Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
Akhlan Hudha Wijaya
Abstrak :
PDRB dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan tren yang positif. Salah satu cara penentuan nilai PDRB adalah dengan menggunakan pendekatan penambahan nilai output melalui fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi, output ditentukan oleh tenaga kerja dan modal. Salah satu input produksi adalah tenaga kerja yang permintaannya dipengaruhi oleh upah. Dengan adanya dua tipe tenaga kerja yaitu high skilled dan low skilled, terdapat perbedaan dimana upah low skilled ditentukan dengan adanya intervensi pemerintah salah satunya melalui upah minimum provinsi. Dengan menggunakan data panel 33 provinsi selama 2008-2012 dengan metode fixed effect diperoleh hasil bahwa upah minimum berpengaruh secara positif pada PDRB total dan mayoritas PDRB sektoral.
......
One way in determining the value of GDRP is by measuring value added of output with the production function. Based on the production function, output is determined by labor and capital. The demand of labor as input of production is influenced by wages. With the existence of two types of labor; high skilled labor and low skilled, there are differences in determining the wage of those labor. Most of low skilled worker’s wage are determined by one government intervention through the provincial minimum wage. Using the panel data of 33 provinces during 2008-2012 with fixed effect model, this research finds that the minimum wage affects positively on total and majority of sectoral GDRP.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55553
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jakarta: Sinar Grafika, 1997
331 PER (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Surya Tjandra
Abstrak :
Issue of minimum wage in local region of Indonesia.
Jakarta: Trade Union Right Centre, 2007
344.01 SUR a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Moh Yuda Sudawan
Abstrak :
ABSTRAK
Adanya kebijakan penangguhan upah telah melahirkan suatu ketidakpastian
hukum, dimana Upah Minimum sebagai safety net yang ditetapkan pemerintah
menjadi tidak pasti karena dimungkinkan untuk menyimpangi ketentuan tersebut.
Dampak terhadap penetapan upah minimum tersebut biasanya dialami oleh
pekerja/buruh dan pengusaha. Pekerja/buruh menganggap bahwa besaran UMP
yang ditetapkan Gubernur terlalu kecil sehingga tidak mencukupi kebutuhan
hidup mereka. Tak jarang mereka melakukan usaha-usaha seperti mogok kerja
atau unjuk rasa agar Gubernur meninjau ulang besaran upah minimum. Di sisi
lain, banyak pengusaha menganggap UMP tersebut terlalu tinggi. Sehingga,
kesulitan untuk membayarnya. Namun, ada upaya lain yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi beban pengusaha tersebut, yaitu pengusaha dapat
mengajukan permohonan penangguhan kepada Gubernur sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.231/MEN/2003
tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
Dalam putusan PTUN Jakarta Nomor 62/G/2013/PTUN-JKT dan Putusan
Banding No. 10/B/2014/PT.TUN.JKT, terkait lingkup perburuhan, pengaturan
mengenai penangguhan UMP masih perlu ditinjau ulang, khususnya terkait batas
waktu kelengkapan berkas dalam mekanisme pengajuan penangguhan UMP.
Dalam hal kesepakatan antara pengusaha dengan serikat/pekerja sebagai
prasayarat kerap dilalui dengan upaya intimidasi yang dilakukan oleh pengusaha
yang bertentangan dengan hukum. Ada terobosan yang dikeluarkankan majelis
hakim. Salah satunya, serikat pekerja dianggap sebagai subjek hukum yang dapat
menggugat ke PTUN.
Penyelesaian hukum terhadap pembatalan penangguhan upah minimum, selain
memberikan kepastian hukum terhadap kelompok buruh/pekerja, juga
menimbulkan konsekuensi lain dan bentuk penyelesaian konsekuensi tersebut
akan melalui proses di Pengadilan Hubungan Industrial apabila pihak perusahaan
yang dinyatakan batal keputusan pelaksanaan penangguhan upah tidak
menjalankan kewajibannya yaitu untuk membayarkan upah sebesar UMP di tahun
2013
ABSTRACT
The policy for wage suspension bring out a legal insecuties, whereas the
minimum wage that sould act as a safety net set by the government becomes
uncertain because it is possible to rule out those law. The effect of minimum wage
act usually affect worker/labourer and business owner. Worker/labourer are
assuming that the amount of Provincial Minimum Wage (PMW) that set by
governor is too low comparing the cost of living they regularly spent. It is not
infrequently they make efforts to protest those such as act of strikes or
demonstrationsso that the Governor can review the amount of minimum wage. On
the other hand, many business owner considering that the PMW is too high and
that makes it hard to cover.But there is still a way to anticipate the business owner
load such as apply a suspension request addressed to the Governor in accordance
with the Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.231/MEN/2003 on Procedures for the Suspension of Minimum Wage
Implementation.
