Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernalem Bangun
Abstrak :
Penelitian ini mengungkapkan tentang kebudayaan organisasi Museum Nusantara, salah sate museum pemerintah di Jakarta. Sebagai organisasi administratif birokratis, Museum Nusantara dalam melaksanakan kegiatannya memiliki aturan-aturan formal dan prosedur tertentu, yang harus dilaksanakan secara hirarki sesuai dengan struktur formal yang ada Tetapi dalam kenyataannya terdapat kegiatan dan aturan-aturan informal yang dilakukan dalam kelompok kelompok informal dalam setiap level, yang melekat dan mendampingi struktur formal yang ada. Hubungan-hubungan sosial informal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan museum secara formal. Penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan nyata yang bersifat informal, yang dilakukan oieh orang-orang museum sebagai unsur paling dalam organisasi. Peneliti menemukan bahwa kelompok informal di Museum Nusantara dapat dibagi 2 (dua) berdasarkan akses dalam pengelolaan sumber daya yang ada di museum. Kelompok pertama adalah kelompok pengelola somber daya museum, yang mengembangkan sikap toleran kepada orangorang di luar kelompoknya, patuh terhadap aturan-aturan yang ditentukan oleh kelompoknya, menerima dengan penuh kepercayaan, membina dan mengekalkan hubungan di antara anggota kelompok. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum. Ada 2 (dua) sikap yang berbeda dalam kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum ini. Sebagian besar mengembangkan sikap masa bodoh, mencari kegiatan lain, menguatkan hubungan antar anggota kelompok, dan berbagai kegiatan informal lainnya serta memanfaatkan fasilitas dan keunggulan sebagai pegawai negeri. Sedangkan sebagian kecil tetap menjalankan aturan-aturan yang ada semaksimal mungkin. Namun penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan orang-orang museum yang bersifat informal karena orang-orang yang mengikuti aturan yang ada tersebut hanya sedikit sekali, tidak berpengaruh terhadap kegiatan museum serta hanya akan bertahan sesaat saja sebelum mereka mengetahui seluk- beluk kegiatan museum secara seutuhnya. Orang-orang museum yang tidak ikut dalam kelompok yang mengelola sumber daya museum cenderung bersikap masa bodoh terhadap apa yang terjadi di museum, namun mencari kegiatan lain. Kegiatan yang dilakukan tersebut tentunya menyita waktu dan pikiran. Ditambah pula dengan kerja sama dari anggota kelompok yang tidak memiliki akses dalam mengelola sumber daya di museum, secara tidak langsung sudah menomorduakan pekerjaan museum. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga agar mereka terlihat patuh, tidak ada kesan pelanggaran. Hal ini disebabkan karena patuh dan tidak banyak tanya adalah nilai yang dijunjung tinggi. Pandangan bahwa berbahaya / tidak aman jika banyak bertanya meliputi hampir semua orang-orang museum, juga ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri sangat besar. Keselamatan diri sendiri menjadi hal yang diutamakan. Kehidupan aman sangat dijunjung tinggi, termasuk kelompok pengelola sumber daya di museum. Bagi orang-orang museum pengelola sumber daya di museum, sikap patuh dalam menjalankan aturan yang diberlakukan oleh kelompoknya serta menerima apa yang dilakukan tanpa harus tahu tentang proses pelaksanaannya merupakan hal yang sangat penting, demikian pula sikap toleransi dalam membina hubungan dengan anggota sesama kelompok. Sikap toleransi dengan membagi-bagi rejeki dilakukan agar terdapat rasa aman untuk melakukan kegiatan tersebut, bahkan sering disebut sebagai upaya untuk menutup mulut. Jika mereka tidak dapat membagi- bagi rejeki yang mereka peroleh secara langsung, mereka membiarkan orang lain untuk mencari rejeki dengan cara masing-masing. Sikap inilah yang dianggap dapat mengurangi resiko disorot dan diguncang orang lain. Ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri mendorong mereka untuk bersikap toleransi dan menerima apapun yang diperintahkan dan diminta oleh kelompoknya. Ini pulalah yang mendasari sikap mereka untuk menjaga dan menguatkan hubungan sesama anggota kelompok hari demi hari. Keberadaan kelornpok-kelompok informal di Museum Nusantara yang didasarkan pada akses pengelolaan sumber-sumber daya di museum seperti telah disebutkan di atas, mempengaruhi pembuatan rencana kerja dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi oraag-orang yang ditunjuk sebagai pelaksananya sekaligus ini mempengaruhi pula dalam pembinaan orang-orang museum yang akhirnya menciptakan perilaku yang telah disebutkan di atas. Inilah budaya orang-orang museum yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dan ketermanfaatan Museum Nusantara khususnya dan museum-museum pemerintah di Indonesia umumnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rachmat
