Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rustanto
Abstrak :
Kehilangan lintasan (path loss) merupakan perbedaan daya efektif yang dipancarkan dan kuat sinyal yang diterima. Redaman/pathloss bergantung pada profil wilayah yang dilalui lintasan sinyal. Ada beberpa model yang dikembangkan untuk memprediksi besarnya redaman ini.antara lain model Okumura Hata dan model Lee. Penelitian ini memfokuskan pada pengukuran Rx level yang diterima mobile station (MS) untuk klasifikasi BTS di daerah urban, suburban, dan terbuka. dengan mengamati tinggi antena pemancar dan penerima, daya pancar BTS, daya terima, penguatan antena pemancar dan penerima, jarak BTS dan MS, frekuensi pembawa. Parameter tersebut digunakan dalam perhitungan redaman menggunakan model Lee dan Okumura hata guna mengetahui nilai redaman teoretis.Hasil perhitungan akan dibandingkan dengan pengukuran di lapangan. Kedua perhitungan redaman teoritis akan dianalisis keuntungan dan kelebihannya. ......Path loss is the difference of effective transmitted power with received signal. The PATHLOSS level of Path loss is depend on regional profile which passed by transmitted signal. There are several models like Okumura Hata model and Lee model that can be used to estimate path loss level. This research is made to analyze path loss by both models, in order to measure RX level received by mobile station for urban, sub urban and open BTS classification area. This research observes several parameters which used to calculate theoretical path loss level by Okumura hata and Lee models. The parameters are height of BTS and MS, BTS transmit power, receive power, gain, distance between BTS-MS, and carrier frequency. The theoretical calculation result will be compared with actual measurement and then will be analyze.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bell, Simon
Abingdon: Taylor and Francis, 2008
711.558 BEL d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Gail
Abstrak :
[ABSTRAK
Latar Belakang: Pterygium merupakan kelainan mata yang terutama di derita oleh penduduk yang tinggal di negara tropis dan subtropis, penyebabnya pajanan sinar matahari (UV), debu dan udara panas. Hasil pemeriksaan kesehatan rutin tahun 2014 banyak ditemukan pterygium (85%). Tujuan: Untuk mengevaluasi dampak pajanan sinar matahari, debu dan udara panas terhadap kelainan pterigium pada pekerja di luar ruangan Metode: potong lintang, pengambilan sampel secara random.Jumlah sampel 32 orang dari masing-masing kantor cabang. Menggunakan data primer dari kuesioner dan data sekunder dari pemeriksaan mata. Hasil: Prevalensi pterygiumpekerja diluar ruangan sebesar 50%, rasioprevalens 4, Old ratio 7.Adanya hubungan yang bermakna antara lokasi pekerjaan (p=0.012), kebiasaan merokok (p=0,020, riwayat pajanan sinar matahari, debu, udara panas (p=0,020) dan jenis kendaraan operasional (p=0.0029)dengan kelainan pterygium. Kesimpulan: Pterygium pada pekerja di luar ruangan disebabkan pajanan sinar matahari, debu dan udara panas dengan dipengaruhi lokasi pekerjaan, kebiasaan merokok, jenis kendaraan operasional.
