Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Tuti Marhaeni
"Naskah Arifin C. Noer (ACN) yang pertama penulis kenal adalah Kapai-kapai (KK). Tentu saja, karena KK adalah salah satu karya ACN yang paling kerap dibincangkan para kritikus sastra, dan paling kerap terpilih untuk dipentaskan. KK pertama kali dipentaskan teater Kecil tahun 1970 di Taman Ismail Marzuki. Pada tahun itu juga majalah Budaja Djaja bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta menerbit_kan KK dalam sebuah edisi khusus. Mulai cetakan kedua, 1979, KK diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka Jaya, sehingga KK mudah ditemukan, dan merupakan salah satu alasan KK menjadi lebih dikenal daripada drama-drama ACN yang lain. Tahun 1974, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia menerbitkan KK, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Moths oleh Harry Aveling. Terjemahan Aveling membawa KK melanglang buana; dipentaskan di Australia, Belgia, Malaysia, dan New York. Tanggal 6 Mei 1983 KK dikontrak selama lima tahun oleh Forlmer Hangen BureauLitteraire internasional untuk dipentaskan di negara-nergara Eropa. 5ukses KK menarik perhatian sayer pada ACN. Hingga sekarang, menurut catatan saya, ACN telah menul i s 35 drama selama kurang lebih 35 tahun, seiak ia duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Agusstus 19891 (lihat Bab II: Riwayat Pengarang), tapi sementara ini hanya KK-lah yang telah dibincangkan berdiri sendiri sebagai karya-sastra, tidak dalam kaitan pementasannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Maria Josephine
"Sampai dengan dekade terakhir ini konsep perempuan masih sering dipersempit maknanya pada hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi dan pengasuhan anak. Seolah-olah keberadaan perempuan hanya untuk melahirkan dan mengasuh anak belaka. Itulah sebabnya konsep perempuan tidak terpisahkan dengan konsep ibu. Begitu seorang perempuan dilahirkan maka orang tuanya akan mempersiapkannya untuk menjadi ibu kelak. Ini semua membaku menjadi mitos, dipercaya dan amat merugikan perempuan.
Mitos tersebut di samping tersimpan pada benak pendukung kebudayaan juga terbaca secara tersurat dan tersirat di dalam tulisan-tulisan, baik tulisan fiksi maupun non fiksi yang bernilai sastra maupun bukan. Baberapa penelitian menunjukkan betapa mitos tersebut di atas terpendam di dalam sejumlah karya sastra Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat mitos-mitos tersebut di dalam karya sastra yang berbentuk naskah drama. Naskah drama yang dipilih adalah karya Arifin C. Noer yang berjudul Mega-mega. Pertanyaan yang akan dijawab oleh penelitian ini adalah: "Seperti apakah sosok ibu dalam drama Mega-mega karya Arifin C. Doer?".
Untuk menjawab masalah tersebut dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif den menjadikan naskah drama Mega-mega sebagai korpus data. Semua kata, kalimat, dialog, monolog, situasi, den lingkungan dianalisis sebagai data penelitian.
Dalam drama Mega-mega terdapat enam tokoh yang digambarkan dan selalu memiliki hubungan satu dengan yang lain. Dua di antara tokoh tersebut adalah perempuan yaitu Mae dan Retno. Mae digambarkan sebagai perempuan tua, pernah menikah tetapi tidak pernah melahirkan. Ia berasal dari pedesaan di Tegal. Retno dilukiskan sebagai perempuan yang masih muda, pernah menikah, den pernah melahirkan anak. Ia mencari makan dengan menjadi pelacur. Tokoh laki-laki dapat dibagi dua dari segi umurnya yaitu tokoh yang muda diwakili Panut dan Royal, sedangkan tokoh yang dewasa adalah Tukijan dan Hamung.
Mae di dalam kelompok ini berfungsi sebagai ibu sosial bagi Tukijan, Hamung, Retno, Royal, dan Panut. Sebagai ibu, Mae berusaha memberikan perlindungan kepada anak-anaknya. Ia senantiasa menyimpan tikar-tikar yang akan digunakan untuk tidur anak-anaknya. Ia juga dengan senang hati memasakkan bahan-bahan yang dikumpulkan oleh anak-anaknya. Dengan segala daya upaya ia juga mencoba menanamkan nilai-nilai yang dipandangnya tepat untuk anak-anaknya.
