Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Sondang M.
"Tingginya penduduk di kota Metropolitan Jakarta membutuhkan lahan permukiman. Lahan yang terbatas mengakibatkan berkembangnya kota-kota baru di pinggiran Jakarta Metropolitan Area (JMA). Salah satunya adalah di kawasan Cibubur dan sekitarnya. Aktivitas penduduk yang tinggal di kota baru mayoritas masih bergantung ke kota utama. Dengan demikian perlunya penyediaan aksesibilitas yang baik dari kota baru ke kota utama. Aksesibilitas yang baik adalah yang memberikan dampak yang minimal kepada lingkungan, kesehatan dan permasalahan sosial, serta yang mendukung perekonomian masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola aksesibilitas berkelanjutan pada kota baru. Penelitian bersifat deskriptif analitif menggunakan metode kuantitatif. Penelitian mengkaji karakteristik permintaan perjalanan (travel demand), sistem transportasi, aksesibilitas kawasan ditinjau dari konsep keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlajutan sosial. Pola perjalanan bekerja pada kota baru mayoritas keluar kawasan dengan tujuan dominan ke kota utama (kota metropolitan). Bangkitan dan distribusi perjalanan harus dapat dilayani oleh aksesibilitas yang berkelanjutan.

Metropolitan city, such as Jakarta, faces huge number of urban population, which has been driving the urban sprawl in the Jakarta?s urban periphery in particular as an effect of the high demand of affordable housing. Limited affordable land for housing drives rapid growth of real estate and new city around Jakarta Metropolitan Area (JMA), one of the rapid growth area is Cibubur, which the majority of inhabitants have highly depending to Jakarta for living. Thus, provision of proper accessibility may mitigate impact to environment, health, socio economy of the commuters. Objective of this research is aiming to explore the sustainable accessibility in new city. The research applied descriptive analysis using quantitative method and analyzed travel demand characteristics, system transportation from sustainable development perspectives. Majority of travel demand are heading to outside of Cibubur area to the main city (Jakarta). Sustainable accessibility is envisaged to serve all of travel demand and distribution from new city."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Naufal Jauhar Nazhif
"Artikel ini membahas pembangunan Kota Baru Bandar Kemayoran sebagai sebuah kota baru di dalam kota dari tahun 1985 hingga 1995. Penelitian ini terfokus kepada bagaimana proses pembangunan Kota Baru Bandar Kemayoran, konflik yang terjadi di dalamnya, serta dampak yang dihasilkan dari pembangunan tersebut. Kota Baru Bandar Kemayoran ini memanfaatkan lahan bekas Bandara Kemayoran yang ditutup pada tahun 1985. Berlandaskan RBWK Khusus Kompleks Kemayoran, pembangunan mulai berjalan di tahun 1990. Proyek-proyek penting yang dibahas dalam penelitian ini adalah Pekan Raya Jakarta dan rumah susun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain tahapan heuristik, kritik intern dan ekstern, interpretasi, dan historiografi. Melalui serangkaian tahapan metode tersebut, didapatkanlah hasil penelitiannya. Kota Baru Bandar Kemayoran yang diharapkan akan menjadi kota baru yang asri, nyaman, dan rapih, belumlah terwujud di tahun 1995. Pada tahun tersebut, beberapa proyek sudah terselesaikan, seperti PRJ serta beberapa unit rumah susun dan apartemen. Namun, konflik yang terjadi antara warga Kemayoran dan DP3KK membuat pembangunan Kota Baru Bandar Kemayoran berkali-kali macet. Hingga akhirnya pembangunan ini berjalan lambat di tahun 1995.