ABSTRACT
Background: Pterygium is an eye disorder that primarily suffered by people who are live in a tropical and subtropical countries, due to the ultraviolet (sunlight), dust, and heat exposure. The routine medical check up held on 2014 of PT.SCM found that 85% of their workers were suffered by pterygium. Objective: To evaluate the effects of sunlight, dust, and heat exposure to pterygium among outdoor workers. Method: A cross-sectional study with random sampling that participated by 32 workers of each branch. This study use questionaires to collect a primary data and also do the eye examination to get the secondary data. Outcome:The result of this study show that the prevalence of pterygium among outdoor workers is 50% with the score of prevalence ratio is 4, and the score of old ratio is 7. This study also found that there is a significant correlation between the location of work (p=0.012), smoking habits (p=0.020), history of sunlight, dust, and heat exposure (p =0,020), and the type of operational vehicle (p=0.0029) with pterygium disorders. Conclusion:The exposure of sunlight, dust, and heat may cause Pterygium among outdoor workers, which is affected by the location of work, smoking habits, and type operational vehicle., Background: Pterygium is an eye disorder that primarily suffered by people who are live in a tropical and subtropical countries, due to the ultraviolet (sunlight), dust, and heat exposure. The routine medical check up held on 2014 of PT.SCM found that 85% of their workers were suffered by pterygium. Objective: To evaluate the effects of sunlight, dust, and heat exposure to pterygium among outdoor workers. Method: A cross-sectional study with random sampling that participated by 32 workers of each branch. This study use questionaires to collect a primary data and also do the eye examination to get the secondary data. Outcome:The result of this study show that the prevalence of pterygium among outdoor workers is 50% with the score of prevalence ratio is 4, and the score of old ratio is 7. This study also found that there is a significant correlation between the location of work (p=0.012), smoking habits (p=0.020), history of sunlight, dust, and heat exposure (p =0,020), and the type of operational vehicle (p=0.0029) with pterygium disorders. Conclusion:The exposure of sunlight, dust, and heat may cause Pterygium among outdoor workers, which is affected by the location of work, smoking habits, and type operational vehicle.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Kariza Viratama,
796 TFIU
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Widi Sulistyowati
Abstrak :
PT X adalah perusahaan yang menawarkan aktivitas luar ruang (outdoor activities) sebagai core competency, dan telah berkecimpung di bidang outdoor based training ataupun outing selama kurang lebih 10 tahun. Kondisi eksternal yang dihadapi PT X saat ini seperti bertambahnya jumlah kompetitor yang berkompetisi dengan biaya rendah, klien masih berpatokan pada harga sedangkan produk yang berkualitas memiliki harga yang mahal, dan outdoor based training saat ini dipandang sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenang-senang, dan bukan untuk pembelajaran. Selain tantangan-tantangan tersebut, kondisi eksternal masih memiliki peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan PT X, antara lain masih banyak perusahaan membutuhkan pelatihan, pasar dan variasi produk masih dapat dikembangkan. Untuk berespon terhadap kondisi eksternal tersebut, PT X perlu melakukan perbaikan-perbaikan internal perusahaan. Apalagi jika ingin mencapai misi sebagai salah satu penyelenggara pelatihan yang memiliki program, fasilitas dan fasilitator yang unggul. Salah satu kondisi yang perlu diperbaiki adalah mendefinisikan kembali produk outing dan outdoor based training dengan membuat model pelaksanaan dari keduanya secara berbeda sehingga diantaranya terdapat perbedaan yang jelas. Selain itu, outdoor based training pun dapat ditingkatkan efektivitasnya. Semakin disadari pentingnya peran tim yang produktif, organisasi membutuhkan team building. Hal ini sejalan dengan banyak permintaan pelatihan team building pada PT X. Kegiatan luar ruang untuk tujuan produktivitas tim ini memiliki kontribusi terbesar terhadap penjualan di PT X. Kroehnert (2002) melihat hal yang lama bahwa 90% kegiatan luar ruang ditujukan untuk team building. Untuk mengakomodasi beragamnya kebutuhan klien dan beragamnya permasalahan dalam tahap-tahap kritis sebelum tim mencapai performing, PT X membutuhkan model outdoor based training yang bersifat generik. Dalam implementasinya, model ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan klien dalam menghadapi permasalahan tim yang beragam. Model generik ini dirancang dengan mendasarkan pada konsep experiential learning (Johnson dan Johnson, 2000) dan knowledge management dengan proses penciptaan pengetahuan (Nonaka & Takeuchi, 1995) sebagai landasan teoretis.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ali Sunandar
