Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"At least, there are 3 (three) periods of Islam art development in Aceh. First, the beginning of the expansion of Islam. in that area, the element of Islam's art assimilated to the art of preislam (Hindu-Budha). In line with the development of Aceh Goverment system, people began to increase the skill in art. But, when the Dutchnation colonized, the art in Aceh was fading. It was known through the gravestones."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tasrief Adrianto
"Nisan-nisan kubur Samudera Pasai yang tersebar pada 12 komplek makam memiliki keunikan dalam hal bentuk ragam hias dan bahan. Jumlah makam dengan nisan yang teridentifikasi sebanyak 197 makam. Menurut moquette nisan-nisan tersebut ada beberapa yang diduganya berasal dari Cambay. Menurut Ambary, selain menyerap anasir asing, nisan-nisan yang termasuk kategari Batu Aceh memperlihatkan penonjolan anasir/gaya lokal. Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bentuk-bentuk dan ragam hias nisan SP, (2) untuk mengetahui indicator/variable/ciri-ciri khusus yang dapat dijadikan pembeda antara nisan yang disebut dengan istilah Batu Aceh yang beranasir kebudayaan lokal dan yang bukan Batu Aceh yang beranasir kebudayaan asing, (3) Menjelaskan ada tidaknya korelasi antara bentuk, bahan dan ragam hias pada nisan. Langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah a. Pengumpulan Data, yakni memilih nisan-nisan yang akan dijadikan data, berupa nisan-nisan yang layak keadaannya untuk diteliti, nisan yang dapat diidentifikasi akan menunjukkan karakteristiknya, misalnya dapat diketahui bentuk dasar nisan tersebut. b, Pengolahan Data, yaitu melakukan klasifikasi atas dasar perbedaan dan kesamaan yang dapat diamati pada atribut, atribut yang dipilih untuk penelitian ini, dan menjadi indikator untuk pembentukan tipe terbagi tiga yaitu : (1) atribut bentuk yang meliputi a. bentuk dasar, b. bentuk badan, c. bentuk pundak 1 bahu, d. bentuk kepala, dan (2) atribut gaya yakni ragam hias serta (3) atribut teknologi yaitu bahan. Pembentukan tipe dilakukan dengan cara memperlihatkan hubungan-hubungan yang terdapat pada setiap atribut. Kemudian dilakukan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman yang lebih sedikit atau merupakan kategori umum, diakhiri dengan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman lebih banyak atau merupakan kategori yang lebih khusus. Kemudian dilakukan identifikasi jenis ragam hias yang ada pada batu-batu nisan, dan dikelompokkan ke dalam masing-masing golongan nisan yang beranasir kebudayaan lokal dan yang memiliki anasir bukan lokal. Tahap selanjutnya adalah melakukan korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan yang terjadi antara atribut-atribut tertentu, melalui nilai frekuensi (jumlah) korelasi pada seluruh sampel penelitian. Jumlah atau nilai frekuensi korelasi pada seluruh sampel penelitian menunjukkan kekuatan hubungan variabel-variabel tersebut, dengan cara menggunakan tabel silang, dalam tabel silang ini disusun jenis variable/atribut utama pada lajur baris dan jenis atribut lainnya pada lajur kolom. Hasil Penelitian ini menghasilkan penggolongan 197 nisan Samudera Pasai ke dalam 45 tipe/jenis nisan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukannya 6 jenis motif hias, yakni : 1. Motif bingkai yang terdiri dari : motif vas, motif lengkung kurawal, motif lengkung mihrab dan motif panil, 2. Motif motif floralistik berupa motif sulur dawn, motif lotus, 3. Motif arabesque bentuk flora, 4, Motif arabesque bentuk geometris (interlace), 5. Motif lampu 6.Motif inskripsi. Dari segi bentuk, nisan-nisan dengan bahan batu pualam memiliki bentuk-bentuk yang khas yang tidak ditemui pada nisan dengan bahan dasar batu bukan pualam. Hasil akhir dari penelitian ini memperlihatkan bahwa nisan-nisan jenis pualam (Al) dan bukan pualam (A2) memiliki jenis-jenis ragam hias yang