Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Jazuli
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radias Ependi
Abstrak :
Sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 dengan x = 0 ; 0.05 ; 0.10 dan 0.15 dari bahan dasar La2O3, BaCO3, MnCO3, dan TiO2 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 25 jam, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 8000C selama 10 jam dan disintering pada suhu 12000C selama 12 jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 single phase untuk semua komposisi x, yang memiliki struktur kristal Monoklinik. Pengukuran terhadap nilai konduktivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP), sedangkan nilai magnetisasinya diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa semakin besar doping Ti yang diberikan pada sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 membuat nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel semakin menurun. Nilai negatif magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan. Untuk x = 0.15 nilai negatif magnetoresistansi sampel paling besar yaitu 4,26%. Penurunan nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel seiring bertambahnya komposisi x yang diberikan, karena adanya kompetisi exchange interaction yang terjadi pada sistem, yaitu adanya interaksi Double Exchange (DE). Interaksi Double Exchange (DE) terjadi antara ion Mn3+-O-Mn4+ yang saling berdekatan.
La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 sample with concentration x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; and 0.15of La2O3, BaCO3, MnCO3, and TiO2 are synthesized using mechanical alloying. The fourth of basic matter are mixed with using Planetary Ball Milling during 25 hours, compacted, calcinations on 8000C during 10 hours and sinter at 12000C during 12 hours. Phase identification is carried out using X ray diffraction and GSAS refinement, getting La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 which single phase for all x composition, that have Monoklinik crystal structure. Conductivity and magnetoresistance (MR) are measured using Four Point Probe (FPP), while magnetization is measured using permagraph. From the measurement we get that the bigger Ti doping the more magnetization and conductivity is decreases. For negative magnetoresistance generally is increase, the biggest negative magnetoresistance is 4,26% for x = 0.15. The decreases of magnetization and conductivity sample with increasing composition x is given, due to there were competition exchange interaction in the system, that is interaction Double Exchange (DE). interaction Double Exchange (DE) happened between Mn3+-OMn 4+ ion adjacent to each other.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T33749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisza Afrilyna
Abstrak :
Sampel La0,67Ba0,33Mn1-xTixO3 dengan x = 0; 0,02; 0,04 dan 0,06 dari bahan dasar La2O3, BaCO3, MnCO3, dan TiO2 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS diperoleh single phase dengan struktur kristal monoklinik. Pengukuran terhadap nilai resistansi dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP) sedangkan nilai magnetisasi diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran pemagraph didapatkan La0,67Ba0,33Mn1-xTixO3 bersifat soft magnetik dan penambahan Ti menurunkan nilai magnetisasi. Berdasarkan hasil pengukuran FPP nilai resistansi meningkat seiring penambahan Ti. Nilai magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan kecuali pada x= 0,06. Untuk x=0 rasio magnetoresistansi paling besar yaitu -3,437 % pada temperatur ruang. Penambahan Ti menyebabkan rasio ion Mn4+ berkurang tersubtitusi ion Ti4+ terjadi pelemahan interaksi Double Exchange sehingga meningkatkan nilai resistansi dan menurunkan rasio magnetoresistansi.
