Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Misella Elvira Farida
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan tingginya angka amputasi. Luka kaki diabetik membutuhkan perawatan yang efektif dan efisien untuk mecegah perluasan infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis keefektifan balutan luka modern dalam perawatan luka kaki diabetik. Metodologi yang digunakan adalah studi kasus. Hasil analisis yang didapat bahwa terdapat perbaikan pada kondisi luka berupa berkurangnya jaringan nekrotik sebanyak 75% , jumlah eksudat berkurang 80%, dan lingkungan disekitar luka tampak lembab. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawatan luka dengan menggunakan balutan modern jenis hydrogel dapat diimplementasikan pada perawatan luka kaki diabetik untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is a complication of diabetes which causes high amputation rates. Diabetic foot ulcer requires effective and efficient treatment to prevent the spread of infection and repair damaged tissue. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the effectiveness of modern dressing Hydrogel in the treatment of diabetic foot ulcer. The methodology used is a case study. The results of the analysis found that there was an improvement in the condition of the wound in the form of 75% reduction in necrotic tissue, the amount of exudate was reduced by 80%, and the environment around the wound looked moist. This case study recommends that wound care using modern dressing hydrogel can be implemented for treatment of diabetic foot ulcer to promote the wound healing process.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianef
"Luka diabetes merupakan komplikasi mikrovaskular yang sering dikeluhkan oleh pasien diabetes melitus (DM) tipe 2. Vaskularisasi berperan penting dalam penyembuhan luka, yang aktivitasnya diperantarai aktivitas hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Belum ada studi klinis yang mengevaluasi aktivitas HIF-1α dan VEGF pada manusia, khususnya pasien DM tipe 2 yang mengalami luka kaki diabetes. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi vaskularisasi jaringan, HIF-1α, dan VEGF pada luka kaki diabetes yang menjalani amputasi dan non-amputasi.
Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2020–2021. Subjek penelitian adalah pasien luka kaki diabetik yang dilakukan debridemen/amputasi. Kemudian diambil jaringan viabel tepi luka untuk diperiksa vaskularisasi jaringan (densitas mikrovaskular), ekspresi VEGF, serta area granulasi, di Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM. Konsentrasi HIF-1α jaringan dikuantifikasi di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI-RSCM. Data numerik yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk. Data distribusi normal dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Dilakukan uji regresi logistik bila terdapat > 2 variabel independen dengan nilai p < 0,25.
Dari 67 subjek terdapat 30 pasien amputasi dan 34 pasien debridemen yang dianalisis. Proporsi subjek laki-laki pada kelompok amputasi lebih tinggi dibandingkan kelompok debridemen (p = 0,041). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada status gizi, usia, kejadian hipertensi, gagal ginjal, dan status merokok antar kedua kelompok. Profil glikemik, hematologi rutin, penanda inflamasi, kadar elektrolit, penanda fungsi hati, fungsi ginjal tidak berhubungan dengan tindakan pasien, kecuali kadar albumin. Pada analisis bivariat, kadar albumin lebih tinggi pada kelompok debridemen 2,53/0,49 dibandingkan amputasi 2,94/0,51, p = 0,002. Kelompok amputasi memiliki nilai median HIF-1α 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein yang jauh lebih rendah dibandingkan kelompok debridemen 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0,001). Hal serupa juga ditemukan pada nilai VEGF (p < 0,001). Pasien dengan HIF-1α < 8,8065 pg/mg protein, MVD < 68,7%, VEGF < 30,443%, dan area granulasi < 33,2802% memiliki aOR 11,116 (IK 95% 1,441–85,752), 10,934 (IK 95% 1,604–74,55), 7,973 (IK 95% 1,301–48,86), 15,589 (IK 95% 1,39–174,867) untuk mengalami amputasi. Kepadatan mikrovaskular, konsentrasi HIF-1α, ekspresi VEGF, dan area jaringan granulasi lebih banyak pada pasien non-amputasi. Pasien dengan penurunan jumlah parameter tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapat tindakan amputasi.

Diabetic wounds are microvascular complications often complained by people with type 2 diabetes mellitus (DM). Tissue vascularization plays an essential role in wound healing, whose activity is mediated by the activity of hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) and vascular endothelial growth factor (VEGF). However, no clinical studies evaluate its activity in humans, especially in type 2 diabetes mellitus patients who have diabetic foot ulcers. This study attempts to evaluate whether there are differences in tissue vascularization, HIF-1 α, and VEGF in diabetic foot wounds that received amputation and non-amputation procedures.
