Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harris, James C.
New York: Oxford University Press, 2006
616.858 8 HAR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Guilford Press, 1986
616.86 PSY
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Payne, James S.
London: Charles Merrill Publishing, 1981
616.858 8 PAY m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Jusmitasari
Abstrak :
Remaja mengalami berbagai perubahan dan perkembangan demikian juga remaja tunagrahita. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku seksual remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 105 remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian ini mendapatkan 69,5% remaja tunagrahita berperilaku seksual berisiko. Reponden remaja tunagrahita yang memiliki perilaku seksual berisiko lebih besar pada : remaja perempuan (91,7%), remaja dengan tingkat pengetahuan tinggi (74,5%), remaja bersikap tidak permisif (77,6%), remaja yang tidak terpapar media pornografi (85,7%), remaja yang terpapar materi pornografi melalui media elektronik (48%), remaja yang terpapar materi pornografi dengan frekuensi jarang (56,3%), remaja tidak berpengaruh teman sebaya (78,4%), remaja dengan perilaku seksual berisiko tidak pernah diberikan informasi topik kesehatan reproduksi oleh orangtua (72%). Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik orang tua, dinas pendidikan dasar, sekolah, dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan remaja tunagrahita agar remaja dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.
Adolescent experiencing many changes and developments as well as adolescent mental retardation. This study aims to know the description adolescent sexual behavior SMALB and SMPLB mental retardation in East Jakarta in 2013. This study was conducted using a cross-sectional study, sample of 105 adolescents with mental retardation in SMPLB and SMALB East Jakarta. Collecting data directly from respondents interviewed using a questioner. Results of this study 69.5% of adolescent mental retardation get risky sexual behavior. Mental retardation adolescent respondents who have a greater sexual risk behavior on: adolescent girls (91.7%), adolescents with a high level of knowledge (74.5%), adolescents being so permissive (77.6%), adolescents are not exposed to pornographic media (85.7%), adolescents are exposed to pornographic material through electronic media (48%), adolescents are exposed to pornographic material with uncommon frequency (56.3%), had no effect teen peers (78.4%), adolescents parents (72%). The need for intensive treatment of all parties, both parents, basic education department, schools, health services in the health services for teens teen mental retardation may be responsible for reproductive health.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Ifana Fasli
Abstrak :
Tugas akhir ini membahas mengenaj penerapan modiiikasi perilaku dengan metode positive reinforcement dalam melatih ketrampilan minum menggunakan sedotan pada anak dengan gangguan keterbelakangan mental berat. Tujuan dari intcrvcnsi ini adalah rneningkatkan iickuensi minum mcnggunakan sedotan. Penerapan modifikasi perilaku yang bcrhasil diiakukan sebanyak delapan sesi dalam waktu delapan had. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode positive reinfzrcement cukup efektif dalam melatih perilaku minum menggunakan sedotan pada anak dengan gangguan keterbelakaugan mental berat. ......This final exam discusses the implementation of behavior moditication, especially positive reinforcement method in training straw-drinking skill for children with severe mental retardation. The objective of this intervention was to increase the frequency of sucking in straw-drinking. The intervention of behavior modification was implemented in eight sessions during eight days. This research showed that the positive reinforcement method was effective in training straw-drinking skill for children with severe mental retardation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34089
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suparyono
Abstrak :
Anak penyandang keterbelakangan mental sedang dapat dilatih membaca kata-kata yang merupakan petunjuk atau tanda-tanda di lingkungan kehidupannya. Membaca mempakan kegiatan menginterpretasikan huruf-huru£ Membaca diawali dengan penguasaan keterampilan pra-membaca dan pengenalan hmuil Untuk melatih meningkatkan kemampuan xnembaca pada anak penyandang keterbelakangan mental sedaug digunakan program pengajaran individual (PPI) dengan teknik Applied Behavior Anabfsls (ABA). PPI ini diberikan secara bertahap kepada A, seorang penyandang keterbelakangan mental sedang berusia 10 tahun 6 bulan yang belum bisa membaca. Tahapan intervensi yang terdapat dalam program adalah pertemuan pertama hingga ketiga: pengenalan ukuran, berat, letak, arab, bentuk, wama dan pemasangau obyek-obyek yang sama, pertemuan keempat hingga keenam: pengenalan humf vokal. Program ini akan dilanjutkan oleh orang tua subyek. Evaluasi program dilakukan setiap akhir tahap. Kesimpulan program intervensi ini adalah terdapat peningkatan kemampuan keterampilan pra-membaca pengenalan huruf vokal untuk anak yang mengalami keterbelakaoan mental sedang melalui teknik ABA. ......Children withmoderate mental remrdation cotddbenainedtoreadwordsand signs in their environment. Reading is a meaningful interpretation printed dan written verbal symbols. Early reading started with mastering of pre-reading skills and an introduction to identiiication of alphabets. The intervention program was based on Individualized Education Program (IEP) which would be used in Applied Behavior Analysis (ABA). This program is given to A, an ID years old boy with moderate mental retardation, who is not capable of reading, The aim of the intervention program was to help A improve his pre-reading skills. These programmes consisted of two sessions with two stages. One of early sessions were baseline sessions and the rest were interventions sessions. Interventions were given through stages. The intervention stages in this programme were stage one: the introduction of concepts pre-reading included size, weight, position, direction, shape, colour and matching the same objects. Stage two introduced identification of vowels. Additional intervention was given to a parent. Evaluations were given at the end of every stage. Overall, the conclusion showed improvement in pre-reading skills, in the recognition of vowels with ABA method.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34103