Abstrak :
Tests ini membahas tentang hubungan budaya organisasi dengan kinerja Personel Polsek Metro Kelapa Garling. Penelitian ini adalah penelitian k:uantitatif yang menggunakan rnetode korelasionai yang bertujuan untuk rnenggambarkan hubungan budaya organisasi dengan kinerja polsek, Langkah untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan 55 responden dari total populasi sebanynk 130 orang melalui pengambilan sampel secara tehnik acak sederhana. Pengwnpulan data menggunakan knesioner yang sebelumnya telah diuji vaJiditas dan reliabilhasnya oleh 30 sampel. Uji validitas dan reliabilitas melibatkan 55 responden yang dianalisa dengan mernakai Koefisien Korelasi Product Moment Pearson. Data yang terhimpun sebanyak 55 sampel tersebut dianalisa dengan Program SPSS Versi 16.00. Hasil uji validitas dan reliabilitas menyatakan bahwa seluruh pernyataan dalam kedua variabel yaitu 25 item budaya organisasi valid (0.349-0.805) dan reliabel (0.900}, serta 16 item kinetja valid (0.386-0.841) dan reliabel (0.901). Hasil pengujian korelasi kedua variabel tersebut diperoleh bahwa budaya organisasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja polsek sebanyak 0.766. Nilai koefisien korelasi 0.766 ini sesuai derajat kuat lemahnya koefisien korelasi mengandung ani bahwa budaya organisasi berkorelasi sangat kuat dengan kinerja Polsek Metro Kelapa Gading Jakarta Utarn. Sebingga semakin kuat budaya organisasi,...maka akan semakin tinggi kinerja personeJ polsek. Adapun besamya kontribusi variabel budaya organisasi terhadap variabel kinerja adalah (0.766)' x 100% = 5.8.68%. Artinya variabel Budaya Organisasi Ielah memberikan kontribusi sebesar 58.68% kepada variabel Kinerja dan sisanya sebesar 41.32% berhubungan dengan variabei lainnya. sepefli: kepemimpinan, motivasi, dan semangat ketja. Dengan demikian untuk meningkatkan kinetja polsek barns memperkuat dahulu budaya organisasinya. Penguatan budaya organisasi meliputi ketujuh karakteristiknya. Pertama, inovasi berupa peningkatan pelayanan kepolisian dan keberanian dalam pangambilan resiko. Kedua, perbatian terhadap detail tentang pertelaan tugas anggota dan kondisi sarana prasarana pendukung. Ketiga. orientasi hasil dengan pembuat......This thesis discussed about relations of the organization culture with personnel performance of Kelapa Gading Metropolitan Sector Police North Jakarta. This research was quantitative research that used correlation method that aimed at depicting relations of organization culture with Sector Police personnel performance. The step achieve this aim to use the research design of correlation by involving 55 respondents from the totally population is 130 people to through the taking sample by simple random technicalty. The data collection used the questionnaire that beforehand was tested by their validity and reliability by 30 samples. The validity and reliability test involved 55 respondents who were analyzed by using the Coefficient Correlation Pearson Product Moment. The data that was assembled totally 55 samples was analyzed with the Program SPSS Version 16,00. Results of the validity and reliability test said that all the statement in the two variables that is 25 item of the organization culture valid (0,349-0,805) and reliable (0,900), as well as 16 item of the personnel performance valid (0,386-0,841) and reliable (0,901). Testing results of the correlation two variables were received that the organization culture had relations that were positive and significant with personnel performance of Sector Police as many as 0,766. The value of this correlation coefficient 0,766 in accordance with their strong weakness level of the correlation coefficient contained meaning that the organization culture had a very strong correlation with the personnel perfonnance of Ke1apa Gading Metropolitan Sector Police North Jakarta. So as increasingly strong of organization culture, then will be increasingly high personnel performance of the Sector Police. As for their total contribution of the organization culture variable against the personnel performance variable was (0,766) )' x 100% 58.68%. Their meaning, the organization culture variable gave the contribution of 58 68% of them of 41,32% were correlated with the other variable, like: leadership, the motivation, and the spirit of the work. Therefore to increase the Sector Police personnel perfonnance must reinforce beforehand their organization culture. The strengthening.