Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Abstrak :
Dalam manajemen pengetahuan terdapat persoalan dan kebingunan yang terjadi baik yang menyangkut konsepsi pegngetahuan itu sendiri maupun praktek manajemen pengetahuan. Selain itu semakin luas dan kompleksnya kajian manajemen pengetahuan dapat memperparah kebingungan tersebut. ALternatif solusinya adalah pertama, melakukan klarifikasi atas konsepsi pengetahuan; dan yang kedua, mengupayakan pemetaan atas hasil kajian manajemen pengetahuan yang ada selama ini. Manfaat dari upaya ini tentu menyediakan petunjuk bagi praktek manajemen pengetahuan dan arahan bagi solusi atas persoalan pengetahuan dalam organisasi, serta memberikan peta peluang bagi pengembangan teori manajemen pengetahuan.
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (04) April 2003: 3-8,
MUIN-XXXII-04-April2003-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mengelola pengetahuan memerlukan pemahaman perspektif yang tentu saja berbeda dengan cara mengelola tanah atau modal nyata karena mengelola pengetahuan terarah pada bagaimana memaanjemenai alasan orang dan bagaimana membuat keahlian dan kecakapan orang orang dapat diraih. Gamble dan Blackwel (2001: 16) menyatakan bahawa jika aset orang dan gagasannya tidak diamanjemeni maka pada dasarnya kita telah lalali memanejmeni bisnis inti yang dimiliki. Karena itu, mengingat sebagaian besar pengetahuan sifatnya tersirat (tacit) dan melekad dalam ide pertimbangan bakat akar penyebab hubungan timbal perspeltif dan konsep orang-orangmaka prnsip prinsip pengetahuan merupakan rambu rambu yang perlu ditaati dalam merambah belantara manajemen pengetahuan itu sendiri.
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (04) April 2003: 9-15,
MUIN-XXXII-04-April2003-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nuki Arsanti
Abstrak :
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh sebuah organisasi. Dengan adanya pengetahuan dan pemerataan pengetahuan antara pegawai akan meningkatkan kemampuan kompetensi dan kompetitif organisasi tersebut sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik secara langsung dan tidak langsung oleh semua pegawai. Dalam membangun sistem manajemen pengetahuan diperlukan penetapan prioritas dalam proses manajemen pengetahuan sehingga dapat dilihat baik kesesuaian pengetahuan yang dibutuhkan dengan teknologi yang akan dipakai. Sistem manajemen pengetahuan yang dikembangkan dalam bentuk prototipe akan menunjang proses manajemen pengetahuan yaitu combination, externalization, internalization dan exchange dengan menghasilkan fitur yang diambil berdasarkan kesesuaian teknologi yang dipilih yaitu manajemen dokumen, forum diskusi, chatting, dan wiki. Langkah-langkah yang dipakai sehingga menghasilkan prioritas proses manajemen pengetahuan adalah dengan menggunakan solusi manajemen pengetahuan yang melihat faktor kontingensi yang ada di organisasi sehingga dapat teridentifikasi kebutuhan manajemen pengetahuan yang spesifik untuk organisasi saat ini dan fasilitas untuk pengembangan sistem manajemen pengetahuan. ......Knowledge is an important thing to be owned by organization. With knowledge sharing among employees improves the competence and competitiveness of an organization and employees will benefit from that. Knowledge Management System development need priority of the process and technology compatibility of the Knowledge Management that will be used. Knowledge Management System will be developed in prototype and including process knowledge management such as combination, externalization, internalization, and exchange with feature like document management, forum discussion, chatting, and wiki. The steps to develop knowledge management using knowledge management solutions that apprehend contingency factors within the organization so it can be identified spesific current needs and facilities for the development
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soutan Salim
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem manajemen pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan konsultan teknologi informasi PT. Magna Solusi Indonesia PT. MSI. Perancangan sistem manajemen pengetahuan PT. MSI menggunakan dua fase evaluasi infrastruktur dan analis, perancangan dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan dan tujuh langkah yang terdapat pada metodologi yang dikemukakan oleh Tiwana 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perancangan sistem manajemen pengetahuan paling sesuai dibangun dengan menggunakan web application platform. Sistem manajemen pengetahuan, PT. MSI menekankan pada tiga proses pengetahuan yaitu menemukan pengetahuan, menggunakan pengetahuan, dan menggunakan menvalidasi kembali pengetahuan. Berdasarkan proses ini, maka fitur-fitur yang dibangun dalam sistem manajemen pengetahuan adalah document management. knowledge base, forum dan search retrieval. Selain itu terdapat konten pencarian dalam sistem manajemen pengetahuan yang terdiri dari activities bagian, domain topik, type, product services, location. Prototype sistem manajemen menggunakan enam layer arsitektur manajemen pengetahuan, yaitu repository, transport layer, application layer, collaborative filtering, access and authentication layer dan interface layer. ......The aim of this reseach is to design knowledge management system that fit to PT. MSI's needs as a consulting company in information technology. The design of PT. MSI's knowledge management system used two phases infrastructure evaluation and knowledge management system analysis, design and development and seven steps of Tiwana's methodology 2002 . The data was collected by using literature study and field research. The result shows that web application platform is the most appropriate to use in designing knowledge management system. PT. MSI's knowledge management system focuses on three processes which are find knowledge, use knowledge, and reuse revalidate knowledge. The features of PT. MSI's knowledge management system is developed based on those processes. The features consist of document management. knowledge base, forum dan search retrieval. The searching content is developed by using five attributes, which are activities department , domain topic, type, product services and location. Prototype of knowledge management system uses six layers architecture of knowledge management. The six layers are repository, transport layer, application layer, collaborative filtering, access and authentication layer dan interface layer.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Budi Prabowo