khas seperti motif interlace, motif lampu, ayat-ayat yang dipahatkan dengan gaya huruf kufiq yang hanya dijumpai pada nisan-nisan pualam. Sedangkan pada nisan-nisan yang terbuat dari bahan batu bukan pualam (A2) ditemukan motif-motif bingkai berbentuk lengkung kurawal yang terdapat pada bagian badan, motif-motif flora berupa motif lotus yang umumnya terdapat antara bagian badan dan kaki, sulur daun serta motif-motif arabesque. Nisan-nisan dengan bahan dasar jenis Al memiliki jumlah pahatan inskripsi yang raya pada seluruh bagian nisan dengan pola penulisan yang khas selain inskripsi yang ditulis mendatar (horisontal), juga ada inskripsi yang ditulis secara vertikal yang penulisannya dimulai dari sisi kanan bawah menuju kebagian atas dan kemudian ke sisi kiri nisan, Sedangkan nisan-nisan dengan bahan dasar jenis bukan pualam (A2) mempunyai jumlah susunan inskripsi yang lebih sedikit yaitu sekitar 3 sampai 4 baris, dengan pola penulisan yang mendatar (horisontal)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Cholid Sodrie
"Brunei Darussalam banyak dikenal karena kekayaannya, dan kekayaannya itu diperoleh dari basil tambang minyak, dan sedikit penduduk. Jarang sekali Brunei dikenali dari tinggalan masa lalunya, malah mungkin tidak tahu menahu tinggalan yang menjadi hiasan, dan kebanggaan, yang terpajang pada kedua sisi sepanjang alur sungai Brunei dari Bukit Berambang dan Perbukitan Subuk. Tinggalan itu menjadi saksi bisu sepanjang masa yang dilaluinya. Nama-nama kotanya, meinggalkan kaca cerminan dari budaya yang mengiringi, balk dari melayu, maupun dari Negeri-Negeri yang terkait dengan masa lalu Brunei Darussalam. Mereka dating dari Negeri leluhur Cina, Persia, Thaif Saudi Arabia, atau negeri Jiran Johor di Malaysia dan Minangkabau di Andalas Indonesia. Dengan kedua negeri V. terakhir Brunei mengambil pusaka ""Nekara"" yang dijadikan asal-usul dari Pusaka Negeri (Batu Tarsilah)
Hasil penelitian yang berjudul Batu-Batu Nisan Brunei Darussalam : Kajian bentuk dan Efigrafi ini dapat disimpulkan bahwa Brunei Darussalam banyak terkait dengan latar sejarahnya, bail: secara tekstual maupun kontekstual dari teks-teks pada bentuk batu-batu nisan, maupun inskripsi yang ditemukan tertera pada batu-batu nisannya. Hal itu terjadi dangat relevan, bila disbanding dnegan data yang terkandung pada Batu tarsilah, sebagai data awal (primer) yang ada. Kajian pada Batu-Batu Nisan di Brunei dikaji dari bentuk dan dari data efigrafi yang terukir di dalamnya. Batu-Batu Nisan di Brunei Darussalam

Brunei Darussalam is famous of its wealth especially comes from oil mining, while its population is less dense. Brunei is rarely known if its inheritance, even none knows that it becomes decoration, and proudness, along the river of Brunei River from Hill Berambang and Ilill Subuk. The inheritance has becomes silent witness along the time it passes. The city names their cultures come from Malay and other country, Persia, Thaif Saudi Arabia, or Johor Jiran state in Malaysia and Minangkabau in Andalas Indoensia. From the last two countries, Brunei took pusaka ""Nekara"" which was used as the origin of Pusaka Negeri (Batu Tarsialah)
The result of research of gravestones on Brunei Darussalam : An Analysis on The structure and Epigraphy concludes that Brunei Darussalam is much related to its, historical background, both textually or contextually from the tex on gravestones structure and inscription written on the gravestones. Compared with data in Batu Tarsilah, this is very relevant for existing primary data. Study on gravestones in Brunei Darussalam was accomplished by analyzing the structure and epigraphical data carved on them. Gravestones in Brunei Darussalam show various structures, witch can be classified into seven tipology based on four basic structures, those are square, pentagon, rectangular, and round base like bludgeon, and three of the six basic analysis of Hasan Muarif Ambary (1984), and Othman Yatim (1988) were applied