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Organization culture determines a successful accounting system system application, it ensure a standardized application of all components of the accounting system...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Organization culture determines a successful accounting system, application.It ensures a standardized application of all components of the accounting system...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soewono
Abstrak :
Produktivitas bagi suatu organisasi sangatlah terkait pada dua unsur yaitu unsur teknis dan unsur manusia. Oleh karena itu, maka pembinaan dan pengembangan pegawai yang dilakukan tidak hanya meliputi aspek teknis saja akan tetapi juga meliputi pembinaan terhadap aspek-aspek psikologis seperti peningkatan motivasi dan budaya organisasi. Motivasi dan budaya organisasi sangat penting dalam hubungannya dengan produktivitas kerja. Motivasi yang tinggi akan mendorong pegawai untuk bekerja secara disiplin dan budaya organisasi merupakan falsafah yang mendasari kerja untuk mencapai keberhasilan yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan produktivitas kerja. Dalam kaitan inilah, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kondisi motivasi, budaya organisasi dan produktivitas kerja pegawai. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan korelasi antara motivasi dan budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai. Populasi ponelitian adalah seluruh pegawai Biro Keuangan dan Tata Usaha BUMN yang berjumlah 121 orang, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan penyebaran kuisioner dalam bentuk angket berjumlah 44 orang sampel dan diperoleh hasil bahwa kondisi motivasi pegawai di Biro Keuangan dan Tata Usaha BUMN cenderung baik, didasarkan pada indikator faktor motivator dan faktor hygienes . Kondisi budaya organisasi secara keseluruhan cenderung baik didasarkan dari seluruh indikator yaitu orientasi kualitas, keterbukaan, sistem imbalan, pembelajaran, dan kebersamaan. Kondisi produktivitas kerja berdasarkan pengukuran keseluruhan aspek indikator yaitu tindakan konstruktif, percaya pada din sendiri, bertanggung jawab, memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan, mempunyai pandangan kedepan, mampu mengatasi persoalan, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-ubah, mempunyai kontribusi positip terhadap lingkungannya, dan memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya cenderung baik. Terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara faktor motivator dan faktor hygienes dengan produktivitas kerja pegawai, demikian juga dengan budaya organisasi hubungan yang positip dan sangat signifikan dari seluruh indikator budaya organisasi dengan produktivitas kerja pegawai.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 10802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Efrita Destianti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis langkah-langkah yang dilakukan PT Telkom Indonesia dalam membentuk Good Corporate Culture dan hambatan apa yang dihadapi dalam membentuk Good Corporate Culture. Penelitian ini menggunakan pendekatan pos positivist dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara garis besar PT Telkom Indonesia telah melaksanakan setiap langkah dalam membetuk Good Corporate Culture dengan cukup baik. Hampir semua indikator dalam tujuh variabel telah terpenuhi. Indikator yang belum terpenuhi adalah tanggap terhadap masalah eksternal dan internal. Hal tersebut disebabkan karena karyawan belum dapat mengatasi masalah eksternal secara maksimal. Sedangkan, hambatan yang dihadapi adalah penolakan. Namun, PT Telkom Indonesia memiliki cara untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu melalui komunikasi yang intens. Komunikasi yang dilakukan adalah dengan meyakinkan karyawan bahwa nilai-nilai budaya The Telkom Way dapat memberi manfaat dan dampak positif terhadap karyawan itu sendiri maupun perusahaan.