Sebagai perempuan tua yang banyak mengalami kepahitan hidup, ia berpandangan bahwa perempuan adalah makhluk yang diberikan paras cantik untuk memikat laki-laki. Laki-laki yang terpikat den menjadikan perempuan sebagai istrinya seharusnya bertanggungjawab dan melindungi istrinya. Oleh karena itu si istri haruslah berbakti, patuh, dan pasrah kepada suaminya. Jika telah menjadi ibu, seorang perempuan harus dapat hidup prihatin demi keselamatan anak-anaknya. Jika anaknya tersebut sampai menderita maka yang bersalah adalah ibunya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq A.S.
"Skripsi ini bertujuan untuk menunjukkan ciri-ciri nonkonvensional dalam beberapa unsur struktur drama Kapai-Kapai, terutama unsur dialog, latar, dan tokoh serta kaitarnya dengan tema drama tersebut. Untuk mencapai tujuan itu, saya menggunakan konsep-konsep drama absurd yang telah dijabarkan oleh Martin Esslin dalam buku Theatre of The Absurd. Sedangkan data-data yang digunakan sepenuhnya bersumber dari kepustakaan. Pada tahap pertama, saya menelusuri drama-drama karya Arifin yang ditulis antara tahun 1964 sampai dengan 1984, terutama untuk mengenali kecenderungan umum drama-drama yang ditulis olehnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa tokoh-tokoh drama ciptaan Arifin pada umumnya cenderung untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi secara tidak wajar. Pada tahap selanjutnya, saya menerapkan konsep-konsep drama absurd yang dijabarkan oleh Martin Esslin itu untuk membahas.unsur dialog, latar, dan tokoh serta kaitannya dengan tema drama tersebut. Pelaksanaan kerja di atas mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa ciri-ciri keabsurdan tampak kuat pada unsur dialog, latar, dan tokoh serta tema drama tersebut. Kesimpulan ini sekaligus membuktikan bahwa unsur-unsur teater absurd yang dikatakan sedang menciptakan teater modern kita tampak kuat dalam drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer."
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari S. Soediro
"This research takes a serial drama entitled Orkes Madun (OM-I-Iwritten by Arifin C Noer which consist of four plays as its corpus. They are: i Madekur dan Tarkeni atawa Orkes Madun Bagian Satu (OM-1, 1973); ii Orkes Madun 2A/Umang-Umang (OM-II,1976); iii Orkes Madun IIB atawa Sandek Penurda Pekerja (OM-III, 1979); and iv Ozone atawa Orkes Madun IV (OM-IV, 1989). There are two main aspects of text, they are dramatic text and performance text. There are four important elements in every structure of the dramatic text, namely dramatic shape, character, dialogue, and stage directions (Aston, 1991). The aim of this research is : to find out the characteristic of the dramatic text structure, especially its character element and characterization, as well as its plot of OM-I-IV; to reveal the theme and its message of OM-I-IV; andto unravel the thread which unites those four plays or a single long play (OMI-IV).This research is a qualitative research using a structural and semiotic approach. There are three steps to reach the goal. First, analyzing textually the structure of the dramatic text OMJ-IV, especially the characteristic of its characters and plot. Second, a$alyzing semiotically the sign-system of the character and plot, especially to reveal the meaning of the message as well as its characters. Third, analyzing by using the intertextual approach to find out the difference and the likeness of those four plays, and also to unravel the thread which unites them. The conclusion as the outcome of this research can be drawn as follows: 1.1 The dramatic text of OM-I-IV can be classified as a radical dramatic text, tragicomedy drama, drama of idea, or symbolical drama. 1.2 WASKA (WK) as the central character, is able to develop a dramatic plot, so that, he can play the role as the thread which unites those four plays in MI--I-IV.;"
1998
D1633
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari S. Soediro
"This research takes a serial drama entitled Orkes Madun (OM-I-IV) written by Arifin C Noer, which consists of four plays as its corpus. They are:
Madekur dan Tarkeni atawa Orkes Madun Bagian Satu (OM-I, 1973);
II Orkes Madun 2A/Umang-Umang (OM-II,1976);
III Orkes Madun IIB atawa Sandek Pemuda Pekerja (OM-III, 1979); and
IV Ozone atawa Orkes Madun IV (OM-IV, 1989).
There are two main aspects of text, they are dramatic text and performance text. There are four important elements in every structure of the dramatic text, namely dramatic shape, character, dialogue, and stage directions (Aston, 1991).