Perovskite compounds La0,63Ba0,33Mn1-xTixO3 with composition x = 0 ; 0,02 ; 0,04 and 0,06 were made by synthesizing the basic materials La2O3, MnCO3, BaCO3, and TiO2 by mechanical alloying methods. This four basic ingredients are mixed using Vibrating Ball Milling for 10 hours, calcined at 800oC temperature for 10 hours, in compacting, and sintering at 1100oC temperature for 12 hours. Then be indentified by X-Ray difraction phase and GSAS refinement and obtained sample La0,67Ba0,33Mn1-xTixO3 single phase for all composition x, which has monoclinic crystal structure. magnetization measurements were conducted with pemagraph, while the Four Point Probe (FPP) is performed to measure the value of resistance and magnetoresistance (MR) in the sample. Based on the results of measurements obtained pemagraph La0, 67Ba0, 33Mn1- xTixO3 are soft-magnetic and the addition of Ti lowers the value of the magnetization. Based on the measurement results FPP the resistance value increases with the addition of Ti. Sample magnetoresistance values generally decreased except for x=0,06. For x = 0 the large magnetoresistance ratio is -3.437% at room temperature . The addition of Ti causes Mn4 + ion ratio decreases substituted Ti4+ ions weakening Double Exchange interaction thus increasing resistance and lowering the value of magnetoresistance ratio.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T33751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah Arifni
Abstrak :
Paduan senyawa perovskite La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 dengan komposisi x = 0,0; 0,1; 0,15; dan 0,2 dibuat dengan mensintesis bahan dasar La2O3, MnCO3, BaCO3, dan TiO2 dengan metode Mechanical Alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 25 jam, dikalsinasi dengan suhu 800oC selama 10 jam, dikompaksi, dan di sintering dengan suhu 1200oC selama 12 jam. Kemudian dilakukan identifikasi fase dengan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 single phase untuk semua komposisi x, yang mempunyai struktur kristal monoklinik. Pengukuran magnetisasi sampel dilakukan dengan phermagraph, sedangkan Four Point Probe (FPP) dilakukan untuk mengukur nilai resistivitas dan magnetoresistansi (MR) pada sampel. Dari hasil Permagraph didapatkan kurva hyterisis yang menunjukkan bahwa pada saat sampel belum didoping Ti masih bisa termagnetisasi oleh medan magnet eksternal, tetapi setelah didoping Ti sifat magnetnya menjadi paramagnetik yang tidak dapat termagnetisasi. Sedangkan hasil pengukuran dengan FPP menunjukkan bahwa sampel mengalami penurunan resistivitas tetapi setelah mencapai medan magnet tertentu. Nilai rasio magnetoresistansi meningkat seiring dengan semakin besarnya medan magnet eksternal, tetapi menurun dengan bertambahnya doping Ti. Nilai Magnetoristansi terbesar pada saat x = 0 yaitu -3,44%.
Alloy perovskite compounds La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 with composition x = 0,0; 0,1; 0,15; and 0,2 were made by synthesizing the basic materials La2O3, MnCO3, BaCO3, and TiO2 by Mechanical Alloying methods. This four basic ingredients are mixed using Planetary Ball Milling for 25 hours, calcined at 800oC temperature for 10 hours, in compacting, and sintering at 1200oC temperature for 12 hours. Then be indentified by X-Ray difraction phase and GSAS refinement and obtained sample La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 single phase for all composition x, which has monoclinic cristal structure. Magnetization measurements were conducted with phermagraph, while the Four Point Probe (FPP) is performed to measure the value of resistivity and magnetoresistance (MR) in the sample. From the results obtained Permagraph hyterisis curve which shows that when the Ti doped samples yet still be magnetized by an external magnetic field, but after the Ti doped the magnetic properties paramagnetic that can not be magnetized. While taking the measurements with FPP results indicate that the sample resistivity decreased but at a certain activation field. Magnetoresistance ratio also decreased but very small, with the largest negative magnetoresistance when x = 0 is -3.44%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T33753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marjuki Zulziar
Abstrak :
Sampel La0.67Ba0.33Mn1-xNixO3 dengan x = 0.0 ; 0.1 ; 0.2 ; 0.4 dari bahan La2O3, BaCO3, MnCO3, dan NiO disintesis dengan menggunakan metode solid state reaction. Keempat bahan dasar tersebut dihaluskan dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 25 Jam , dikompaksi, dikalsinasi dengan suhu 8000 selama 10 jam dan di sintering pada suhu 13500 selama 20 Jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan difraksi sinar X dan refinement High Scorer Plus dan diperoleh fasa tunggal La0.67Ba0.33Mn1-xNixO3 yang memiliki struktur kristal Orthorombik. Pengukuran terhadap nilai resistivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan FPP (Four Point Probe), sedangkan magnetisasinya diukur dengan menggunakan permaghrap. Disimpulkan bahwa semakin besar doping Ni yang diberikan pada sampel La0.67Ba0.33Mn1-xNixO3 membuat nilai resistivitas sampel meningkat dan nilai negative magnetoresistansi sampel mengalami peningkatan dengan hasil MR terbesar pada sampel x = 0.1 yaitu 1,54 %.