A cross-sectional study was conducted at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM) in 2020–2021. Diabetic foot wound patients who received debridement/amputation were included in this study. Viable tissue at the wound edges was taken. The expression of VEGF, microvascular density, and area of granulated tissue were evaluated in the Department of Pathology and Anatomy, FKUI-RSCM. HIF-1 levels in tissue were quantified at the Department of Biochemistry and Molecular Biology FKUI-RSCM. All numerical data were tested for normality by the Shapiro-Wilk test. Variables with normally distributed data were analyzed by unpaired t-test. A logistic regression test was performed if there were more than two independent variables with a p-value < 0.25.
This study included 67 patients. There were 30 amputees, and 34 debridement patients included in the data analysis. The proportion of male patients in the amputation group was found to be higher than the debridement group (p = 0.041). There were no differences in nutritional status, age, the incidence of hypertension, kidney failure, and smoking status between the two groups. The glycemic profile, routine haematological findings, markers of inflammation, electrolyte levels, markers of liver function, and markers of kidney function were not found to be related to the patient's condition, except for albumin levels. In bivariate analysis, albumin levels were found to be higher in the debridement group [2.53 (0.49)] than in the amputee [2.94 (0.51)], p = 0.002. The amputee group had a median HIF-1α value of 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein, which was much lower than the debridement group of 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0.001). Similar condition was also found in the VEGF value (p < 0.001). Patients with HIF-1α < 8.8065 pg/mg protein, MVD < 68.7%, VEGF < 30.443%, and granulation area < 33.2802% had risk odds of 11.116 (95% CI 1.441–85.752), 10.934 (95% CI 1.604–74.55), 7,973 (95% CI 1.301–48.86), 15.589 (95% CI 1.39–174.867) for amputation. Microvascular density, HIF-1α levels, VEGF expression, and granulation tissue area were higher in non-amputated patients. Patients with a decrease in these parameters have a higher risk of amputation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Wiwin Kusuma Dewi
"Prevalensi penderita diabetes melitus dari tahun-ketahun semakin meningkat. Salah satu komplikasi yang sering dikaitkan dengan diabetes melitus adalah luka kaki diabetik. Infeksi luka yang tidak tertangani akan berkembang menjadi sepsis dan meningkatkan risiko kematian. Peran perawat sebagai pemberi asuhan, edukator, maupun konselor dalam mencegah terjadinya sepsis sangat penting. Salah satu intervensi keperawatan dalam upaya mencegah sepsis adalah dengan perawatan luka. Perawatan luka yang tepat akan membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain perawatan luka berbagai faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis perlu dikendalikan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan luka kaki diabetik untuk mencegah terjadinya sepsis. Dengan hasil adanya perbaikan pada kondisi luka dan tidak terjadi kondisi sepsis. Studi kasus ini menunjukkan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif memiliki peranan dalam mencegah terjadinya sepsis.

The prevalence of people with diabetes mellitus from year to year is increasing. One of the complications often associated with diabetes mellitus is diabetic foot ulcer. Untreated wound infection will develop into sepsis and increase the risk of death. The role of nurses as caregivers, educators, and counselors in preventing sepsis is very important. One of the nursing interventions in an effort to prevent sepsis is wound care. Proper wound care will help speed wound healing and prevent further complications. In addition to wound care, various factors can increase the risk of sepsis need to be controlled. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the provision of nursing care in patients with diabetic foot ulcer to prevent sepsis. With the result of an improvement in the condition of the wound and no sepsis condition occurs. This case study shows that providing comprehensive nursing care has a role in preventing sepsis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jannaim
"Abstrak
Luka kaki diabetes (LKD) merupakan komplikasi penyakit diabetes yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah vena dan arteri. Buerger allen exercise adalah terapi modalitas dengan gerakan postural aktif. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh buerger allen exercise tehadap peningkatan sirkulasi ektremitas bawah pasien LKD. Desain penelitian adalah pre eksperimen pretest dan posttest without control. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling sebanyak sampel 43 responden LKD, analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Peningkatan sirkulasi di ukur menggunakan Ankle Brachial Index (ABI). Latihan dilakukan sebanyak 2 kali sehari dengan waktu latihan 17 sampai 20 menit, selama 3 minggu. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan antara nilai rata-rata ABI sebelum 0,84 dan sesudah 0,95 intervensi Buerger allen exercise dengan nilai p= 0,000. Buerger allen exercise efektif untuk meningkatkan sirkulasi LKD karena perubahan posisi dan gaya gravitasi membantu mengosongkan dan mengisi kolom darah, sedangkan kontraksi muskulus gastrocnemius sebagai muscle pump mengaktivasi pembuluh darah vena dan arteri untuk membuka jalur sirkulasi collateral lokal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elviera Djuma
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global. Salah satu komplikasi serius dari diabetes adalah luka kaki diabetik, yang dapat menyebabkan amputasi jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penggunaan complementary alternative medicine (CAM) pada perawatan luka kaki diabetik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melibatkan sampel sebanyak 154 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan luka kaki diabetik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan pemeriksaan klinis, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, status luka, suku dan literasi kesehatan dengan penggunaan CAM. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan status luka berhubungan dengan penggunaan CAM setelah dikontrol variabel pendidikan dan penghasilan. Kesimpulan perlunya adanya program edukasi tentang jenis, manfaat, risiko penggunaan CAM yang aman dan efektif dalam perawatan luka kaki diabetik.