Abstrak :
Politeknik Statistika STIS (Polstat STIS) merupakan perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Badan Pusat Statistik (BPS). Polstat STIS memegang peranan penting untuk menghasilkan sumber daya aparatur yang profesional, berintegritas, dan amanah dalam bidang statistik bagi BPS. Sesuai dengan fungsinya, Polstat STIS berkewajiban mengembangkan sivitas akademika melalui pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Namun, laporan kinerja menunjukkan masih terhambatnya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di Polstat STIS. Permasalahan terkait kurangnya berbagi pengetahuan, akses sumber daya ilmiah, dan kolaborasi mengindikasikan perlunya manajemen pengetahuan (MP). Hal ini sejalan dengan program reformasi birokrasi BPS yaitu penerapan MP. Agar MP berhasil diterapkan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengukur tingkat kesiapannya terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan Polstat STIS dalam menerapkan MP serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya. Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan penyusunan model kesiapan MP, pengukuran tingkat kesiapan, analisis hasil pengukuran, dan penyusunan rekomendasi. Model kesiapan disusun berdasarkan faktor penentu keberhasilan MP yang dikelompokkan ke dalam aspek individu, organisasi, budaya, teknologi, dan lingkungan fisik. Pembobotan melalui Analytic Hierachy Process (AHP) dilakukan pada aspek dan faktor. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada dosen dan tenaga kependidikan. Selanjutnya, tingkat kesiapan diukur dengan mengacu pada skala Rao. Dari hasil analisis, aspek individu dan teknologi berada pada tingkat siap, sedangkan aspek organisasi, budaya, dan lingkungan fisik berada pada tingkat permulaan. Secara keseluruhan nilai kesiapan MP Polstat STIS adalah 71% atau berada pada tingkat permulaan. Ini berarti Polstat STIS sudah mulai memiliki kesiapan dalam menerapkan MP. Faktor yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan adalah tempat berbagi pengetahuan, kepemimpinan, komunikasi, strategi, dan kolaborasi. Rekomendasi yang diberikan di antaranya menyediakan tempat khusus dan memaksimalkan area untuk bertemu dan berbagi pengetahuan, membentuk unit atau tim untuk mengelola pengetahuan, mengalokasikan anggaran untuk penerapan MP, serta menyusun strategi dan peraturan terkait MP. ......Polytechnic of Statistics (Polstat STIS) is an official college of Statistics Indonesia (BPS). Polstat STIS plays an important role in producing professional, integrity, and trustworthy apparatus resources in the statistical field for BPS. In accordance with its function, Polstat STIS is obliged to develop academicians through the implementation of the three pillars of higher education. However, the performance report shows that the implementation of the three pillars of higher education is still hampered in the Polstat STIS. Problems related to lack of knowledge sharing, access to scientific resources, and collaboration indicate the need for knowledge management (KM). This is in line with the BPS bureaucracy reform program, namely the application of KM. In order for KM to be successfully implemented, the first step that needs to be done is to measure the level of readiness first. The purpose of this study is to determine the level of readiness of Polstat STIS in implementing KM as well as providing recommendations to improve its readiness. For this reason, in this study, formation of the KM readiness model, measurement of readiness level, analysis of measurement results, and establishment of recommendations are prepared. The readiness model is compiled based on the KM critical success factors grouped into individual, organization, culture, technology, and physical environment aspects. Weighting through the Analytic Hierarchy Process (AHP) is carried out on aspects and factors. Data collection is done by distributing questionnaires to lecturers and staffs. Furthermore, the level of readiness is measured by referring to the Rao scale. From the results of the analysis, individual and technology aspects are at the ready level, while organization, culture, and physical environment aspects are at the preliminary level. Overall the score of Polstat STIS KM readiness is 71% or at the preliminary level. This means that Polstat STIS has begun to have readiness in implementing KM. The main priority factors to be improved are places for sharing knowledge, leadership, communication, strategy, and collaboration. Recommendations given include providing a special place and maximizing the area to meet and share knowledge, form a unit or team to manage knowledge, allocate a budget for implementing KM, and develop strategies and regulations related to KM.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herriadie Mochtar, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Knowledge management (KM) merupakan suatu management tool yang bisa diandalkan dalam meningkatkan mutu dari human capital, dimana human capital adalah suatu modal utama dari sebuah organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan daya saing yang terus meningkat dan kondisi lingkungan yang cepat berubah (Priem & Butler, 2001; Barney, 2001). Komitmen yang tinggi pada pelaksanaan KM dari karyawan atau individu dalam suatu perusahaan atau organisasi sangat mendukung sukses tidaknya KM.