Abstrak :
Lokasi proyek pekerjaan pemasangan cover pilar dan media LED dilakukan pada pilar luar ruangan atau sepanjang jalur MRT Jakarta Lebak Bulus hingga MRT Jakarta ASEAN ±10,2  km dengan total jumlah pilar sebanyak 150 Pilar jalan dengan pembangunan struktur konstruksi, instalasi listrik dan instalasi media. Kegiatan konstruksi tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja untuk pekerja jika tidak diperhatikan dengan baik. Selain itu, tantangan pada masa pandemic Covid 19 ini juga meningkatkan risiko kesehatan pekerja di lapangan. Metode yang dipakai studi dokumentasi dan observasi lapangan hingga dapat di analisis sehingga dapat diambil suatu simpulan. Dalam rangka meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja maka disusun protokol khusus pandemi Covid 19 dalam pekerjaan pemasangan cover pilar dan media LED dilakukan pada pilar luar ruangan atau sepanjang jalur MRT Jakarta Lebak Bulus hingga MRT Jakarta ASEAN. Perencanaan Job safety analysis disusun bnerdasarkan 7 tahapan pekerjaan dengan memperhatikan potensi bahaya dan hirarki pengendalian. ......Project locations for the installation of pillar covers and LED media are carried out on outdoor pillars or along the Jakarta Lebak Bulus MRT line to the Jakarta ASEAN MRT ± 10.2 km with a total number of 150 pillars with the construction of construction structures, electrical installations and media installations. These construction activities can pose a risk of work accidents for workers if not properly addressed. In addition, this challenge during the Covid 19 pandemic also increased the health risks of workers in the field. The method used is documentation study and field observation so that it can be analyzed so that a conclusion can be drawn. In order to improve Occupational Health and Safety, a special Covid 19 pandemic protocol was developed in the installation of pillar covers and LED media carried out on outdoor pillars or along the Jakarta Lebak Bulus MRT line to the ASEAN Jakarta MRT. Job safety analysis planning is compiled based on 7 stages of work by taking into account the potential hazards and control hierarchy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joyce, Rosaleen
New York: McGraw-Hill, 2012
153.15 JOY o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tarisya Ramadhani Putriutami
Abstrak :
Ruang terbuka publik dalam sebuah kota harus dapat menjadi sarana rekreasi masyarakat kota. Sebagai sarana rekreasi, ruang terbuka publik menawarkan berbagai macam aktivitas outdoor yang terdiri dari passive recreation dan active recreation. Pelaksanaan aktivitas-aktivitas tersebut tentunya harus dapat diakomodasi oleh elemen fisik yang ada pada sebuah taman. Salah satu elemen fisik yang pasti ada dan dapat mengakomodasinya adalah tempat duduk. Tempat duduk pada ruang terbuka tidak hanya sebagai tempat untuk duduk tetapi juga dapat memicu terjadinya aktivitas-aktivitas lainnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori affordance bahwa suatu lingkungan menawarkan potensi-potensinya untuk makhluk hidup melakukan aktivitas dengan cara yang berbeda-beda. Taman Mal Bintaro Xchange dan Taman Lapangan Banteng merupakan dua taman yang menawarkan berbagai macam jenis tempat duduk untuk manusia melakukan berbagai macam aktivitas outdoor. Penulis menggunakan metode observasi dan wawancara pengunjung untuk mengetahui bagaimana manusia cara mengokupansi ruang pada tempat duduk di taman. Kemudian, penulis akan membahas bagaimana passive dan active recreation dapat terjadi pada tempat duduk di taman.
Public open space in a city must accommodate recreation activity for its citizen. As a recreation place, public open space offer many outdoor activity such as passive recreation and active recreation. The execution of those activities should be accommodate by the physical element at the park. One of the physical element that must be there and could accommodate the activity is sitting place. Sitting place in an open space is not only a place to sit but should triggered another activity to happen. This phenomenon could be explained by affordance theory that. Gibson (1986) said that affordance is how the environment provides a lot of possibility for human to do an activity with so many different ways. Taman Mal Bintaro Xchange and Taman Lapangan are two parks that have some kind of sitting place to accommodate outdoor activity. This study will be using literature review, observation and interviewing the park visitors to know how they occupied the space at the sitting place in park. This study examines how passive and active recreation could happen at the sitting place in park.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>