This study discusses the development of the Kota Baru Bandar Kemayoran as a new town in town from 1985 to 1995. This research focuses on how the development process of Kota Baru Bandar Kemayoran, conflict that occurred, and the impact that resulted from the development. Kota Baru Bandar Kemayoran utilizes the former Kemayoran Airport land which was closed in 1985. Based on the RBWK Khusus Kompleks Kemayoran, construction began in 1990. The important projects discussed in this study were Jakarta Fair and flats. The method used in this study is the historical method. The stages carried out include the stages of heuristics, internal and external criticism, interpretation, and historiography. Through a series of stages of the method, the results of this research are obtained. Kota Baru Bandar Kemayoran which is expected to became a beautiful, comfortable and neat new city, was not realized in 1995. In that year, several projects have been completed, such as Jakarta Fair, several flats, and apartment units. However, the conflict between the residents of Kemayoran and DP3KK caused the construction of Kota Baru Bandar Kemayoran to repeatedly stalled. Until finally this development went slow in 1995. This research has addressed the development process of Kota Baru Bandar Kemayoran from 1985 to 1995."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid
"Kota Satelit merupakan salah satu jenis dan Kota baru. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan kepadatan penduduk yang terjadi di kota besar, maka bermunculanlah kota satelit sebagai alternatif tempat tinggal bagi penduduk kota besar.Suatu Kota Satelit memiliki manajemen Kota sendiri, Iain daripada manajemen pada kota besar. Pada Kota besar, pemerintah memegang peranan penting dalam manjemennya, sedangkan pada kota satelit menejemen dipegang oleh pengembang yang merupakan pihak swasta. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui model manajemen yang seperti apa yang terdapat pada kota satelit di Indonesia dan sebagai pembandingnya adalah kota satelit yang terdapat di Singapura."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarudin Sahid
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris mengenai pola hubungan ketetanggaan di kota baru. Di samping itu juga untuk mengetahui keterkaitannya dengan status sosial ekonomi, etnisitas, dan religiusitas. Penelitian ini dilakukan di Perumnas I Depok Jawa Barat. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik sampel bertahap (multistage random sampling), di mana untuk penentuan daerah sampel dilakukan dengan cara area random sampling, sedangkan penentuan responden dilakukan dengan cara simple random sampling atau acak sederhana dengan jumlah sampel seluruhnya 96 orang. Guna melengkapi data penelitian, khususnya yang bersifat kualitatif, dipilih pula 4 orang key informan.
Data kuantitatif dikumpulkan dengan teknik angket dan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang masing-masing teknik menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara sebagai instrumen. Di samping itu dilakukan pula studi dokumenter untuk menggali data-data dokumenter. Analisis data terutama menggunakan teknik analisis kuantitatif, yaitu pertama teknik analisis deskriptif yang menggunakan statistika deskriptif, dan kedua analisis inferensial yang menggunakan statistika induktif, yakni analisis regresi sederhana, korelasi sederhana, dan korelasi parsil. Untuk menganalisis data kualitatif yang dimaksudkan untuk mendukung dan memperkuat analisis dan kesimpulan penelitian dilakukan dengan teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan, bahwa intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru cenderung tinggi. Kecenderungan yang tinggi ini ditandai oleh tingginya intensitas pada tegur sapa, mendengar kabar tentang tetangga yang sakit, pengenalan terhadap tetangga yang dekat, tolong menolong antartetangga, partisipasi dalam kegiatan keluarga, partisipasi dalam kegiatan bersama; serta ditandai oleh rendahnya konflik. Tingginya intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru secara nyata terlihat dari angka indeks sebesar 70,03%. Ini berarti bahwa hubungan ketetanggaan di kota baru masih menunjukkan pola hubungan gemeinschaft, belum seluruhnya berubah menjadi pola hubungan gesellschaff.