Diabetes mellitus is a chronic disease with a globally increasing prevalence. One of the serious complications of diabetes is diabetic foot ulcers, which can lead to amputation if not properly managed. This study aims to analyze the factors associated with the use of complementary and alternative medicine (CAM) in the treatment of diabetic foot ulcers. A quantitative cross-sectional method was employed, involving a sample of 154 type 2 diabetis patients with foot ulcers. Data were collected through interviews, clinical examinations, and questionnaires, and analyzed using logistic regression tests. The results showed a significant relationship between educational level, income, ethnicity, and health literacy with the use of CAM. Logistic regression analysis indicated that age was related to CAM use after controlling for education and income variables. The study concludes that there is a need for educational programmes on the types, benefits and risks of safe and effective use of CAM in the management of diabetic foot ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Englando Alan Adesta
"Latar Belakang. Penyembuhan luka kaki diabetik (LKD) memerlukan waktu yang lama sehingga risiko infeksi, amputasi, dan kematian menjadi lebih tinggi. Salah satu parameter untuk menilai penyembuhan luka adalah pertumbuhan jaringan granulasi. Kadar Vitamin D diketahui terkait dengan risiko terjadinya LKD, infeksi, dan penyembuhan luka. Namun sampai saat ini masih belum diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan jaringan granulasi LKD.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D serum awal perawatan dengan kecnepatan pertumbuhan jaringan granulasi luka kaki diabetik pada perawatan hari ke-21.
Metode. Penelitian ini menggunakan bahan tersimpan berupa serum dan dokumentasi foto LKD dari penelitian sebelumnya. Analisis kadar 25(OH)D pada sampel serum darah awal perawatan menggunakan metode Elisa. Sedangkan analisis kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil foto LKD pasien pada visit ke-4 dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil. Dari 52 sampel yang dianalisis, kadar 25(OH)D pada awal perawatan menunjukan nilai median = 8.8 ng/mL. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak didapatkan hubungan antara kadar vitamin D dengan kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi (p=0.815).
Kesimpulan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar vitamin D serum awal perawatan dengan kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi luka kaki diabetik pada perawatan hari ke-21.

Background. Wound in diabetic foot ulcer need a long time to heal which increase risk of infection, amputataion and mortality. One of the criteria in wound healing is growth of granulation tissue. Vitamin D level is known to be related to increase incidence of diabetic foot ulcer, infection, and wound healing. But until now, the effect of vitamin D to the growth of granulation tissue is not clear.
Objective. To know the Association between initial serum vitamin D level with granulation growth rate of diabetic foot ulcer after 21 days of treatment.
Methods. This research uses stored sample in form of serum and footage documentation. It is the initial blood sample from 52 patients with DFU before starting treatment. Vitamin D is calculated with 25 (OH) D level by using ELISA. Analysis of growth in granulation tissue is counted by comparing the footage documentation at initial treatment to the 21st day of treatment with the help of ImageJ software.
Result. From 52 analysed sample, vitamin D level at initial presentation showed a median value of 8.8 ng/mL. The result of the analysis showed that there was no statistically significant association between vitamin D level with the granulation growth rate of diabetic foot ulcer (p=0,815).
Conclusion. There is no significant association between initial serum vitamin D level with granulation growth rate of diabetic foot ulcer after 21 days of treatment.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Em Yunir
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik (LKD) merupakan komplikasi kronik diabetes yang meningkatkan mortalitas dan
morbiditas, serta menurunkan kualitas hidup. Komplikasi makro dan mikrovaskular/mikrosirkulasi
mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian LKD dan proses penyembuhannya. Kondisi
mikrosirkulasi dapat dinilai melalui pemeriksaan transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). Kondisi
mikrosirkulasi dipengaruhi oleh HbA1c, glukosa darah sewaktu, neuropati, fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, indeks MMP-9, indeks TcPO2, dan indeks TcPCO2, yang akan memengaruhi terbentuknya
jaringan granulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HbA1c, GDS, neuropati, fibrinogen, PAI-1, hsCRP,
indeks MMP-9, terhadap indeks TcPO2, indeks TcPCO2, dan indeks granulasi, serta mengetahui
peran serta indeks TcPO2 dan indeks TcPCO2 terhadap indeks granulasi pada luka kaki diabetik.