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T37331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Kusumanto
"ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta, yaitu di Taman Prasasti (TP), Musium Wayang (MW) dan Gereja Sion (GS). Nisan kubur yang diteliti berjumlah 57 buah. Pengamatan terhadap nisan kubur meughasilkan 2 macam atribut, yaitu atribut kuat (essential attributes) dan atribut lemah (inessential attributes). Setiap atribut kuat masih memiliki lagi bermacam-macam variasi motif hias den penggambaran. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada atribut kuat nisan kubur selama kurun waktu abad 17 -18 M. Metode yang digunakan adalah metode seriasi frekwensi (frequency serietion). Metode ini mempunyai asumsi dasar yaitu frekwensi setiap tipe artefak atau mode meugikuti satu bentuk yang sudah dapat diduga, dimulai dari pencipta_an (frekwensi minimal), disukai (frekwensi maksimal) dan akhirnya tidak disukai lagi (frekwensi minimal). Berdasarkan urutan frekwensi inilah dapat dibuat diagram kurve yang dikenal dengan sebutan 'kurva kapal perang' (battleship shaped curves). Ada 7 atribut kuat yang digunakan sebagai penentu perubahan yaitu : bingkai nisan, bingkai lambang, perisai, sulur daun, helmet, baju ziarah dan gelang besi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajime Yudistira
"ABSTRAK
Perkataan Nisan berasal dari kata maejan, yang dalam bahasa Arabnya adalah sapid (saksi). Arti umum dari nisan adalah tanda, yang mana di Jawa arti tersebut dikenal dengan kata tetenger dan sering diasosiasikan dengan anti maesan. Bentuk dari nisan beraneka ragam, demikian juga ragam hiasnya. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling raga. Di Indonesia sudah banyak penelitian tentang nisan, diantaranya dilakukan oleh Muarif Hasan Ambary dan Halina Eiudi Santosa. Permasalahan yang ingin diketahui, adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk nisan di Komplek Makam Tirtonatan, selanjutnya adalah, mengetahui nisan seperti apa yang paling dominan, serta bagaimana hubungan nisan yang ada di kompleks makam Tirtonatan dengan penelitian tentang nisan di Indonesia. Penelitian ini berdasarkan anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide atau gagasan manusia dalam bentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima atau disepakati oleh masyarakat.Hasil penelitiannya diperoleh bentuk-bentuk nisan berbentuk: dasar persegi paniang dan trapesium terbalik. Bentuk-bentuk nisan ini tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan, seperti bagian atas nisan, bagian tengah nisan, bagian bawah nisan, sayap nisan dan ragam hiasnya. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian nisan yang pernah dilakukan di Indonesia. Kemudian kesimpulannya bahwa nisan kubur di Komplek Makam Tirtonatan ini mempunyai persamaan bentuk dengan tipe Demak dan Tipe Troloyo pada penelitian Hasan Muarif Ambary. Bertolak dari penelitian ini, maka diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai nisan di berbagai tempat di Indonesia.

"
1996
S11863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tawalinuddin Haris
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini diungkapkan herbegai aspek mengenai Kompleks Makam Sultan Kutai di Tenggarong, Kalimantan Timur sebagai sumbangan data penelitian arkeologi Islam di Indonesia. Permasalahannya adalah seberapa jauh bentuk nisan memiliki korelasi dengan jenis kelamin tokoh yang dimakamkan pada situs makam Kutai, seperti diasumsikan oleh Thomas M. Kiper dan Clifford Sather dalam artikelnya yang diterbikan dalam Bijdragen tot de Taal, Land en Vo1kenkunde, jilid 126 tahun 1970. Oleh karena itu Bélain penelitian ini bertujuan memberikan informasi berkenaan dengan makam Sultan-Sultan Kutai Kertanegara di Tenggarong, Kabupaten Kutai, Kaltim, Juga ber- maksud menguji asumsi atau pendapat Thomas Kieper.
