Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutam, Between
Abstrak :
Latar belakang : Dari penelusuran kepustakaan diketahui belum banyak studi yang membahas mengenai nyeri punggung akibat kerja. Gangguan muskuloskeletal ini banyak dihubungkan dengan posisi kerja yang disebabkan regangan otot saraf. Banyak faktor lain berhubungan dengan nyeri punggung yang dikaitkan dengan terjadinya inflamasi sebagai mekanisme terjadinya nyeri punggung termasuk faktor pejamu, penyebab, dan lingkungan, Oleh karena itu perlu dilakukan kajian nyeri punggung dengan faktor faktor yang berhubungan tersebut. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan diagnosis nyeri punggung dan faktor yang berhubungan. Subjek penelitian dipilih secara random dari para pekerja bagian penjahitan di pabrik garmen PT X Gunung Putri Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk mencari variabel-variabel yang berhubungan dengan nyeri punggung, pengukuran antropometri untuk mendapatkan ukuran tinggi siku duduk, serta anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menetapkan diagnosis nyeri punggung. Hasil : Dari 150 subjek penelitian, didapatkan 80 orang (53,3%) dididagnosis nyeri punggung. Dari analisis didapatkan bahwa faktor-faktor determinan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri punggung adalah tinggi siku duduk, lama kerja, dan status perkawinan. Lama kerja > 5 tahun mempunyai resiko 7,3 kali lebih besar (OR=7,32;95%CI-3,19-16,52), tinggi siku duduk 3,60 kali (OR=3,60; 95%CI=1,54-8,40), menikah 4,12 kali (OR=4,12; 95% CI= 1,50-11,27) mempunyai risiko nyeri punggung. Walaupun status gizi mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik pada uji bivariat, tetapi tidak termasuk pada faktor determinan untuk terjadinya nyeri punggung. Umur, status pendidikan, ketersediaan SOP, dan kepernahan mengikuti pelatihan, tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan nyeri punggung. Kesimpulan : Prevalensi nyeri punggung pada pekerja wanita penjahit pakaian di PT X adalah 53,3%. Terjadinya nyeri punggung ini dikaitkan dengan posisi kerja lebih menunduk yang pada penelitian ini terlibat dari risiko untuk mendapatkan nyeri punggung pada pekerja dengan tinggi siku > 69 cm adalah 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tinggi siku duduk 69 cm. Oleh karena itu perlu penyesuaian tempat kerja dengan antropemetri pekerja, mutasi kerja bagi pekerja yang lama kerja > 5 tahun, perlu waktu relaksasi pada interval waktu kerja setiap 2 jam selama 5-10 menit.
Background: Literature search show that the study about occupational related back pain is limited. This musculoskeletal disorder commonly linked to the work position that causes static muscle strain. There are many other back pain related factors including host, agent, and environment that are referred to the inflammation as a mechanism of back pain. Therefore, it is necessary to look at back pain and such related factors at the workplace. Methods : This study used cross-sectional design to look at back pain and its related factors. The study subjects were randomly chosen from female workers in sewing department of garment factory X, Gunung Putri, Bogor. The collections of data were done by using questionnaire to obtain back pain related variables, anthropometrics measurement to obtain the height of elbow in silting position, and anamnesis and physical examinations to determine the diagnosis of back pain. Results : Of 150 study subjects, 80 workers (53.3%) were diagnosed back pain. The analysis found that the back pain related determinant factors are service length, the height of elbow in sitting position, and marital status. The female workers who have the length of service more than 5 years, 7.3 times more likely to get back pain than those who have the length of service up to 5 years (OR=7.32; 95%CI=3.19-16.52), For those who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm, tend to have 3.60 times more risk to get back pain than those who have it 69 cm or less (OR=3.60; 95%C1=1.54 - 8.40). In addition, married female workers have 4.12 times more risk to get back pain than those who were unmarried (OR =4.12: 95%CI=1.50-11.27). Conclusion : The prevalence of back pain among the female workers in the sewing department of garment factory X, Bogor is 53.3%. The mechanism of back pain is probably linked to the bent-down of workers neck during doing their work It is proved that the female workers who have the height of elbow in sitting position more than 69 cm got 3.6 more back pain risk than those who have it 69cm or less. Therefore, it is recommended to adjust the work position to the workers anthropometrics, to do mutation of work for those who have been worked more than 5 years, and to give workers time to take a rest for 5 to 10 minutes every 2-work hours.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pratama