Sebanyak 68 subjek LKD tanpa penyakit arteri perifer di RS dr. Cipto Mangukusumo dan beberapa
rumah sakit jejaring, pada Desember 2015?Desember 2016, diberikan perawatan standar dan
dipantau setiap minggu sebanyak 4 kali. Pada pemantauan ke-1, ke-2, dan ke-3, dilakukan
dokumentasi LKD, pengambilan darah vena sebanyak 7,7 mL untuk pemeriksaan fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, MMP-9, dan TIMP-1, darah arteri sebanyak 2 mL untuk pemeriksaan analisis gas darah,
serta pemeriksaan TcPO2 dan TcPCO2 dengan menggunakan TCM TOSCA/CombiM monitoring
systems buatan Radiometer. Pada pemantauan ke-4, hanya dilakukan dokumentasi LKD.
Pengukuran luas luka dan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil dokumentasi fotografi dengan
menggunakan program ImageJ. Penilaian neuropati menggunakan pemeriksaan interval RR dan
kecepatan hantar saraf. Data laboratorium lainnya diperoleh dari data sekunder rekam medis.
Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan path analysis (analisis lajur) pada data
repetitif dan SPSS pada data nonrepetitif.
Berdasarkan analisis didapatkan hubungan antara peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen,
dan PAI-1 dengan penurunan indeks TcPO2. Didapatkan juga hubungan antara beratnya neuropati
motorik dan sensorik, peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen, PAI-1, dan hsCRP dengan
penurunan indeks granulasi. Tetapi, indeks granulasi tidak dipengaruhi oleh indeks TcPO2. Indeks
TcPCO2 tidak memiliki hubungan terhadap semua variabel tersebut, kecuali hsCRP dan indeks
TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi.
Indeks TcPO2 pada LKD dipengaruhi oleh kadar glukosa darah sewaktu, fibrinogen, dan PAI-1,
tetapi tidak memengaruhi tumbuhnya jaringan granulasi. Tumbuhnya jaringan granulasi dipengaruhi
oleh glukosa darah sewaktu, neuropati motorik dan sensorik, peningkatan kadar fibrinogen, PAI-1,
dan hsCRP. Selain itu, indeks TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi

ABSTRACT
Diabetic foot wounds/ulcer (DFU) is chronic complication of diabetes, which increases
mortality and morbidity, and lower quality of life. Macro and microvascular/microcirculation
complications has a great influence on DFU and healing process. Microcirculation condition can
be seen from transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). The growth of granulation tissue in the
healing process is determined by microcirculation condition, among others influenced by
HbA1c, random blood glucose, neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2
index, and TcPCO2 index.
This study aimed to investigatethe role of HbA1c, random blood glucose, sensory, motoric, and
autonomy neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2 index, TcPCO2 index,
and granulation index, as well as the relationship between TcPO2 index, TcPCO2 index and
granulation index in diabetic foot wounds.
As much as 68 subjects DFU without peripheral arterial disease, in Cipto Mangunkusumo
Referral National Hospital, on December 2015?December 2016, were given standard
managementof diabetic foot ulcer and monitored once a week for four times. In the 1st, 2nd, and
3rd monitoring, DFU was documented, then 7.7 mL of venous blood was taken for fibrinogen,
PAI-1, hsCRP, MMP-9, and TIMP-1 examination, also 2 mL arterial blood for blood gas
analysis, and then examination of TcPO2 and TcPCO2was performed using TCM4
TOSCA/CombiM monitoring systems made by Radiometer. In the 4th monitoring, only DFU
was documented. Wound and granulation size was measured through photographic
documentation using ImageJ program. Neuropathy was diagnosed based on RR interval and
nerve conduction velocity study. Other laboratory data were obtained from medical records. The
data were analysed by path analysis for repetititive data and SPSS for nonrepetitive data.
From analysis, there is a significant correlation between the increasing random blood glucose
(RBG), fibrinogen, and PAI-1 with the decreasing of TcPO2, also found a significant
relationship between the severity of sensory and motoric neuropathy, the increasing levels of
RBG, fibrinogen, PAI-1, and hsCRP with the decreasing of granulation index. But, TcPO2 index
does not influence granulation index. TcPCO2 index does not have significant correlation with
all these variables, except hsCRP. Moreover, TcPCO2 index also does not influence granulation
index.
TcPO2 index of DFU is affected by RBG, fibrinogen, PAI-1, but does not affect the growth of
granulation tissue. Granulation tissue?s growing is influenced by the sensory and motoric
neuropathy, increased levels of fibrinogen, PAI-1, and hsCRP. Furthermore, TcPCO2 index does
not influence granulation?s growth."
2016
D2218
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library