the land has occurred. "
Lengkap +
2018
T51310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Sri Sugesti
"Pertumbuhan pengguna Internet sangat signifikan selama hampir dua dekade terakhir ini. Pertumbuhan ini didukung oleh kemudahan instalasi perangkat serta fleksibilitas aksesnya. Teknologi pendukung yang demikian itu adalah WLAN. Ekspansi area cakupan WLAN menggunakan medium serat optik membentuk jaringan hibrida yang disebut WiLANoF menemui masalah pada protokolnya. Diperlukan suatu rekayasa protokol untuk menyelesaikan masalah tersebut. Transmisi aplikasi yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda pula. Aplikasi elastik menggunakan protokol 802.11g DCF, sedangkan aplikasi waktu nyata menggunakan 802.11e HCCA. Untuk menjaga throughput, delay yang dihasilkan dirancang agar tidak melebihi suatu nilai tertentu yang tergantung pada persyaratan aplikasi. Dalam riset ini diusulkan prosedur komputasi 802.11b/g yang mempermudah proses desain dan pengendalian protokol DCF WiLANoF. Di samping, itu diusulkan suatu pendekatan baru yaitu optimasi TXOP menggunakan metode Knapsack untuk menghasilkan utilisasi kanal yang tinggi pada protokol HCCA.
Hasil analisis penggunaan prosedur komputasi 802.11 b/g untuk aplikasi elastik pada WiLANoF menunjukkan bahwa delay bound dipengaruhi oleh kelas dan mode operasi WLAN, skema CSMA/CA serta ukuran frame. Delay pada teknologi ERP-OFDM skema basic access 483 µs dan RTS/CTS 649 µs, dicapai untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 3780 m dan timeout 43 µs. Untuk teknologi DSSS-OFDM 54 Mbps mengalami delay skema basic access 1,2 ms dan RTS/CTS 2,05 ms untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 21,7 km dan timeout 22,2 ms. Optimasi TXOP aplikasi waktu- nyata menggunakan metode Knapsack berfungsi untuk mengendalikan parameter delay sehingga utilisasi kanal maksimum dapat dicapai. Hasil yang diperoleh adalah 22 TXOP untuk 45 TU CFP dan 4 laju mandatory, sedangkan panjang serat optik mencapai 1700 m.

The growth of Internet users are very significant for the last two decades. This growth may be supported by the installation easiness and the access flexibility of the Internet technologies. Such supporting technologies are Wireless-Local Area Network (WLAN). The optical fiber applications in the expansion of WLAN coverage area which is then called WLAN-over-Fiber (WiLANoF) encounter some problems due to the protocols. To resolve such protocol problems, a protocol engineering is required. The transmission of different applications have different requirements. The elastic applications transmission is carried out by 802.11g DCF protocol, while the real-time applications is managed by 802.11e HCCA protocol. To maintain the network throughput, the resulting delay is designed not to exceed a certain value which depends on the application requirements. This research proposes a B/G computing procedure that simplify the design process and the control of WiLANoF DCF protocol. In addition, it is also proposed a TXOP optimation that uses Knapsack method to produce high channel utilization upon the HCCA protocol.
The analysis results using the B/G computational procedures for elastic applications show that the WiLANoF delay bound is influenced by the class and the operation mode of WLAN, the CSMA/CA scheme as well as the size of the payload frames. The delay of 54 Mbps ERP-OFDM is 483 µs using the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 649 µs. The both results are achieved under the conditions of 1500 byte frame length, 3780 m optical fiber length and the 43 µs timeout. The delay of 54 Mbps DSSS-OFDM is 1.2 ms upon the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 2.05 ms. The last couple results are under the circumstances of 1500 bytes frame length, 21.7 km optical fiber length and 22.2 ms timeout. The TXOP optimation using the Knapsack method for real-time applications, can be used to control the delay parameter so that the maximum channel utilization can be achieved. The results obtained are 22 TXOP to 45 TU CFP and 4 mandatory rates, while the length of the optical fiber reaches 1700 m.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1423
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendroyono Kumorocahyo
"Latar belakang: Penatalaksanaan fraktur greenstick radius sering berakibat malunion karena angulasi-ulang yang membatasi gerak sendi radio-karpal. Oleh sebab itu perlu diupayakan metoda reposisi yang aman, efektif, dan murah yang dapat dikerjakan sebagai Standar Prosedur Operasional di RSUD kabupaten Indonesia. Reposisi fraktur greenstick radius dengan melakukan over-koreksi, merupakan pilihan, karena dapat mencegah terjadinya angulasi-ulang.
Tujuan: Menilai efektivitas dan keamanan reposisi dengan over-koreksi dalam penatalaksanaan fraktur greenstick radius.