Untuk menjawab permasalahn penelitian dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dan ternyata apa yang diasumsikan oleh Thomas H. Kieper itu berlaku juga pada situs makam Kutai, bahkan pada beberapa makam kuno lainnya di Kalimantan, Sulawési dan di Sumbawa."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mariani Rachmiati
"Obyek penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah nisan-nisan kuno dari kompleks pemakaman Troloyo. Kompleks pemakaman Troloyo terletak di desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur. Dipilihnya nisan-nisan kuno yang terdapat di Troloyo sebagai obyek penelitian karena nisan merupakan artefak bertanggal mutlak karena memuat angka tahun. Disamping dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan Islam di kerajaan Majapahit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis-jenis nisan yang terdapat di kompleks pemakaman Troloyo serta berusaha untuk menjelaskan hubungan antara nisan-nisan dengan keberadaan Islam di kerajaan Majapahit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah analisis khusus dengan mengamati bentuk, ukuran dan hiasan. Berdasarkan bentuk dan hiasan nisan dipilah lagi dengan melakukan klasifikasi taksonomi sehingga dapat diperoleh tipe-tipe nisan. Hasil yang dicapai dari penelitian terhadap nisan-nisan diketahui terdapat dua tipe nisan, yaitu : (a) Tipe A, nisan dengan bentuk sudut membulat pada bagian peralihan antara badan dan puncak nisan, dan (b) Tipe B, nisan mempunyai bentuk sudut yang lancip pada bagian peralihan antara badan dan puncak nisan. Bentuk nisan serta hiasan yang terdapat pada nisan-nisan Troloyo memperlihatkan masih terpengaruh oleh unsur-unsur dari masa Hindu-Buddha. Dari sumber-sumber tertulis diketahui kerajaan Majapahit mengadakan hubungan perdagangan dengan negara_negara asing. Adanya hubungan dagang dengan pedagang-pedagang asing dapat dibuktikan dari peninggalan arkeologis yang dijumpai di daerah Trowulan berupa mata uang logam Cina dan keramik-keramik asing. Diantara pedagang asing yang datang di. kerajaan Majapahit terdapat pedagang Muslim. Dari sumber tertulis diketahui bahwa pedagang Muslim sudah melakukan hubungan dagang dengan Indonesia sejak abad 7 M. Pedagang Muslim tersebut secara tidak langsung menyebarkan agama Islam karena sifat misi pada Islam menyebabkan setiap Muslim menjadi pendakwah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan Islam di kerajaan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan yang dilakukan antara pedagang Muslim dan pedagang Majapahit."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Somad
"Perkataan nisan berasal atau maesan jika dilihat dari segi-segi etimologi telah diuraikan oleh beberapa ahli. L.Ch. Damais berpendapat bahwa nisan/ maesan berasal dari kata mahisa yang artinya Kerbau, pada jaman pra Hindu terdapat tradisi untuk memasak atau menegakkan batu semacam menhir dengan disertai upacara pemotongan Kerbau. Bentuk nisan beraneka ragam demikian pula dengan ragam hiasnya mulai dari yang sederhana hingga nisan yang memiliki hiasan yang raya. Penelitian tentang nisan telah banyak dilakukan diantaranya oleh Hasan Muarif Ambary (1984) meneliti tipologi nisan di Indonesia, dan Halina Budi Santosa (1976) yang meneliti nisan Banten. Penelitian ini didasari anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide dan gagasan manusia dalam bentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima dan disepakati oleh masyarakat. Permasalahan yang ingin diketahui adalah mengenai bentuk dan perkembangan dan persebaran nisan di sekitar masjid tua di Jakarta abad XVII-XVIII M. Hasil yang diperoleh adalah bentuk -bentuk pilar dan papan persegi, bentuk - bentuk nisan ini tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan seperti bentuk dasar (A), bentuk badan (B), bentuk kepala (C), bentuk puncak kepala (D), bentuk kaki (E), sayap (F), dan ragam bias (F) diperoleh tipe sebanyak 20 tipe nisan utama, dan 31 tipe dengan variannya. Sedangkan hasil metode seriasi tipe III, IV, VI,VII, dan XIII, merupakan nisan yang menunjukan perkembangan popularitas , ini terlihat pada penggunaan, dan persebaran antar situs di Jakarta berdasar kronologisnya. Sedang untuk popularitas suatu tipe pada suatu situs, tertinggi ada pada tipe III pada masjid Kebon Jeruk (1786 M) dan tipe XIII (1761 M) yang mencapai tingkat 100%"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Wijaya
"ABSTRAK
Awal kedatangan Islam di Pulau Jawa belum di ketahui secara pasti, namun bukti budaya dari masyarakat Islam dapat diketahui melalui penemuan nisan di Leran, Gresik yang berangka tahun 475 H(1082 M). Merupakan nisan dengan angka tahun tertua. Hal ini menunjukkan kedatangan Islam di Pulau Jawa telah muncul sejak abad ke Xl M. Salah satu bukti keberadaan Islam yang sampai pada kita sekarang adalah makam-makam Islam kuno. Makam Islam di Indonesia biasanya berbentuk persegi panjang dengan arah lintang utara-selatan dan terdiri dari bangunan bawah yang dikenal dengan nama kijing atau jirat dan bangunan atas dengan nama nisan atau maesan dan cungkup.