ABSTRACT
This study aims to analyze the steps taken by PT Telkom Indonesia in forming Good Corporate Culture and what obstacles are faced in forming Good Corporate Culture. This study uses a positivist postal approach with descriptive research types. The results of this study indicate that broadly speaking PT Telkom Indonesia has carried out every step in setting up Good Corporate Culture quite well. Almost all indicators in seven variables have been fulfilled. Indicators that have not been met are responsive to external and internal problems. This is because employees have not been able to overcome external problems to the fullest. Meanwhile, the obstacles faced are rejection. However, PT Telkom Indonesia has a way to overcome these obstacles, namely through intense communication. Communication is done by convincing employees that The Telkom Ways cultural values can provide benefits and positive impacts on the employees themselves and the company.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Putra Wardana
Abstrak :
Budaya organisasi sebagai seperangkat asumsi dasar mendefinisikan apa yang harus diperhatikan, bagaimana bereaksi secara emosional terhadap apa yang sedang terjadi, dan tindakan apa yang harus diambil dalam berbagai macam situasi. Kepemimpinan dalam budaya organisasi menawarkan mekanisme untuk mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuan bersama melalui nilai dan norma yang berkembang dalam suatu organisasi. Makalah ilmiah ini akan merefleksikan pengalaman magang penulis sebagai People Engagement dalam membangun hubungan keterlibatan emosional dan profesional karyawan melalui Program Engagement di Pintek. Hasil akhir dari penulisan ini menyimpulkan bahwa peran penulis sebagai seorang People Engagement dalam mengelola Program Engagement di Pintek dipengaruhi kuat oleh karisma dan perilaku sehari-hari CEO dan Head of HR Pintek selaku pimpinan dan atasan People Engagement. CEO dan Head of HR Pintek memiliki pengaruh kuat dalam mengembangkan nilai Pintek yang diturunkan dan diungkapkan ke dalam Program Engagement sebagai tahap awal untuk merancang budaya organisasi di Pintek. ......Organizational culture as a set of basic assumptions defines what to pay attention to, how to react emotionally to what is happening, and what actions to take in various situations. Leadership in organizational culture offers a mechanism to influence the behavior of organizational members in achieving common goals through values ​​and norms that develop within an organization. This scientific paper will reflect on the author's internship experience as People Engagement in building emotional and professional engagement relationships with employees through the Engagement Program at Pintek. The final result of this paper concludes that the author's role as a People Engagement person in managing the Engagement Program at Pintek is strongly influenced by the charisma and behaviour of the CEO and Head of HR Pintek as the leader and supervisor of People Engagement. Pintek's CEO and Head of HR have a strong influence in developing Pintek's values ​​which are revealed and expressed in the Engagement Program as the initial stage for designing organizational culture at Pintek.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Kristi Mei Sara
Abstrak :
Implementasi nilai dan budaya kerja INSAN OKE merupakan upaya perubahan yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian untuk mendukung  Reformasi Birokrasi. Nilai dan budaya kerja INSAN OKE yang merupakan akronim dari integritas, profesional, inovatif, serta produktif diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat akan organisasi pemerintah yang dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Kementerian Perindustrian pada tahun 2018 diberi penghargaan sebagai pemimpin perubahan atas pencapaiannya dalam berbagai bidang pelayana publik. Pencapaian tersebut menurut LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Kementerian Perindustrian merupakan hasil dari implementasi nilai dan budaya kerja INSAN OKE. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana reputasi yang terbentuk melalui pengimplementasian nilai dan budaya kerja INSAN OKE. Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kasus tunggal, metode penelitan secara kualitatif dengan mengumpulkan serta menganalisa data hasil observasi, studi dokumen serta wawancara mendalam. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa nilai dan budaya kerja INSAN OKE yang diimplementasikan melalui peran komunikasi internal kepada pegawai Kementerian Perindustrian tidak terimplementasi dengan baik, sehingga tidak cukup efektif untuk dapat mempengaruhi pembentukan citra organisasi kepada stakeholder internal terlebih kepada stakeholder eksternal organisasi. Selain itu dari hasil penelitian ditemukan bahwa  terdapat ketidaksesuaian antara aktualisasi kegiatan  Kementerian Perindustrian dengan nilai yang dicanangkan INSAN OKE. ...... The impelementation of the values and work culture of INSAN OKE is an attemption that is held by Ministry of Industri in order to support bureucracy reform. The INSAN OKE values and work culture that is acronym of integrity, professionl, innovative, and productive are expected giving back publik confidence for government organization by providing better public services. In 2018, Ministry of Industri accepted award as the leader of changement for its achievement in various public services aspect. According to Ministry of Industry’s