La0.67Ba0.33Mn1-xNixO3 with x = 0.0 ; 0.1 ; 0.2 ; 0.4 of La2O3, BaCO3, MnCO3, and NiO sintetic using solid state reaction. The Fourth of basic matter are mixed with Planetary Ball Milling for 25 hours, compacted, calcination on 8000 C for 10 hours and sinter 13500 C for 20 hours. Phase identification is carried out Using XRD and High Scorer Plus. Refinement, resulting La0.67Ba0.33Mn1-xNixO3 Wich single phase for All x compotition. The have Orthorombik Crystal Structure. Measurement of resistivity and magnetoresitance (MR) using FPP (Four Point Probe), while magnetization is measured using permaghraph. We get that the bigger Ni doping the more increases of resistivity and for negative magnetoresitance generally is increase, except the biggest negative magnetoresitance is 1,54 % for x = 0.1
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Winarsih
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai karakteristik magnetoresistansi dan efek magnetokalorik (MCE) material La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 (x = 0; 0,01; 0,03; 0,05; 1). Material La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 termasuk ke golongan perovskite manganites dengan struktur umum AMnO3 (A = logam tanah jarang trivalen dengan dopan ion divalen seperti Sr, Ba, Ca, dsb). Rietveld analysis hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 memiliki fasa tunggal dengan struktur kristal rhombohedral dan space group R-3c. Dengan uji semi-kuantitatif EDX telah dikonfirmasi kemurnian dari keseluruhan sampel ini. Meningkatnya konsentrasi doping Ca pada La0,7Ba0,3MnO3 menyebabkan terjadinya distorsi kisi sehingga akan mempengaruhi proses transfer elektron yang terjadi. Akibatnya, akan mempengaruhi sifat listrik, magnetoresistansi, dan magnetoklaorik sampel. Nilai rasio magnetoresistansi (MR) dari La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 cukup tinggi yaitu ~30%.
ABSTRACT The characteristic of magnetoresistance and magnetocaloric effect (MCE) of La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 (x = 0; 0,01; 0,03; 0,05; 1) materials are reported. La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 material included in perovskite manganites family. Perovskite manganites have general structure AMnO3 (A = trivalent rare earth with divalent ion-doped such as Sr, Ba, Ca, etc). Rietveld analysis from XRD measurement confirmed that all samples are single phased. Semi-quantitative EDX analysis technique confirmed that all samples have compositional purity. Increasing of Ca dopant caused lattice distorsion and will influencing electron transport process in this samples. Hence, it will impact to electrical properties, magnetoresistance, and magnetolaric properties in this samples. La0,7(Ba1- xCax)0,3MnO3 material has magnetoresistance ratio ~30%.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudung Abdu Kodir
Abstrak :
Semakin lama waktu milling maka akan diperoleh ukuran butir yang lebih halus. Hal ini membuktikan bahwa apabila butiran semakin kecil, maka berakibat luas permukaan kontak antar butir semakin besar yang berarti pula porous bahan ini semakin kecil sehingga konduktivitas bahan semakin baik ditandai dengan berkurangnya resistivitas bahan ini. Resistivitas meningkat seiring dengan peningkatan lama pemanasan. Hal ini disebabkan bahwa tingkat oksidasi bahan semakin besar dengan lamanya proses pemanasan, yang berarti bahwa kandungan oksigen pada bahan ini semakin besar. Sifat resistivitas bahan akan cenderung menurun apabila bahan tersebut dikenai medan magnet yang terus membesar. Jadi semakin tinggi medan magnet, resistivitas sample semakin menurun Secara umum ciri dari sifat positif magnetoresistance adalah resistivitas bahan semakin meningkat apabila dikenakan medan magnet luar. Sedangkan negative magnetoresitance adalah perubahan resistivitas bahan semakin menurun apabila dikenakan medan magnet luar. Sifat magnetoresistance yang lazim diteliti banyak orang adalah negative magnetoresistance. Apabila gejala penurunan resistivitas ini cukup besar maka disebut dengan sifat Giant Magnetoresistance (GMR)
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Redo Ramadhan