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Linda Megawati Habeahan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang pengetahuan, persepsi dan sikap guru tentang perilaku seksual remaja tunagrahita di SLB C Asih Budi II Jakarta Timur Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Rapid Assessement Procedures. Total informan adalah 9 orang dengan informan kunci 3 orang. Pada penelitian ini diperoleh bahwa rendahnya pengetahuan guru disebabkan oleh minimnya sumber informasi yang diperoleh. Persepsi guru kurang baik karena rendahnya pengetahuan tentang persoalan- persoalan perilaku seksual pada remaja tunagrahita. Sikap guru adalah ketidaksetujuan remaja tunagrahita mengekspresikan hasrat seksualnya dalam bentuk perilaku seksual, hal ini disebabkan guru- guru tidak menyadari akan keterbatasan pengetahuan
ABSTRACT
The study aims of this was to obtain in-depth information about knowledge, perceptions and attitudes of teachers about adolescent sexual behavior in mental retardation Budi Asih SLB C II East Jakarta in 2013. This study used qualitative methods with Rapid Assessement Procedures. Total informants are 9 people with key informants as 3 people. In this study showed that the lack of knowledge of teacher's due to lack of resources obtained. Perceptions is not good because the teacher’s lack of knowledge about the issue of sexual behaviour in adolescent mental retardation. The attitudes of the teacher is to express disapproval of adolescent mental retardation sexual desires in the form of sexual behavior, it is because the teachers are not aware of the limitations of knowledge.
2014
S54572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoboken, New Jersey: John Wiley, 2007
362.204 25 SOC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Abdini
Abstrak :
Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa perkembangan (Grossman, dalam Kauflinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anal; seperti bantu diri dan kernarnpuan sosial (Mash & Wolfe, 2005). Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi mental ringan, netardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa telcnik modifikasi perilaku sangat coook dan dapat diaplikasikan untuk mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri seperti berpakaian, makan dan kebexsihan pn`badi (Martin dan Pear, 2003). Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental ringan bCI'l1Si3 4 tahun I bulan, untuk memiliki kewrampilan bantu diri dalam hal berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan subjek untuk menggunakan celana dalam. Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tclmik backward chainin. Backward chaining sesuai tmtuk meningkatkan keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining merupalcan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek merniliki kemampuan terbatas mengenai suatu perilalcu (Miltenberger, 2004). Bukti keberhasilan dari pezilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap ada sampai pclatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980). Hasil pelatihan memmjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan dengan menggtmakan teknik backward chaining, subjek dapat mcnggunakan celana dalam sendixi tanpa bantuan orang lain. ......Mental retardation is a cognitive function disorder which cause a limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman, in Kauffman & I-Iallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An intervention can be conducted to train several important skills for the child, such as self help and social sldlls (Mash Se Wolfe, 2005). Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e. mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for children with mild mental retardation can be done by doing behavior modiiication using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child with mental retardation about self help skill, such as dressing, eating, and personal hygiene (Martin & Pear, 2003). This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally retarded child to possess a self help skill in dressing. Speciticajly, this training is aimed to train the child's ability to put on underwear without other's help. The behavior modification technique which is used to conduct this training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing self help skill and often used to teach children with mental retardation to dms properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure which often be used when a child has limited ability to do certain things (Miltenberger, 2004). A successfill trained behavior in the early stage of training persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980). The final training result shows that after completing 24 training sessions using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her ovm without other's help.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>