Penelitian ini juga telah berhasil memperoleh beberapa ternuan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang terkait dengan intensitas hubungan ketetanggaan, yaitu: Pertama, ditemukan adanya keterkaitan/hubungan negatif yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan intensitas hubungan ketetanggaan (signifikan pada a = 0,01). Hubungan negatif ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi, semakin rendah intensitas hubungan ketetanggaan, dan sebaliknya semakin rendah status sosial ekonomi, maka semakin tinggi intensitas hubungan ketetanggaan. Artinya, pada mereka yang berstatus sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki intensitas hubungan ketetanggaan yang rendah, sedangkan pada mereka yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung memiliki intensitas hubungan ketetanggaan yang tinggi. Temuan ini sejalan dengan hasil studi Gans yang menjadi kerangka teori studi ini. Kedua, temyata tidak terdapat keterkaitan/hubungan yang signifikan antara etnisitas dengan intensitas hubungan ketetanggaan (pada taraf signifikansi a = 0,01). Ini berarti tinggi rendahnya intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru tidak berkaitan dengan, atau ditentukan oleh tinggi rendahnya etnisitas warga secara berarti. Ketiga, ternyata religiusitas juga tidak memiliki keterkaitan secara signifikan dengan intensitas hubungan ketetanggaan (pada taraf signifikansi a = 0,01). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya intensitas hubungan ketetanggaan di Perumnas I Depok tidak berkaitan secara berarti dengan tinggi rendahnya religiusitas warganya.
Penelitian ini telah berhasil pula memperoleh beberapa temuan lain yaitu: (1) ditemukan adanya lapisan-lapisan (lingkaran) ketetanggaan yang menunjukkan kedekatan hubungan antartetangga; (2) di dalam proses hubungan ketetanggaan berlangsung proses interaksi secara dinamis yang membentuk siklus interaksi sosial. Pada satu sisi berlangsung proses yang asosiatif dan pada sisi lain kadang-kadang terjadi proses yang disasosiatif karena adanya konflik; (3) kecenderungan tingginya intensitas hubungan ketetanggaan di Perumnas 1 Depok mungkin karena adanya upaya pembinaan melalui pembentukan asosiasi, kegiatan bersama warga, dan pembudayaan identitas komunitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarwindah
"ABSTRAK
Keterbatasan lahan merupakan suatu kendala dalam memenuhi kebutuhan perumahan bagi warga perkotaan. Ditambah dengan arus urbanisasi dan pertambahan penduduk mengakibatkan munculnya daerah permukiman yang kumuh dan tidak memenuhi standar kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengambil suatu kebijakan membangun rumah susun dengan pendekatan membangun tanpa menggusur sehingga masyarakat memperoleh berbagai keuntungan dalam memenuhi kebutuhan rumahnya.
Perubahan tempat tinggal dari rumah tipe horizontal ke tipe rumah susun merupakan kendala sendiri bagi warga penghuninya. Hal ini disebabkan adanya fasilitas bersama dan kondisi lingkungan sosial baru yang memerlukan adaptasi, dan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan bersama yang memerlukan partisipasi bagi penghuninya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola adaptasi penghuni rumah susun terhadap adanya perubahan lingkungan fisik dan sosial tempat tinggal mereka. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu menerangkan berbagai gejala dan fenomena yang berkaitan dengan pola adaptasi terhadap lingkungan di rumah susun Kemayoran.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan pedoman wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah i..bu rumahtangga yang tinggal di lokas.i rumah susun paling sedikit 2 tahun dan mempunyai anak berusia 12 tahun ke bawah. Pendekatan partisipatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kehidupan warga lebih nyata dan mendalam.
Dari analisis terhadap variabel penelitian diketahul bahwa tingkat pendidikan responder mempunyai pengaruh terhadap partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan bersama. Makin tinggi tingkat pendidikan warga, makin tinggi kesadaran mereka dalam partisipasi pengelolaan lingkungan.
Kondisi bangunan rumah susun menyebabkan hubungan warga secara fisik lebih dekat dibanding rumah horizontal. Namun demikian, pola komunikasi antar warga kurang akomodatif terhadap pemecahan masalah-masalah yang ada. Sikap toleransi yang dikembangkan cenderung .bertujuan untuk sekedar menghindari konflik terbuka, dan belum merupakan suatu penerimaan atau penyelesaian dari sumber permasalahan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penghuni untuk tetap bertahan tinggal di rumah susun adalah berbagai fasilitas dan sarana ekonomi yang memberikan peluang guna meningkatkan penghasilan. Kemampuan warga dalam memanfaatkan sarana ekonomi ditambah kemampuan menyesuaikan antara jumlah anggota keluarga dengan luas ruang hunian, telah dapat mengangkat status sosial ekonominya. Selanjutnya dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik penghuni akan mempunyai kesempatan dan kemampuan melakukan penyesuaian diri di tempat tinggalnya. Hal ini membuktikan adanya hubungan timbal balik antara status sosial ekonomi dengan kemampuan warga beradaptasi.