performance report the award is claimed as the result of implementing INSAN OKE value and work culture. This studi is conducted to analyzed how the reputation of Ministry of Industry is built by implementing INSAN OKE value and work culture. This studi is conducted by using single case approaching, the kualitatif method is conducted by collecting and analyzing the datas that are collected by observation, documents study, and indepth interview. The result of this study show that the INSAN OKE value and work culture has not been well implemented. Tthis result shows that it has no enough effect of the building of corporate identity and corporate image of Ministry of Industri to the internal stakeholder, moreover to the eksternal stakeholders. Furthermore, there is not associaton between the actualitation of the activity of Ministry of Industri with the value of INSAN OKE.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilyanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan perbedaan nilai-nilai budaya organisasi yang sedang berkembang saat ini di lingkup seksi-seksi kerja Unit lnstalasi Rawat Darurat (IRD), RSUD Dr.Soetomo, Surabaya. Sampel diambil secara sensus dengan populasi berjumlah 428 orang yang terdiri dari 14 seksi kerja yang terbagi dalam 2 (dua) kelompok seksi kerja yaitu medis dan non medis. Responden yang mengembalikan daftar pertanyaan berjumlah 215 orang atau 50% dari populasi. Seluruh kuesioner yang kembali diukur dengan menggunakan Analisis Faktor Dengan Pendekatan Komponen Utama, Analisis Faktor Kembali, dan Analisis Median. Dari hasil penelitian, diketahui budaya kinerja yang berkembang di Unit Instalasi Rawat Darurat (IRD), RSUD Dr.Soetomo, mempunyai 15 (lima belas) budaya. Selain itu dengan menggunakan analisis median dapat ditentukan budaya kuat, budaya Iemah, dan budaya di ambang pintu. Ada 3 (tiga) Budaya Kuat yaitu Budaya Etos kerja, Budaya Bekerja tanpa pamrih, dan Budaya Berorientasi pelayanan. Di samping itu, Budaya Lemah terdiri dari 8 (delapan) budaya, yaitu Budaya Penghargaan, Budaya Bekerja dengan rasa aman, Budaya Pengawasan berbasis kerja secara kelompok, Budaya Keragaman dalam kebebasan memberikan pendapat, Budaya Kerja sama, Budaya Menyediakan keperluan yang dibutuhkan pekerjaan, Budaya Lingkungan yang kondusif, Budaya Peduli lingkungan dalam Iingkup pekerjaan. Budaya. Di Ambang Pintu terdiri dari 1 (satu) Budaya yaitu Budaya Bekerja secara individual. Untuk sub budaya Etos Kerja, terdapat 7 (tujuh) budaya kuat (Budaya Moralitas, Budaya Empati, Budaya Keterbukaan, Budaya Komunikasi, Budaya Pencapaian kinerja, Budaya Tata krama, Budaya Informasi dan menjaga citra RSUD) dan 2 (dua) budaya Lemah (Budaya Kerja dengan rasa aman dan mendapat insentif sesuai standar, Budaya Adil dalam pembagian pekerjaan). Untuk sub budaya Penghargaan, terdapat 1 (satu) budaya Iemah (Budaya Pengawasan) dan 1 (satu) budaya di ambang pintu (Budaya Penghargaan berdasarkan prestasi). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data ditemukan ada perbedaan budaya kinerja di antara seksi-seksi kerja dalam Unit Instalasi Rawat Darurat (IRD), RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Disarankan untuk budaya yang lemah perlu mendapat perhatian dan harus Iebih diperkuat lagi. Demikian juga untuk budaya di ambang pintu perlu Iebih ditonjolkan serta diperkuat pula untuk menunjang budaya organisasi yang telah ada sebelumnya. Penulis mengharapkan bahwa penelitian tentang budaya organisasi dapat terus dilanjutkan, karena penelitian tentang budaya organisasi dapat menggali budaya-budaya organisasi yang selama ini tidak terlihat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T 3918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutaryo
Abstrak :
Kinerja instruktur merupakan faktor yang diperlukan untuk melaksanakan peranan profesi instruktur secara optimal. Maka mempertahankan dan meningkatkan kinerja pada kondisi yang maksimal adalah prioritas kebijaksanaan bagi setiap pengelola latihan. Terdapat beberapa faktor yang mempengarui kinerja, namun dan beberapa faktor tersebut dalam hal ini kinerja hanya ditinjau dari faktor pelatihan instruktur dan budaya organisasi sejauh mana hubungan antara pelatihan dan budaya organisasi dengan kinerja instruktur karena banyaknya pelatihan yang di berikan kepada instruktur, bukan merupakan jaminan bahwa kinerja akan menjadi baik. Masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Dari beberapa faktor lain tersebut, yang di teliti disini adalah budaya organisasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif yang kuat, baik pelatihan maupun budaya organisasi, terhadap kinerja instruktur atas hasil penelitihan tersebut maka untuk meningkatkan kinerja instruktur dapat di lakukan dapat di lakukan dengan memberikan pelatihan kepada instruktur maupun dengan meningkatkan budaya organisasi pada unit kerja yang bersangkutan. Yaitu dengan cara menciptakan hubungan yang kondusif antara pihak manajemen dengan instruktur, menyangkut nilai-nilai ; kebiasaan kerja yang balk dan sal ing mengerti yang di sepakati bersama antara para pegawai atau instruktur dengan pihak menejemen. Dengan deinikian maka, dengan di berikan pelatihan yang memadai sesuai dengan kompetensi instruktur, dan didukung dengan budaya organisasi yang kondusif, sehingga kualitas kinerja akan dapat dipertahankan, dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan peran dan profesionalisme instruktur.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>