Abstrak :
Latar belakang : Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan sindroma yang sering berhubungan dengan pekerjaan dan dapat menyebabkan kelainan muskuloskeletal. Penggantian alat transportasi dari sepeda ke sepeda motor pada pengantar surat (bagian delivery) mempunyai potensi untuk timbulnya penyakit akibat kerja yang berbeda. Belum adanya data prevalensi STK dan penelitian yang serupa pada bagian delivery inilah yang membuat penelitian ini dilakukan, sehingga faktor-faktor yang berhubungan dapat diketahui. Metode Penelitian : Desain penelitian adalah kros seksional, dan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2005. Populasinya adalah seluruh karyawan bagian delivery yang semuanya laki-laki, berjumlah 186 orang. Setelah dilakukan wawancara dengan kuesioner, lembaran observasi dan pemeriksaan fisik, data yang dianggap memenuhi kriteria inklusi ada 152 orang. Hasil Penelitian : Didapatkan prevalensi STK sebesar 18,42%. Dan analisis didapatkan faktor umur, pendidikan rendah (SD,SMP), status gizi berlebih (IMT>25,O), dan masa kerja di atas 15 tahun berhubungan dengan STK. Setelah dilakukan analisis multivariat, didapatkan hanya faktor umur diatas 40 tahun (OR= 6,392; CI- 1,846-22,137) dan IMT >25,0 (OR= 13,685; 4,816- 38,884) yang mempunyai hubungan bermakna dengan STK. Kesimpulan Prevalensi STK dibagian delivery PT ?PI? Jakarta , adalah sebesar 18,42%. Faktor umur dan status gizi berlebih mempunyai hubungan bermakna dengan STK sehingga pekerja dengan status gizi berlebih harus lebih waspada bila mendapatkan gejala- gejala STK.
Background : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is one of the most common problems among work related musculoskeletal disorders. The changes transportation from bike to motorcycle has different diseases. This study was to conduct to identify the relationship between CTS and other related factors. Methodology : The research design was cross sectional, and the subjects were total sample (186 persons). The data was collected by interview, measuring body weight and height measure, physical examination and observation for repetitive movement. The number of samples examined was 152 persons. Result : The Prevalence of CTS was 18,42%. Analysis was done about several risk factors related to CTS such as age, low education, Body Mass Index (BMI) and work more than 15 years. The final results from analysis showed that there were only two variables significant and have relationship with CTS. The 40 years old and more is 6,392 more risk to get CTS than the age below (OR= 6,392; 95%CI= I, 846-22,137) and overweight employee is 13,685 more risk to get CTS than the normal and underweight. Conclusion : Prevalence of CTS in the workers who delivery letter by motorcycle were 18,42%. The risk factors who have relationship and significant with CTS were age over 40 years and overweight (BMI>25,0).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Kusumawardani
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas analisis faktor risiko ergonomi dan keluhan musculoskeletal disorder di PT X tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain cross sectional. Dari penilaian risiko ergonomi dengan mengunakan metode Quick Exposure Checklist (QEC) didapatkan pekerjaan menggunakan komputer di office termasuk ke dalam level 3 atau risiko tinggi dan pekerjaan manual di workshop dan di warehouse termasuk ke dalam level 4 atau risiko sangat tinggi. Postur janggal yang terbentuk saat melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh disain workstation dimana dari hasil pengukuran diketahui beberapa workstation pada masing-masing area kerja belum sesuai. Hasil survey Nordic Body Map (NBM) menunjukan sebanyak 88,4% responden memiliki keluhan MSDs dengan persentase area kerja yang mengalami keluhan tertinggi pada area warehouse 100%, area workshop 94,4%, dan area office 83,7%. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan MSDs pada area office adalah pada bagian pinggang 48,8%, leher bagian atas 46,5%, bahu kanan 30,2%, dan bahu kiri 27,9%, pada area workshop adalah pada bagian pinggang 50%, leher atas 50%, punggung 38,8% dan pinggul 38,8%, dan pada area warehouse adalah pada bagian pinggang 50%, leher atas 50%, punggung 38,8% dan pinggul 38,8%. Disarankan adanya perbaikan disain workstation dan program edukasi kesehatan kerja terkait ergonomi.