Selanjutnya persepsi dan kesadaran warga tentang masalah-masalah yang menyebabkan lingkungannya berkesan kumuh akan memotivasi mereka mengadakan berbagai kegiatan dan berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kondisi lingkungan yang lebih baik. Dengan demikian motivasi untuk berpartisipasi akan mempermudah proses penyesuaian penghuni terhadap kondisi fisik dan sosial di lingkungan permukiman yang baru.

ABSTRACT
The limited size is an obstacle to meet the housing demand of the people, especially in urban areas. Additional, urbanization and population, resulted in the establishment of unsanitary housing and its environment. To overcome the problems, the government took the policy of building high-rise apartments. The approach was development without condemnation so that the people will gain various advantages in meeting their housing need.
The change of horizontal housing in vertical type is a constraint the inhabitants. This is brought about by the presence of joint facilities and new social environment which need adaptation and various activities environmental management that need participation of all the respective inhabitants.
This research is aimed to know the apartment inhabitants' adaptation pattern in correlation with the changing housing type including the physical and social environment. The study is qualitative descriptive in nature. It describes the various behavioral phenomena of the inhabitants in the Kemayoran environmental apartment.
The data is collected by doing in depth interview as well as using guided structured interview as re-search instrument. The respondents of this research are housewives who have lived in Kemayoran Apartment minimally two years and over and they have children of not more than 12 years old. Participative approach was carried out to get a picture of the real life style of the inhabitants.
From the results of research variable analysis disclosed that respondents' education have influence towards their participation in managing the apartment environment and common living area. If higher education wider the participation.
The condition of the apartment building caused the inhabitants' inter-relationship, physically; closer to each other than in horizontal housing. Nevertheless, the communication pattern among them tends to be unaccommodative towards solving the existing problem. The developed tolerance attitude was meant to avoid open conflict, not an acceptance or a solution to the source of the problem.
Some economic facilities in the apartment environment provide opportunities to the inhabitants in obtaining additional income as well as increasing their social economic condition. This is one factor that motivated the inhabitants to choose living at Kemayoran Apartment permanently. The inhabitants' ability to make use of the economical opportunity and their ability to adapt between the number of family members and size of their housing space showed their effort towards adaptation. It proved that there is interdependency and reciprocal relationship between the increasing social economy and inhabitants' ability towards adaptation.
Further more the inhabitants awareness concerning the problems which caused their environment look dirty will motivate them to conduct activities and participate to increase better environmental condition. So it proved that motivation to participate will facilitate the adaptation process of inhabitants towards their physical and social environment in their new housing settlement.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brooke, Steven
Gretna: Pelikan Publishing, 1995
720.975 941 BRO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Az-Zahroh
"Ekspansi perkotaan dan dinamika demografi diperkirakan akan berdampak signifikan pada negara berkembang, dengan Indonesia mengalami peningkatan populasi perkotaan yang cepat dari 14,5% pada tahun 1960 menjadi 57% pada tahun 2021. Urbanisasi yang tidak direncanakan dengan baik menimbulkan tantangan seperti keterjangkauan perumahan yang tidak memadai, infrastruktur yang tidak memadai, dan ruang terbuka hijau spasi. Untuk mengatasi masalah ini, kota-kota baru sedang dikembangkan dengan standar hidup berkelanjutan dan kepedulian lingkungan. Indikator perumahan berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Namun ketersediaan indikator perumahan terbatas, terutama untuk pedoman perencanaan dan pembangunan di kota-kota baru. Studi ini bertujuan untuk memberikan daftar indikator perencanaan perumahan perkotaan yang berkelanjutan di kota-kota baru dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menggabungkan studi literatur, penilaian ahli, dan studi lapangan. Hasilnya memberikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi referensi untuk perencanaan perumahan berkelanjutan di kawasan perkotaan baru.

