Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ranggapandu Cindarputera
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai kedudukan hak mewaris perempuan yang statusnya sebagai purusa dalam hukum waris adat bali, di mana perempuan yang telah melakukan perkawinan nyentana tidak lagi berstatus pradana, melainkan statusnya berubah menjadi purusa dan berhak untuk mewaris dari harta peninggalan orang tuanya. Tidak diakuinya status purusa oleh ahli waris lainnya mengakibatkan sengketa terhadap harta peninggalan orang tuanya berupa beberapa bidang tanah yang dikuasai oleh ahli waris lainnya. Kasus tersebut dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomor 233/Pdt.G/2019/PN.Gin. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini mengenai hak mewaris perempuan yang tidak diakui sebagai purusa dalam hukum waris adat bali dan akibat hukum terhadap tanah waris dari perempuan yang berkedudukan sebagai purusa dalam putusan pengadilan ini. Untuk menjawab permasalahan hukum tersebut, digunakan metode penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian eksplanatoris. Hasil analisis dalam penelitian adalah kedudukan perempuan yang tidak diakui sebagai purusa menurut sistem hukum waris adat Bali tetaplah sah sebagai ahli waris, di mana perempuan yang telah melangsungkan perkawinan nyentana mengakibatkan statusnya berubah menjadi sentana rajeg, di mana status sentana rajeg dapat dikatakan sama dengan status purusa. Selain itu, akibat hukum yang timbul terhadap tanah waris dari perempuan yang berstatus sebagai purusa mengakibatkan beberapa tanah waris yang dikuasai oleh ahli waris lainnya menjadi tidak sah, sehingga perempuan yang berstatus sebagai purusa berhak untuk mendapatkan setengah bagian dari tanah waris tersebut, sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan haknya yaitu dengan mengajukan permohonan pembatalan hak atas tanah Perkaban 21/2020 Kantor Pertanahan setempat. ......This study discusses the position of women's inheritance rights whose status is purusa in Balinese customary inheritance law, where women who have married nyentana no longer have pradana status, but their status changes to purusa and has the right to inherit from their parents' inheritance. The non-recognition of purusa status by other heirs resulted in a dispute over the inheritance of his parents in the form of several parcels of land controlled by other heirs. The case can be seen in the Gianyar District Court Decision Number 233/Pdt.G/2019/PN.Gin. The problems raised in this study are regarding the inheritance rights of women who are not recognized as purusa in Balinese customary inheritance law and the legal consequences of the inheritance of women who are purusa in this court decision. To answer these legal problems, a normative legal research method with an explanatory type of research is used. The results of the analysis in the study are that the position of women who are not recognized as purusa according to the Balinese customary inheritance law system is still valid as heirs, where women who have married nyentana resulted in their status changing to sentana rajeg, where the status of sentana rajeg can be said to be the same as the status of purusa . In addition, the legal consequences arising from the inheritance of women with the status of purusa resulted in some of the inheritance lands controlled by other heirs being invalid, so that women with the status of purusa were entitled to get half of the inheritance land, so that efforts made This can be done to obtain the rights, namely by submitting an apliciation for the cancellation of land rights to Perkaban 21/2020 at the local Land Office.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Santhi Oktariyani
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai kriteria pasangan hidup. Pandangan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam interaksi individu dengan lingkungan. Sejak kecil individu telah ditanamkan ide mengenai pernikahan yang bahagia dan kriteria pasangan hidup yang baik, antara lain melalui sistem nilai yang dianut orang tua. Penanaman sistem nilai tersebut tidak terlepas dari pola pengasuhan orang tua kepada anak. Suku Bali dengan sistem Patrilinial memberikan peran yang besar pada ayah untuk menentukan dengan siapa anak boleh menikah. Peran ini akan lebih terlihat apabila ayah mengharapkan anak tunggal perempuan mereka untuk menjadi penerus keluarga. Dalam hal ini, anak tunggal perempuan harus tetap tinggal di keluarga mereka, dan apabila mereka menikah maka suami masuk dalam keluarga perempuan (Nyentana). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peran ayah dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan dalam keluarga Bali yang menetap di luar Pulau Bali, faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan, serta mengetahui pengaruh adat Bali dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data utama dan observasi sebagai alat penunjang. Wawancara dilakukan pada 3 orang subyek anak tunggal perempuan yang memiliki ayah dari suku Bali, berusia 21-30 tahun, berasal dari status sosial ekonomi menengah ke atas, dan tinggal di luar Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah berperan dalam pemilihan pasangan hidup anak tunggal perempuan dengan cara memberikan masukan dan gambaran kriteria laki-laki yang mereka inginkan untuk menjadi pasangan hidup anak tunggal perempuan. Ayah tidak secara langsung berperan dalam menjodohkan anak tunggal perempuan dengan laki-laki pilihan mereka. Ayah juga tidak menekan kesedian laki-laki untuk nyetana sebagai kriteria pasangan hidup anak tunggal perempuan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ayah terutama berperan dalam penanaman disiplin, kemandirian, dan prestasi akademik anak tunggal perempuan mereka.Hasil penelitian juga menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi anak tunggal perempuan dalam memilih pasangan hidup, yaitu faktor homogami, faktor derajat pernikahan, dan faktor jaringan sosial. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pemahaman anak tunggal perempuan mengenai nyentana masih terbatas. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar mengikutsertakan subyek ayah dalam penelitian. Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan cara membandingkan berbagai wilayah di Bali, atau membandingkan beberapa suku di Indonesia.
2002
S3179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library