Selama ini hampir semua buku-buku atau tulisan yang ada menjelaskan tentang pembentukan sistem KM hanya memperhatikan aspek organisasi yang menyangkut sistem manajemen KM serta infrastruktur yang berhubungan dengan perangkat keras untuk mendukung pelaksannan dan pembentukan KM termasuk juga penggunaan sistem Information Technology nya (IT). Jarang sekali tulisan atau buku yang menjelaskan tentang pembentukan KM memperhatikan aspek individual dari suatu organisasi atau perusahaan. Oleh sebab itu beberapa perusahaan atau organisasi yang sudah mencoba membangun KM untuk jangka waktu yang cukup panjang tetapi belum mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

Tujuan penulisan karya akhir ini untuk mengkaji seberapa besar kontribusi dari aspek individual terhadap komitmen karyawan atau individu terhadap KM. Aspek individual yang diteliti adalah mencakup nilai-nilai budaya perusahaan, role stressor pada perusahaan, dan personality (manifest needs)

Dalam penelitian karya akhir ini kami melakukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, untuk pendekatan kuantitatif data yang digunakan berasal dari penelitian lapangan dengan metoda survey yang dilakukan pada karyawan PT Unilever Indonesia Tbk untuk daerah Jakarta (kantor pusat), Cikarang (manufacturing) dan Surabaya (manufacturing). Survey dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui web (internet), dimana hasil pengisian kuesioner secara otornatis dikurnpulkan dan siap untuk diproses . Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anal isis regresi untuk rnelihat pengaruh dari aspek individual yang merupakan variabel independent terhadap kornitrnen pada KM yang rnerupakan variabel dependent. Untuk pendekatan kualitatf kami rnenggunakan Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan kepada karyawan yang tidak dirnintakan untuk rnengisi kuesioner atau data kuantitatif. Topik yang dibicarakan dalarn FGD adalah serupa dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner, tetapi jawaban yang didapat bisa berkembang lebih jauh dan lebih luas.

Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukan bahwa dari 13 variabel independent hanya 3 variabel independent yang berpengaruh positif terhadap komitmen pada KM, dimana sebagian besar dari nilai budaya perusahaan tidak berpengaruh terhadap komitmen pada KM. Begitu juga dengan role stressor, tidak berpengaruh terhadap kornitrnen pada KM. Sedangkan 2 dari 4 variabel personality (manifest needs) berpengaruh terhadap komitmen pada KM. Nilai budaya yang ada pada perusahaan temyata tidak terlalu sesuai dengan sistem KM yang dibangun, walaupun nilai budaya tersebut sudah cukup melekat pada sebagian besar karyawan, sehingga perlu dilakukan penyesuaian antara sistern KM dengan nilai budaya ULI yang ada. Pelaksanaan KM yang sesua1 dengan nilai budaya perusahaan akan mempermudah untuk mendapatkan komitmen dari karyawan, oleh sebab itu perlu dilakukan gap analysis antara sistem KM dengan nilai budaya perusahaan yang ada untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Nurmantara
Abstrak :
Karya tulis ini menggunakan teknik pemodelan SEM untuk memverifikasi model teoritis dari manajemen pengetahuan. Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan pengaruh Knowledge management terhadap kinerja perusahaan. Analisis empiris memperkirakan pengaruh Knowledge management terhadap kinerja UKM menggunakan data yang dikumpulkan melalui kuesioner, diisi oleh 108 UKM. Model penelitian ini terdiri dari enam dimensi utama; (1) Use of knowledge, (2) Knowledge acquisition, (3) Knowledge storage, (4) Motivation, (5) measuring the efficiency of knowledge management implementation, and (6) knowledge transfer, namun demikian, kinerja perusahaan diukur oleh Growth UKM dan Profitability UKM. ......This study use SEM as a techique model to verify theoritical modelling from knowledge management. The purpose of this study is to explain the evidance of knowledge management to company performance. An empirical analysis estimate the evidance of knowledge management againt SME performance using the data that collected by quistionnaire, and it filled by 108 SME's. The model of this this study consist of 6 primary dimenssion : (1) Use of knowledge, (2) Knowledge acquisition, (3) Knowledge storage, (4) Motivation, (5) measuring the efficiency of knowledge management implementation, and (6) knowledge transfer. Otherwise the company performance is measure by SMEs Growth and SMEs Profitability.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: Harvard Business School Press, 1998
658.3 HAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Elsevier: Oxford, 2005
658.4 CRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>