The aim of this research is:
1. To find out the characteristic of the dramatic text structure, especially its character element and characterization, as well as its plot of OM-I-IV;
2. To reveal the theme and its message of OM-I-IV; and
3. To unravel the thread which unites those four plays or a single long play (OM-I-IV).
This research is a qualitative research using a structural and semiotic approach. There are three steps to reach the goal. First, analyzing textually the structure of the dramatic text OMI-IV, especially the characteristic of its characters and plot. Second, analyzing semiotically the sign-system of the character and plot, especially to reveal the meaning of the message as well as its characters. Third, analyzing by using the inter-textual approach to find out the difference and the likeness of those four plays, and also to unravel the thread, which unites them.
The conclusion as the outcome of this research can be drawn as follows:
1.1 The dramatic text of OM-I-IV can be classified as a radical dramatic text, tragicomedy drama, drama of idea, or symbolical drama.
1.2 WASKA (WK) as the central character, is able to develop a dramatic plot, so that, he can play the role as the thread that unites those four plays in OM-I-IV.
1.3 The character of SEMAR (SM) has a doubled role, (a) as a director of the performance of OM-I-IV which is performed by KS-RBD; (b) as the leader of KSRBD; (c) as the central character of WK to the whole plays of OM-I-IV; (d) as the narrator, authoritative source, guide, commentator, and evaluator.
1.4 The structure of every play in a serial performance of OM-I-IV is in the structure of every play in OM-I-IV, or theatre in theatre (mise en abyme). It means that the serial play of OM-I-IV directed by SM is performed in the serial play of OM-I-IV
1.5 There are three main plots in OM-I-IV; they are NB plot, BD/SM plot, and WK plot.
1.6 There are four core plots; they are MAD plot, WK-II plot, SD plot, and WK- IV plot. These four core plots are in the frame of the main plot WK.
1.7 The plot characteristic of OM-I IV is loose, double or layers, and progressive linear with variation. The technical plot is flash back and back tracking.
2.1 The central theme of OM-I-IV is poverty while the message talks about the ways to fight against and come out from poverty and hardship.
2.2 The meaning of theme and message conveyed in OM-I-IV is to fight against poverty and hardship by (a) picpocketing or prostituting oneself (OM-1); (b) universal robbing; (c) demanding freedom of speech to be heard by others, striking of silence, eat, and work, also, universal striking (OM-III); and (d) doing trial in many ways to die for the impotence to bear suffering in holding punishment to live in world (OM-IV) in the serial drama of OM-I-IV that, apparently, can not solve the emerged problem.
2.3 The punishment to live beyond human's common sense, capability, and God's will is proved much horrifying to feel and go through rather than the most terrible punishment to die in the universe.
2.4 The destruction of human culture and civilization in the world, sea, and sky, including the ozone holes, is brought by human's misbehavior, mistake, and hard sins. Furthermore, as the balance for such human's mistakes and sins, he fulfils his cultural duty for its solution. There are some urgent examples as shown follows (a) cleaning up the world, sea, sky, and human himself; (b) assisting the mission pioneered by SD in the end of OM-III, and continued by SDM (the next, new generation) with his effort to eliminate all what make the mistakes and sins happened, including the wrong framing system firstly made. If necessary, the old system may be replaced and reformed to be a new, fresh, appropriate system as the current time demands. The new era. The Reformation era.
3.0 The threads which unities these four plays in OM-I-IV are:
3.1 the poverty as the central theme;
3.2 WK who serves as the central character;
3.3 SM who serves as the director of performed theatre in the play of OM-I-IV, and
3.4 the three main plots are the plots of NB, BD or SM, and WK."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D387
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Hariman Jacob
"ABSTRAK
Karya sastra adalah wujud gagasan atau pikiran-pikiran sastrawan dalam mengungkapkan pengalaman-pengalamannya melalui petualangan imajinasinya. Pengalaman itu bisa saja hal-hal yang dialami oleh sastrawan tersebut atau bisa pula pengalaman atau hal-hal yang diyakininya akan terjadi pada waktu yang akan datang. Hal ini diperolehnya berdasarkan pengendapan dari lingkungan fisik sastrawan itu berada. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari ungkapan Boen S. Oemarjati (1971:63) bahwa drama atau lakon, baik yang merupakan peniruan kehidupan, maupun suatu gambaran tentang kegawatan dan keruwetan kehidupan, diatur dan dikendalikan oleh proses kelakuan manusia itu sendiri.
Sebagai hasil karya dan cipta manusia, karya sastra mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan perkembangan zaman itu sendiri. Pengalaman pengalaman yang dituangkan oleh sastrawan lewat gagasan atau pikiran-pikirannya merupakan gambaran yang sangat mewakili zamannya.

"
2001
S11124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library