ABSTRACT
This study discuss the analysis of ergonomic risk factors and musculoskeletal disorder complaints in X company at the year of 2016. this research is a quantitative research with cross sectional design method. From the ergonomic risk assessment using Quick Exposure Checklist (QEC) the result is indicate that works in the office that uses computers is included in level 3 or high risk category and manual work at the workshop is included to a level 4 or very high risk category. Awkward working posture that adopted by the worker is influenced by the design of the workstation that the result of workstation measurement shows several workstation in each working area is not appropriate. The survey result of Nordic Body Map (NBM) shows that 88.4% respondent have a complaint about MSDs which the highest percentage of complaints lies at the warehouse area with 100% complaints rate, while in the workshop the percentage of complaint is 94.4% and office area 83.7%. The part of body with the highest complaint of MSDs of office worker is waist (48.8%), upper neck (46.5%), right shoulder (30.4%), and left shoulder (27.9%), and for the workshop worker the highest complaint of MSDs is on waist (50%), upper neck (50%), upper back (38.8%), and hip (38.8%), and for the werehouse worker the highest complaint of MSDs is on waist (50%), upper neck (50%), upper back (38.8%), and hip (38.8%). Suggested of improvement in workstation design and education regarding occupational health in ergonomics.
2016
S65561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieta Febriyanti
Abstrak :
Penggunaan Komputer ternyata dapat menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan khususnya masalah ergonomi baik akibat disain tempat kerja (workstation) yang buruk maupun postur janggal yang ditimbulkan. Efek dari penggunaan komputer sebagai suatu alat kerja dapat menyebabkan apa yang disebut dengan cummulative trauma disorder (CTD). Cummulative Trauma Disorder adalah salah satu bagian dari Musculoskeletal Disorder (MSDs) yang menimpa alat gerak bagian atas dan merupakan gangguan saraf yang terhalus dikarenakan penggunaannya yang berulang-ulang. Kantor pusat PT Saptaindra Sejati (SIS) merupakan area dimana karyawan mayoritas bekerja dengan menggunakan komputer. Karyawan bagian administrasi menggunakan komputer > 5 jam/ hari lebih lama dibandingkan dengan bagian lain. Selain itu mereka memiliki berbagai tugas, antara lain mengetik, menulis, melakukan foto kopi dan mencetak, serta melakukan penyimpanan data (filing data). Tugas-tugas yang mereka lakukan memiliki durasi yang tidak sebentar, dilakukan berulangulang dan rutin setiap hari kerja dengan postur kerja yang janggal. Hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya gangguan Cummulative Trauma Disorde (CTD). Jika tidak ditanggulangi dapat mengancam penurunan produktivitas kerja akibat cidera. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor risiko CTD karyawan bagian Administrasi berdasarkan penilaian postur dengan menggunakan RULA dan penilaian berdasarkan keluhan subjektif pekerja. Objek penelitian adalah karyawan bagian administrasi yang ada di kantor pusat PT. Saptaindra Sejati. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan desain studi cross sectiona. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli tahun 2008, dengan mengambil data primer melalui pengukuran, observasi, wawancara dan kuesioner Berdasarkan hasil Penelitian, nilai akhir RULA tertinggi terdapat pada aktivitas mengetik dengan nilai 6 atau termasuk ke dalam postur dengan tingkat risiko tinggi. Mengetik merupakan aktivitas karyawan dengan persentase tertinggi yaitu 61,7 % setiap harinya dengan durasi pekerjaan rata-rata 5.23 jam per hari, sehingga pekerjaan mengetik lebih berisiko terhadap terjadi CTD. Gambaran karakteristik pekerja antara lain jumlah responden berjumlah 12 orang, 67% responden berusia kurang dari 30 tahun, 50% responden berjenis kelamin laki-laki, mayoritas responden memiliki masa kerja < 1 tahun yaitu sebanyak 7 orang (58.3 %). Gambaran tingkat keluhan yang dirasakan oleh karyawan bagian administrasi PT. SIS antara lain 10 orang responden (83.3%) merasakan ketidaknyamanan /keluhan pada otot dan tulang. Dominasi keluhan terdapat pada bagian tubuh di wilayah leher (14.3%), bagian bahu dan punggung bagian bawah (11.4 %) serta punggung bagian atas dan pergelangan tangan dikeluhkan oleh 7 orang (10%) responden. Jenis keluhan terbanyak adalah pegal-pegal dengan 51 keluhan (58% dari jenis keluhan), 48 keluhan (68.6 %) memiliki risiko rendah.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Dwi Puji