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis bahan magnetik La0.67Ca0.33MnO3 (LCMO) serta La0,7(Ba1-xCax)0,3MnO3 x = 0,01; 0.03; 0.05 (LBCMO) dengan metode reaksi padatan untuk kemudian dilihat pengaruhnya terhadap parameter kisi, sifat magnetoresistansi, serta efek magnetokalorik. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa seluruh sampel memiliki fasa tunggal dan pergeseran puncak terdeteksi akibat penambahan doping kalsium. Pengujian resistivitas di bawah medan magnet menunjukkan bahwa resistivitas meningkat dengan bertambahnya doping kalsium. Selain itu penambahan doping kalsium mengakibatkan pergeseran temperatur transisi metal-insulator (Tp) menuju region temperatur yang lebih rendah. Selain itu, penambahan doping kalsium mengakibatkan bervariasinya nilai rasio magnetoresistansi. Studi magnetokalorik dilakukan dengan menggunakan metode Xiong[6]. Kurva magnetokalorik dari sampel tidak menunjukkan trend yang tepat, karena perbedaan jenis bahan yang digunakan pada penelitian ini (polikristal) dengan penelitian referensi (epitaxial thin film). ......Magnetic materials La0.7(Ba1-xCax)0.3MnO3 x = 0.01 - 0.05 (LBCMO) has been syntesized using solid state reaction method in order to find the relations between doping agent Calcium and the perovskite's lattice, magnetoresistance and magnetocaloric effect. A characterization using X-Ray Diffractometer shows that all of the samples have single phase pattern with several peak shifts detected as the influence of increasing the doping content. A resistivity measurement under influence of magnetic field shows that the resistivity increases and the metal - insulator transition temperatur (Tp) shifted into lower temperatur region. In other case, introducing calcium dopant into the main compound LBMO also give the effect of variation in magnetoresistance ratio. Magnetocaloric study was carried by using Xiong's method[6]. Magnetocaloric's curve of the samples shows its inacuraccy in its trend because the sample for this research (polycrystalline) and reference's sample (epitaxial thin film) was different.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Kamila
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pengaruh doping Ag terhadap sifat listrik dan efek magnetoresistansi material La0,8-xAgxCa0,2MnO3 x = 0; 0,05; 0,1; 0,15. Material disintesis dengan metode sol-gel dan disintering pada temperatur 900 oC selama 24 jam. Material lanthanum manganit telah banyak diteliti karena memiliki sifat-sifat yang menarik, baik dalam segi struktural, sifat listrik, serta sifat magnet nya. Struktur material dikarakterisasi menggunakan Difraksi Sinar-X XRD dan menunjukkan bahwa pada doping x = 0 dan 0,05, material memiliki fase tunggal single phase yaitu fase manganite, sedangkan pada doping x = 0,1 dan 0,15, material terdiri dari fasa campuran, yaitu fasa manganite dan Ag. Scanning Electron Microscopy SEM digunakan untuk observasi morfologi serta menunjukkan kehomogenan material. Dengan doping Ag, ukuran grain boundary dari material membesar. Hasil karakterisasi dari Electron Dispersive Spectroscopy EDS mengkonfirmasi keberadaan unsur Ag pada material. Karakterisasi menggunakan Cryogenic Magnetometer dilakukan untuk menguji sifat listrik dari material seiring dengan peningkatan doping Ag. Seiring dengan peningkatan konsentrasi doping Ag, resistivitas material mengecil serta temperatur transisi metal-isolator TMI bergeser kearah temperatur ruang. Efek magnetoresistansi menurun saat doping x = 0,05 dan meningkat kembali saat x = 0,1 dan 0,15.
The research about effect of dopant Ag on electrical and magnetoresistance properties of La0,8 xAgxCa0,2MnO3 x 0 0,05 0,1 0,15 has been done. The materials were synthesized via sol gel method, sintered at temperature 900oC for 24 hours. Lanthanum manganite material has been widely investigated because its interesting properties, such as physical, electrical, and magnetic properties. The structural of the materials were characterized using X Ray Diffraction XRD, show in doping x 0 and 0,05, material has single phase manganite phase, whereas in doping x 0,1 and 0,15, material consists of mixed phases, manganite and Ag phases. Scanning Electron Microscopy SEM was used to observe morphology of the materials and showed homogeneity of the materials. By doping Ag, grain boundary size of the material increase. Electron Dispersive Spectroscopy EDS result confirmed existence of Ag in the material and the materials having desired composition. Characterization using Cryogenic Magnetometer was used to examined electrical property of the materials with increasing of Ag doping. As the Ag doping concentration increases, resistivity of the material decreases and the metal isolator transition temperature TMI shifts towards room temperature. Magnetoresistance effect decreases when doping x 0,05 and increase again when doping x 0,1 and 0,15.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library