Urban expansion and demographic dynamics are expected to significantly impact developing countries, with Indonesia experiencing a rapid urban population increase from 14.5% in 1960 to 57% in 2021. Poorly planned urbanization leads to challenges such as inadequate housing affordability, inadequate infrastructure, and green open spaces. To address these issues, new cities are being developed with sustainable living standards and environmental concerns. Sustainable housing indicators can help improve urban life quality. However, the availability of housing indicators is limited, especially for planning and building guidelines in new cities. This study aims to provide a list of sustainable indicators for urban housing planning in new cities using a qualitative approach, combining literature studies, expert judgment, and field studies. The results provide a reference for future research and serve as a reference for planning sustainable housing in new urban areas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Susana
"Relokasi ibu kota ke Kalimantan merupakan satu kebijakan besar yang direncanakan sejak dulu dan mulai direalisaskan tahun 2021. Relokasi ini berdampak besar untuk masyarakat serta Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya yang akan direlokasi menjadi penghuni pertama di ibu kota baru. Dengan menggunakan paradigma post positivisme dan metode pendekatan kualitatif, penelitian ini memberikan penjelasan perihal komponen pembentuk intensi relokasi seorang ASN dari sudut pandang lima informan yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan menggunakan teknik wawancara mendalam Dengan menggunakan theory of planned behavior sebagai pedoman penelitian diidentifikasi bahwa pembentukan intensi terdiri dari tiga aspek , yaitu kondisi yang dialami ASN yang bersumber dari ketidakpuasan yang terjadi dari dalam diri dan dari luar diri ASN sehingga menjadi awal mula pembentuk intensi pindah. Dorongan yang muncul atas ketidakpuasan tersebut dapat diklasifikasi menjadi internal dan eksternal bernilai positif dan negatif yang selanjutnya memicu sikap positif mengenai relokasi ke IKN. Salah satu contoh eksternal positif yang menjadi motivasi terbentuknya intensi adalah bayangan akan menjadi penghuni pertama desain ibu kota yang canggih dengan penggunaan teknologi kota cerdas. Sementara itu, salah satu contoh internal negatif adalah ingin direlokasi ke ibu kota hanya karena memahami bahwa adanya ikatan kerja sebagai ASN yang mengharuskannya mengikuti program dan kebijakan pemerintahan, termasuk penugasan di mana saja. Ikatan dinas ini membuat ASN terkadang harus terpisah jarak dengan keluarga. Permintaan untuk dipindah tugas kembali ke kota asal atau mengikut istri, merupakan hal yang tidak umum di lingkungan ASN PUPR sehingga para istri yang biasanya mengikuti kepindahan suami. Interaksi yang terjadi di sekitar ASN juga menjadi komponen pendorong terbentuknya intensi relokasi. Kepatuhan dan komitmen merupakan budaya yang berkembang di lingkungan ASN sehingga berpengaruh pada hasil penelitian. Selain itu, orang orang yang termasuk dalam interaksi yang ada dalam temuan penelitian adalah keluarga, rekan kerja, serta pimpinan. Temuan terakhir yang menjadi komponen pembentuk intensi terakhir adalah ketidakpuasan diri dan dorongan dari lingkungan yang dihubungkan dengan kemampuan adanya hambatan lain diluar kendali diri individu.