Abstrak :
Berdasarkan data Health and Safety Executive (HSE) pada tahun 2016 terdapat 507.000 pekerja yang menderita gangguan otot rangka. Berdasarkan data HSE, industri konstruksi merupakan salah satu dari tiga jenis industri dengan tingkat gangguan otot rangka tertinggi periode tahun 2014 - 2016. Salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dan kecacatan pekerja di negara negara maju dan berkembang adalah gangguan otot rangka. Peneitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko dan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja proyek Konstruksi Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Depo Jatimulya tahun 202. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus – Desember 2021 dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data faktor lingkungan, psikososial dan individu diambil menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Ramdhan (2021). Data postur kerja diambil menggunakan menggunakan metode ergonomic risk assesment REBA (Rapid Entire Body Assesment). Data keluhan gangguan otot rangka menggunakan Nordic Body Map dengan mengambil batasan bahwa keluhan gangguan otot rangka yang terjadi dialami dalam tujuh hari terakhir. Data kemudian dianalisis dengan uji statistik chi square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 71,9% responden merasakan adanya keluhan gangguan otot rangka dan 28,1% responden tidak merasakan adanya keluhan gangguan otot rangka. Dari penelitian ini juga diketahui terdapat hubungan antara postur kerja (OR = 2,372), tuntutan kerja (OR=3,273), stress kerja (OR=3,452), kepuasan kerja (OR=6,741) dan dukungan sosial (OR=2765) dengan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja (p<0,05). Sedangkan faktor lingkungan (temperature), faktor individu (umur, lama kerja, konsumsi rokok dan indeks masa tubuh) diketahui tidak memiliki hubungan dengan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja (p>0,05). ......Based on data from the Health and Safety Executive (HSE) in 2016, there were 507,000 workers suffering from musculoskeletal disorder. Based on HSE data, the construction industry is one of the three types of industries with the highest level of musculoskeletal disorder in the period 2014 - 2016. One of the main causes of work accidents and worker disability in developed and developing countries is musculoskeletal disorder. This study aims to analyze the risk factors and complaints of musculoskeletal disorder in workers of the Jabodebek LRT Infrastructure Development Project Depo Jatimulya in 202. This study is a quantitative study with a cross sectional study design conducted in August – December 2021 using primary and secondary data. secondary. Data on environmental, psychosocial and individual factors were taken using a questionnaire developed by Ramdhan (2021). Work posture data was taken using the REBA (Rapid Entire Body Assessment) ergonomic risk assessment method. The data on complaints of skeletal muscle disorders uses the Nordic Body Map by taking the limitation that complaints of skeletal muscle disorders that have occurred have been experienced in the last seven days. The data were then analyzed by chi square statistical test. The results of the study showed that 71.9% of respondents felt complaints of skeletal muscle disorders and 28.1% of respondents did not feel any complaints of skeletal muscle disorders. From this study, it is also known that there is a relationship between work posture (OR = 2,372), work demands (OR = 3,273), job stress (OR = 3,452), job satisfaction (OR = 6.741) and social support (OR = 2765) with complaints of disorders. skeletal muscle in workers (p<0.05). Meanwhile, environmental factors (temperature), individual factors (age, length of work, cigarette consumption and body mass index) are known to have no relationship with complaints of skeletal muscle disorders in workers (p>0.05).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Ramadani