In a Jakarta Civil Court of Justice (PTUN) judgment No. 62/G/2013/PTUN-JKT
and its appeal on No. 10/B/2014/PT.TUN.JKT related to the scope of labor,
regulation for PMW suspension is still in need of reviewing, specifically on the
deadline for submission of the complete file in the mechanism of PMW
suspension. In the case of illegal business owner intimidation that often found on
worker/labour union and business owner agreement as a prerequisite, a
breakhtrough are issued by the judges, such as labour union is now considered as
a legal subject that have right to file a suit to PTUN.
Legal settlement against Suspension of Minimum Wage Implementation, not only
giving a legal security for worker/labour but also gives another consequencies and
those consequency settlement will be processed in Industrial Relations Court if
the business owner is declared void to cancel the suspension of minimum wage
implementation if business owner is not perform their duties to pay the
worker/labour wage according to PMW in 2013.
2016
T46179
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Avianita Anandhari
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai penetapan upah minimum melalui studi banding antara Indonesia, Australia dan Filipina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penetapan upah minimum diatur di Indonesia, Australia dan Filipina melalui berbagai peraturan perundang-undangan upah minimum dan membandingkannya berdasarkan beberapa aspek. Penelitian ini adalah yuridis-normatif dimana data sekunder akan dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan mengenai upah minimum di Indonesia cukup komprehensif, meskipun melalui perbandingan dengan Australia dan Filipina menunjukkan peraturan upah minimum di Indonesia dapat ditingkatkan berdasarkan aspek subjek, jenis, prosedur, dasar hukum, pengecualian dan pihak yang terlibat.
The focus of this undergraduate thesis to discuss regarding minimum wage fixing through a comparative study between Indonesia, Australia and Philippines. The objective of this research is to identify how minimum wage fixing is regulated in Indonesia, Australia and Philippines through various minimum wage legislations and compare it based on several aspects. This research is a qualitative research in a form of juridical normative. The result of this research shows that minimum wage in Indonesia is quite comprehensively regulated, although through the comparison with Australia and Philippines it shows minimum wage regulations can be improved based on the aspects of subjects, types, procedure, legal basis, exceptions and parties.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64321
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Diah Widarti
Jakarta: International Labour Office, 2006
331.215 DIA r
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Saget, Catherine
Geneva: International Labour Office, 2006
331.215 SAG f
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andri Yudhi Supriadi
Abstrak :
Laju pertumbuhan penduduk dunia, khususnya yang terjadi di negara-negara berkembang, tumbuh dengan begitu cepat. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap penduduk dunia. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada awal kemerdekaan tahun 1945 tercatat sebanyak 73,34 juta orang dan pada tahun 2004 telah mencapai kurang lebih sekitar 225 juta orang atau naik sekitar 206,7 persen dengan rata-rata tingkat pertumbuhan per tahun mencapai 3,5 persen.
Walaupun laju pertumbuhan penduduk di Indonesia telah mengalami penurunan dari 2,34% pada tahun 1970-an menjadi 1,96% pada tahun 1980-an dan 1,66% pada tahun 1990-an; serta pertumbuhan penduduk diperkirakan akan menurun terus menjadi sekitar 261 juta jiwa pada tahun 2025; namun jumlah penduduk Indonesia secara absolut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Bertambahnya jumlah penduduk secara absolut tentunya akan berdampak pada jumlah angkatan kerja di Indonesia.
Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS, pada tahun 2004 di Indonesia terdapat sebanyak 153,9 juta orang penduduk usia kerja dimana 67,5% diantaranya adalah angkatan kerja atau sekitar 104,0 juta orang dan sebagian besar berpendidikan rendah serta tidak terampil.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18718
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Teuku Bastari
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan menggunakan Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS5) untuk menyusun data panel tahun 2013 dan 2014, penelitian ini menganalisis apakah perubahan upah minimum mempengaruhi pekerjaan dan pendidikan untuk remaja berusia 15-19 tahun di Indonesia. Tiga spesifikasi yang berbeda untuk pengukuran upah minimum dengan pendekatan Difference-in-Difference, serta lagged effect dari upah minimum untuk pendekatan Fixed-Effects digunakan sebagai upaya untuk membandingkan hasil dari dua pendekatan ini. Pendekatan Difference-in-Difference dengan fraction below dan Fixed-Effects dengan upah minimum relatif satu tahun lag merupakan spesifikasi yang lebih disukai karena pertimbangan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya kepatuhan terhadap peraturan upah minimum di Indonesia. Hasil estimasi menemukan efek pengangguran dari upah minimum, serta tidak ada bukti bahwa siswa memilih putus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan upah minimum atau mengganti non-siswa di pasar tenaga kerja. Dampak pengangguran ini menunjukkan upah minimum yang somewhat-binding, meskipun adanya ketidakpatuhan. Temuan ini menunjukkan bahwa remaja yang tidak bekerja berkontribusi terhadap meningkatnya proporsi remaja yang tidak bekerja dan tidak sekolah setelah kenaikan upah minimum.
ABSTRACT
Using the Indonesia Family Life Survey 5 (IFLS5) survey for constructing 2013 and 2014 panel data, this study analyzed whether changes in the minimum wage affect employment and school enrollment for teenagers aged 15-19 years in Indonesia. Three different specifications for the minimum wage measurement in the Difference-in-Difference estimates, and a lagged effect of minimum wage in the Fixed-Effects estimates are employed in an attempt to reconcile the results of the two approaches. The Difference-in-Difference approach with fraction below and Fixed-Effects approach with a one-year lag relative minimum wage are the preferred specifications because the main consideration in this study is the low compliance with minimum wage laws in Indonesia. The estimates found a disemployment effect and no evidence that students drop out of school to queue for minimum-wage jobs or substitute for non-students in the labor market. The dis-employment effect indicates a somewhat-binding minimum wage, in spite of non-compliance. These findings suggest that the dis-employed teenagers contribute to the increases proportion of teenagers becoming idle after a minimum wage increase.
2018
T52082
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adib Bahari
Abstrak :
Penelitian ini membahas determinan kebijakan penetapan upah minimum kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Kebutuhan Hidup Layak (KHL), PDRB, pengangguran, tingkat kepadatan penduduk, jumlah angkatan kerja berpendidikan SMA terhadap penetapan nilai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan menganalisis kebijakan publik Gubernur dalam rangka penetapan upah minimum Kabupaten/Kota. Metodologi penelitian ini secara kuantitatif dilakukan dengan model ekonometrika regresi data panel metode estimasi Random Effect menggunakan bantuan software Stata versi 13. Penelitian kualitatif dengan metode pengamatan dan wawancara mendalam. Hasil analisis menunjukkan secara statistik Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat angkatan kerja berpendidikan minimal SMA terbukti signifikan dan positif mempengaruhi kebijakan penentuan Upah Minimium Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Adapun pengangguran dan kepadatan penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan upah minimum. Kebijakan upah minimum dipengaruhi oleh kepemimpinan gubernur. Kabupaten/kota yang berdekatan secara geografis cenderung mempunyai tingkat range nilai upah minimum yang sama.
......This study discusses the minimum wage fixing policy determinants for regencies/cities in Central Java Province. The purpose of this study was to determine the effect of Living Needs, GDP, unemployment, population density, the level of at least high school educated work force against the determination of the value of the Minimum Wages Regency/City and analyze the public policy of Governors in the context of minimum wage fixing. The quantitative research methodology conducted by econometric panel data regression (Random Effects estimation methods) using statistical software Stata version 13. Qualitative research methods using observation and in-depth interviews. The analysis showed statistically that the Living Needs, GDP, the level of at least high school educated work force proved significant and positively affect the determination of minimium wages policy. As for the unemployment and population density has a significant influence and negative to the minimum wage. Minimum wage policy influenced by governor leadership. Districts/cities that are geographically contiguous, tend to have same minimum wages range.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library