Relocating the capital city to Kalimantan is a major policy that has been planned for a long time and will begin to be realized in 2021. This relocation has a big impact on the community and the State Civil Apparatus (ASN), especially those who will be relocated to become the first residents of the new capital city. Using a postpositivist paradigm and a qualitative approach method, this research provides an explanation of the components that form an ASN's relocation intention from the perspective of five informants who work at the Ministry of Public Works and Housing (PUPR) using in depth interview techniques. By using the theory of planned behavior as a research guide, it was identified that the formation of intentions consists of three aspects, namely the conditions experienced by ASN which originate from dissatisfaction that occurs from within and from outside the ASN, thus becoming the beginning of forming the intention to move. The encouragement that arises from this dissatisfaction can be classified into internal and external positive and negative values which then trigger a positive attitude regarding relocation to IKN. One positive external example that motivates the formation of intentions is the idea of being the first occupant of a sophisticated capital city design using smart city technology. Meanwhile, one negative internal example is wanting to be relocated to the capital just because he understands that his work as an ASN requires him to follow government programs and policies, including assignments anywhere. These service ties mean that ASNs sometimes have to be separated from their families. Requests to be transferred back to your hometown or to follow your wife are not common in the ASN PUPR environment, so wives usually follow their husband's move. The interactions that occur around ASN are also a driving component in the formation of relocation intentions. Compliance and commitment is a culture that develops in the ASN environment so that it influences research results. Apart from that, the people included in the interactions in the research findings are family, co workers and leaders. The final finding which is the component that forms the final intention is self dissatisfaction and encouragement from the environment which is connected to the ability of other obstacles beyond the individual's control."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Dede Indra C.
"Pembangunan rumah susun masih kurang memperhatikan aspek
manusia yang menghuninya, sehingga timbul ketidaksesuaian. Untuk
itu pembangunan rumah susun perlu didukung oleh penelitian
terhadap rumah susun yang telah dibangun dan ditempati, terlebih
terhadap penghuni rumah susunnya. Penelitian yang dilakukan
menitikberatkan kepada aspek Arsitektur Lingkungan dan Perilaku.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan timbal-balik
(korelasi) antara Iingkungan Hsik arsitektur rumah susun dengan
perilaku penghuni rumah susun tersebut, dengan fokus penelitian
berupa persepsi penghuni, tingkat kepuasan terhadap Iingkungan fisik rumah susun dan tingkat kebetahan untuk terus menetap di rumah
susun. Mencari kaitan antara fokus penelitian (persepsi, kepuasan,
dan kebetahan) dengan karakteristik penghuni dan karakteristik
lingkungan. Di samping itu juga untuk mengevaluasi rancangan rumah
susun yang ada dengan memperhatikan aspek kajian arsitektur
lingkungan dan perilaku.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah susun sederhana tahap I dan
tahap IIA yang dibangun oleh Perum Perumnas di Kota Baru Bandar
Kemayoran, terdiri dari beberapa tipe unit, yaitu tipe F-18, F-18 Baru,
F-21, F-36, F-36 Baru dan tipe F-42, dengan total keseluruhan
bangunan 57 blok. Sampel penelitian adalah Kepala Keluarga atau
Ibu Rumah Tangga dari unit rumah susun yang terpilih secara acak
terstrata (Stratified Random Sampling) sebanyak 136 buah
responden.

Abstract
The development of flats so far still has not looked into the aspect of
people who reside it. In later stage mismatch occur between physical
environment of the flats and its residents. Because of that the
development of flats needs to be supported by research of existing
inhabited flats, especially towards the flats residents. The conducted
research put emphasizes on environmental architecture and behavior
aspect.
The aim of this research is to seek correlation between physical
architectural environment of flats and the behavior of its residents,
where research is focused on perception of residents, level of
satisfaction of physical environment of flats and level of contentment to
continue staying in flats. To seek for correlation between focus of
research (perception, satisfaction and contentment) with
characteristics of residents and environment. Moreover, to evaluate
the design of existing flats with respects of environmental architecture
and behavior.
This research is conducted at low cost flat stage land IIA which is built
by Perum Perumnas at Kota Baru Bandar Kemayoran. Comprises of
type F-18, New F-18, F-21, F-36, New F-36 and type F-42, with total
building of 57 blocks. Sample for research Head of Families or
Housewives from flats unit which chosen by methods of Stratitied
Random Sampling as many as 136 respondents.
The method for Data Collecting is by using questionnaire,
comprehensive interview, walk-through evaluation, tield observation,
evaluation of secondary data and interview with related person or
bodies.
Data Analysis Technique with frequency distribution table, Cross
Tabulation, and Bivariate Correlation ( Moment Pearson Correlation )
and Contingency Coeflicient to probe hypothesis. For Data Analysis
SPSS Program Windows-based Operating System version 9."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T10865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>