Abstrak :
Konstruksi merupakan salah satu sektor yang berisiko untuk terjadinya gangguan otot rangka. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka pada pekerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2019 dengan melibatkan 177 pekerja di proyek X. Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah cross sectional dengan menggunakan lembar observasi QEC, kombinasi kuisioner psikososial, NMQ, dan lux meter. Variabel independen dalam penelitian ini, antara lain faktor risiko individu, lingkungan, fisik dan psikososial. Hasil penelitian pada faktor risiko individu menunjukkan adanya hubungan signifikan antara jenis pekerjaan dan status merokok dengan gejala gangguan otot rangka pada punggung bawah, serta adanya hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan, indeks massa tubuh dan status merokok dengan gejala gangguan otot rangka pada lutut. Hasil penelitian pada faktor risiko fisik ditemukannya hubungan yang signifikan pada faktor risiko sangat tinggi pada punggung dan bahu dengan gejala gangguan otot rangka pada punggung, serta faktor risiko tinggi dan sangat tinggi pada bahu dengan gejala gangguan otot rangka pada lutut. Sedangkan untuk faktor psikososial tidak ditemukannya hubungan yang signifikan dengan gangguan otot rangka. Oleh karena itu diperlukannya pengendalian dan intervensi lebih lanjut khususnya untuk faktor risiko fisik. 
Construction is one of the sectors that has the risk of musculoskeletal disorders. The aim of this study was to analyze the risk factors of musculoskeletal disorder symptoms in construction workers. This research was conducted on March until June 2019, involving 177 workers at X project. The design of this study was cross sectional with QEC observation assessment, the combination of psychosocial questionnaire and lux meter. The independent variables of this study were the individual risk factors, environmental factors, physical factors and psychosocial factors. The results of this study on individual risk factors showed that there were significant associations between type of work and smoking status with musculoskeletal disorder symptoms of the low back, as well as between type of work, body mass index and smoking status with musculoskeletal disorder of the knee. The results of this study on physical factors showed that there were significant associations between high risk of physical factor at low back and shoulder with musculoskeletal disorder symptoms of the low back, as well as high and very high risk factors in the shoulder with symptoms of skeletal musculoskeletal disorder of the knee. There was no significant relation between psychosocial factor with musculoskeletal disorder symptoms. Therefore, control and intervention, especially for physical factor are needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Gangguan muskuloskeletal merupakan isu global dalam profesi kedokteran gigi. Penelitian ini mengevaluasi postur kerja para mahasiswa/i yang berisiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal di masa datang pada tindakan pembersihan karang gigi dengan posisi duduk. Hasil evaluasi dengan pendekatan virtual environment menunjukkan bahwa kondisi aktual memiliki risiko muskuloskeletal untuk tubuh bagian atas, yaitu leher, bahu dan punggung. Simulasi virtual environment yang mengacu pada postur kerja duduk ideal menunjukkan tindakan pembersihan karang gigi yang ergonomis dapat dilakukan dengan sudut sandaran dental unit 15°. Dalam menangani kuadran 1 dan 4 digunakan posisi kerja jam 9, sedangkan pada kuadran 2 dan 3 digunakan posisi jam 11. ......Musculoskeletal disorders (MSDs) are global issues in the dental profession. This research evaluated the MSDs risk caused by the sitting working posture of clinical students performing the task of scaling. The evaluation using the virtual environment approach shows risk of MSDs in the students upper extremities such as neck, shoulder, and trunk. Further simulation based on the ideal sitting working posture shows that ergonomic scaling could be achieved when the patient sits at a 15° angle. When scaling the 1st and 4th quadrant of the teeth, the 9 o?clock position is used. Hence, the 11 o'clock position is used when scaling the 2nd and 3rd quadrant.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ulfah