Rancangan dan metode: Uji klinis acak, grup paralel, dengan concealment. Penelitian melibatkan 92 anak (46 per kelompok) usia 4-14 tahun dengan fraktur greenstick radius di RSUD Kota Bekasi, Agustus 2011 sampai Mei 2012. Efektivitas prosedur diukur melalui derajat residu angulasi (minimal ditetapkan 5°), angulasi ulang, pergeseran fragmen fraktur (minimal <25%), dan risiko pengobatan (untuk mengukur keamanan pasien) mulai saat setelah reposisi 24 jam, minggu pertama sampai minggu ke-4, minggu ke-6 dan minggu ke-10.
Hasil: Over-koreksi terbukti efektif dan aman digunakan dalam penatalaksanaan fraktur greenstick radius. Pada semua pengamatan, Insidens Risk untuk terjadinya residu angulasi >5° pada kelompok over koreksi lebih kecil dibandingkan kelompok tanpa over koreksi. Pada minggu kedua, IR pada kelompok over koreksi (0,04) sedangkan kelompok tanpa over koreksi (0,39) dengan Risk Difference -0,35 (95%CI: -0,50 - -0,19). Perbedaan tersebut terlihat konsisten pada seluruh pengamatan. Probabilitas kesintasan lebih besar pada kelompok over-koreksi dibanding tanpa over-koreksi untuk terjadinya angulasi ulang. Insidence Rate recurrent angulation pada kelompok over-koreksi lebih kecil dibandingkan tanpa over koreksi dengan risk difference sebesar -0,025 (95% CI: -0,02--0,03). Pada sesaat pasca reposisi hingga minggu pertama perbedaan risiko pergeseran fragmen fraktur 2:25% pada kelompok over-koreksi jauh lebih besar daripada kelompok tanpa over-koreksi namun pada minggu kedua hingga minggu kesepuluh, perbedaan risiko sudah sangat berkurang sehingga tidak didapatkan perbedaan bermakna mulai minggu kedua hingga kesepuluh. Proporsi risiko pengobatan yang terjadi pada pasien sangat sedikit sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa pengobatan fraktur greenstick radius dengan melakukan over-koreksi lebih baik dalam mengontrol risiko pengobatan.
Kesimpulan: Over-koreksi efektif dan aman untuk digunakan dalam penatalaksanaan fraktur greenstick radius pada anak.
Saran: perlu dilakukan penelitian yang sama yang dilakukan oleh ahli bedah ortopedi lain pada beberapa RSUD di kabupaten di Indonesia;

Background: Management of greenstick radius fracture often results in malunion because re-angulations that restrictive radio-carpal joint. Therefore, needed a safer, effective, and cheaper repositioning method that can be done as a Standard Operating Procedure in district hospitals in Indonesia Reposition of greenstick radius fracture with over-correction is as choice because it can prevent re-angulations.
Objective: Asses the effectiveness and safety of repositioning with over-correction in the greenstick radius fracture management.
Design and method: Randomized clinical trial, parallel group, with concealment. This study involved 92 children (46 per group) aged 4-14 years with greenstick radius fracture in Bekasi City General Hospital, August 2011 until May 2012. Effectiveness of the procedure is measured by the degree of residual angulations (minimal <5<), re­ angulations, a shift in the fracture fragments (minimal <25%), and risk of treatment (to measure patient safety) started after 24 hours repositioning, first week until fourth, sixth and tenth week.
Result: Over-correction proved effective and safe to use in the management of greenstick radius fracture. In All observations, Incidence Risk for the occurrence of residual angulations is >5° at the over-correction group less than non over-correction group. In the second week, IR at the over-correction group (0,04), while non over­ correction (0,39) with Risk Difference -0,35 (95%CI: -0,50 - -0,19). This difference was seen consistently in all observation. Probability of survival at the over-correction group greater than non over-correction group for the occurrence of re-angulations. Incidence Rate recurrent angulations at the over-correction group less than non over correction with risk difference -0,025 (95% CI: -0,02--0,03). After reposition until the first week, the difference of fracture fragment shift's risk 2:25% at the over­ correction group, much larger than non over-correction group. But at the second week until tenth week, the difference of risk has been significantly reduced, so that there is no significant difference started at the second week until tenth week. Proportion of treatment risk occurred in patients measly, so that this study cannot prove that the greenstick radius fracture treatment with over-correction better in control the risk of treatment.
Conclusion: Over-correction is effective and safe to use in the management of greenstick radius fracture at the children.
Suggestion: needs to conduct the same research done by other orthopedic surgeons at several district hospitals in Indonesia."
Lengkap +
Jakarta: Universitas Indonesia, 2012
D2025
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>