Kata nisan menurut Damais (1957) berasal dari Bahasa Sansekerta niahisa yang artinya kerbau. Pendapat ini didasarkan kebiasan masyarakat prasejarah yang menegakkan batu semacam menhir dan pemotongan kerbau pada upacara kematian dan setelah upacara kematian itu selesai batu itu ditinggalkan. Nisan kubur di Indonesia diletakkan di alas jirat pada sudut puncak bagian utara-selatan, biasanya terbuat dari batu, kayu dan logam. Nisan di Indonesia, selain mendapat pengaruh lokal seperti masa prasejarah, Hindu-Buddha, juga mendapat pengaruh dari luar, seperti Gujarat, Cambay dan Persia, bahkan tidak mungkin ada beberapa nisan yang khusus diimport dilihat dari bahan dan gayanya. Nisan kubur dari sebuah makam dapat dijadikan data untuk mengetahui keberadaan Islam di suatu daerah dan merupakan artefak sebagai tanda dari orang yang dimakamkan.
Penelitian nisan di kompleks makam Kali Pasir, Tangerang bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap ciri-ciri bentuk dan motif hias yang ada di kompleks makam ini yang kemudian dilakukan tipologi. Setelah menghasilkan tipologi akan diketahui bentuk seperti apa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kali Pasir, Tangerang pada waktu. Selain itu juga untuk menunjukkan kekunoan dari nisan-nisan yang ada pada kompleks makam ini dilihat bentuk nisan karena nisan-nisan ini belum masuk benda cagar budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan pengumpulan data kepustakaan, dengan cara menyelusuri sumber-sumber tertulis tentang penelitian nisan. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pengumpulan data di lapangan, dilakukan dengan cara mengukur, mengambar dan memfoto nisan-nisan tersebut agar mendapatkan data yang akurat. Setelah semua data itu didapatkan dilakukan pengolahan data dengan cara melakukan klasifikasi taksonomi karena tujuan dan penelitian ini adalah pembentukkan tipe-tipe nisan di kompleks makam Kali Pasir, Tangerang.
Dari klasifikasi yang dilakukan dihasilkan bahwa pada kompleks makam Kali Pasir, Tangerang terdapat 6 tipe nisan yaitu tipe nisan AIBIC1 yang terdapat sebanyak 12 nisan dengan 3 variasi ragam hias, tipe AIB4C1 sebanyak 2 nisan dengan 2 variasi ragam hias, tipe A2B2C1 sebanyak sebanyak 3 nisan, tipe A2B2C2 sebanyak 7 nisan dengan 3 variasi ragam hias, tipe A2B3C1 sebanyak 5 nisan dengan 3 variasi dan tipe A2B3C2 sebanyak 8 nisan dengan 4 variasi. Dari tipe dan variasi nisan yang dihasilkan dapat diketahui bahwa tipe A1BIC1 didapatkan juga di daerah Banten Lama. Hal ini menunjukkan bahwa nisan-nisan di kompleks makam kali Pasir, Tangerang dari bentuknya memang menunjukkan bentuk-bentuk yang kuno dan itu bisa dimasukkan dalam benda cagar budaya, agar bisa dirawat dan dilindungi. Melihat kondisinya yang tidak terawat.

"
2001
S12022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Repelita Wahyu Oetomo
"ABSTRAK
Nisan di Barus selain terdiri dari berbagai tipe, pada nisan tersebut terdapat berbagai pahatan yang menghiasinya. Tipologi maupun pola hias dari nisan tersebut bersar kemungkinan memiliki makna-makna tertentu yang merupakan simbolisasi dari tokoh yang dimakamkan. salah satu pola hias yang cukup banyak didapati pada makam-makam di Barus adalah motif hias lampu gantung, hal ini dikaitkan dengan simbol dari tokoh yang dimakamkan, yaitu sebagai penerang dalam agama, seperti yang digambarkan dalam Surat An Nur ayat 35"
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>