Abstrak :
Kelainan otot rangka merupakan gangguan fungsi otot, tendon, saraf, pembuluh darah, tulang dan ligamen yang biasa diderita oleh pekerja dengan aktivitas kerja menggunakan kekuatan otot, seperti pekerja laundry. Penelitian ini bertujuan mengetahui sikap kerja pekerja laundry dan hubungan dengan risiko musculoskeletal disorders di Kecamatan Purwokerto Utara. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan kriteria inklusi responden bekerja hanya pada satu bagian kerja tertentu dari laundry, tidak memiliki keterbatasan komunikasi dan kriteria eksklusi responden keluar dari pekerjaan dan tidak bersedia dijadikan responden. Sampel sebanyak 150 orang dengan kuota masing-masing bagian diambil sebagai sampel sebanyak 30 orang, meliputi bagian penimbangan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengemasan. Penelitian menemukan sikap kerja yang berhubungan dengan risiko kelainan otot rangka adalah pada bagian pencucian (nilai p = 0,014, nilai p < 0,05). Sedangkan sikap kerja bagian penimbangan (nilai p = 0,77), pengeringan (nilai p = 0,257), penyetrikaan (nilai p = 0,109) dan pengemasan (nilai p =0,370) tidak berhubungan dengan risiko MSDs (nilai p > 0,05). Hanya sikap kerja pada bagian pencucian yang berisiko menimbulkan MSDs, sehingga perlu dilakukan intervensi berupa pelatihan sikap kerja mencuci yang benar. ......Musculoskeletal disorders (MSDs) are disorders of muscle function, tendons, nerves, blood vessels, bones and ligaments that usually occur in workers with work activities using muscle power, such as laundry workers. The study aimed to determine the attitude of the working relationship with the risk of MSDs in the Nothren Purwokerto district. Type cross-sectional study with a quantitative approach. The sampling technique using quota sampling with inclusion criteria of the respondents worked only on one particular part of the laundry work, they do not have any communication limitations and exclusion criteria respondents out of work and not willing to be the respondent. Based on these criteria obtained a sample of 150 people with a quota of each section is taken as a sample of 30 people, which is part of the weighing, washing, drying, ironing and packing. The results showed that the attitude of work-related MSDs are at the risk of leaching (p value= 0.014, p< 0.05). While the attitude of the weighing part employment (p= 0.77), drying (p= 0.257), ironing (p= 0.109), and packaging (p= 0.370) was not associated with risk of MSDs, because the value of p> 0.05. So it is concluded that only work attitude on the part pose a risk of MSDs washing. Therefore, it is necessary to intervene in the form of job training wash right attitude.
Universitas Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hafzoh Batubara
Abstrak :
This research was conducted at P.T. “ED” Aluminium, Yogyakarta, an industrial aluminum foundry that produces manually operated cooking appliances. The workers complain of muscle pain and fatigue, and of always having to pursue production targets in order to fulfill goods shipment deadlines. Also evident was the unergonomic work system, where the liquid aluminum was often spilled due to workers having to adopt an unnatural work posture when pouring the liquid aluminum into molds. Therefore, the researchers’ aims were to improve the operator’s working posture, reduce the workload, eradicate musculoskeletal complaints, improve time efficiency, and increase productivity by redesigning the liquid aluminum pouring tools using an integrated participatory ergonomics method combined with an appropriate technology (AT) concept. Furthermore, ergonomics intervention was conducted in the redesigning of the pouring tools. The result was an ergonomic liquid aluminum pouring tool. The ergonomics intervention results from use of the newly designed pouring tools allowed for a more natural working posture, improvement in the workload category from heavy to medium, a 26.13% reduction of the workload, and a 19.64% reduction in musculoskeletal disorders. Time efficiency increased by 25.81%, and productivity increased by 26.60%.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>