Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Subatrio Pardamean
Abstrak :
Tesis ini menganalisa konstruksi identitas etnis Simalungun pada proses pemekaran Kabupaten Simalungun tahun 2002 sampai 2014. Tesis ini mempertanyakan bagaimana etnis Simalungun bereaksi atas upaya pemekaran Kabupaten Simalungun sebagai suatu fenomena yang muncul pasca runtuhnya Orde Baru, dimana melalui desentralisasi dan otonomi daerah terbuka peluang bagi daerah untuk membentuk daerah otonomi baru. Etnis Simalungun menolak pemekaran yang kemudian mendorong etnis Simalungun untuk melakukan konstruksi identitas dimana hal itu dapat dipandang sebagai salah satu strategi politik identitas etnis Simalungun. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu (1) tokoh Simalungun yang mendukung pemekaran (2) tokoh Simalungun yang menolak pemekaran dan (3) seorang budayawan Simalungun. Tesis ini menggunakan konsep identitas kelompok dan politik identitas yang dipaparkan oleh Manuel Castells (2010). Hasil analisa dari tesis ini menunjukkan bahwa konstruksi identitas etnis Simalungun muncul karena adanya potensi kerugian kultural dan ekonomi yang akan etnis Simalungun alami apabila Kabupaten Simalungun dimekarkan. Dimana apabila dilihat dari sejarah panjang dinamika pergulatan identitas etnis Simalungun dalam jangka waktu 100 tahun terakhir yang membuat etnis Simalungun selalu dalam rebutan pengaruh yang datang dari luar dirinya (pendatang) dan hal itu menimbulkan ?kegamangan‟ bagi orang Simalungun akan masa depannya di tanah leluhurnya sendiri. Dan ditemukan juga adanya potensi konflik akibat penerapan politik identitas pada proses pemekaran Kabupaten Simalungun. ...... This thesis analyzes the construction of ethnic Simalungun identities in the process of expansion Simalungun (2002 to 2014). This study questioned how ethnic Simalungun react on expansion efforts Simalungun as a phenomenon which is arise after the collapse of the New Order, which through decentralization and regional autonomy is an opportunity for regions to form a new regional outonomy. Ethnic Simalungun reject the expansion then pushed them to construct its identity where it can be seen as one strategy of political identity of ethnic Simalungun. This qualitative study using interviews, observation, and documentation. Informants this study consisted of three (3) members, namely (1) Simalungun figure that supports the division (2) Simalungun figures who reject division, and (3) a humanist Simalungun. This thesis uses the concept of group identity and identity politics were presented by Manuel Castells (2010). Results of analysis of this thesis shows that the construction of ethnic identities Simalungun arise because of the cultural and economic potential losses that will be experienced when Simalungun divided. Wherein when seen from a long history of ethnic identity Simalungun struggle dynamics within the last 100 years that makes ethnic Simalungun always in a struggle influences coming from outside himself (immigrants) and it gives rise to 'uncertainty' for people Simalungun his future in his own ancestral land. And there is also the potential for conflict as a result of the application of identity politics in the process of expansion Simalungun.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Hindrawardani
Abstrak :
Tesis ini membahas bagaimana proses konstruksi identitas yang dilalui oleh orang Indonesia-Hadrami dalam kerangka teori hibriditas. Studi hibriditas menjadi signifikan selain karena selama ini kerangka tersebut belum banyak digunakan dalam menganalisis kontruksi identitas Indonesia-Hadrami, juga karena dengan kerangka ini dapat dipetakan proses, aktor dan wilayah dialog liminal dalam pembentukan identitas. Analisis yang mendalam dalam wilayah liminal berguna untuk memahami konstruksi identitas kelompok tertentu serta kelompok besarnya (Indonesia) yang bersinggungan dalam tepian identitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka. Pada akhirnya studi ini menemukan bahwa pertama, hibriditas dapat digunakan dalam objek studi yang melibatkan lebih dari dua aktor; ruang interaksi di antara aktor sebagai third space dapat berupa ruang irisan dari berbagai aktor, tidak hanya ruang liminal di antara dua aktor semata. Kedua, dalam hal studi hibriditas membahas topik dialog yang luas maka konsep hibriditas dapat dipilah dalam tiap lapis topik dengan aktor yang sama. Ketiga, identitas merupakan hibrid (atau campuran) dari suatu elemen posisi stabil yang tidak akan berubah seiring proses konstruksi dan elemen posisi fleksibel yang sebenarnya merupakan penyikapan atau positioning) atas kondisi dinamis pada suatu masa.
This thesis discusses identity construction process of the Hadrami-Indonesians people based on hybridity theory framework. Hybridity studies become significant, not only because this framework is rarely used in analyzing identity construction process of Hadrami-Indonesians, but also because this framework could define process, actor and liminal dialogue area in identity construction. Thorough analysis in liminal area is useful in understanding identity construction of a certain group with its larger group (Indonesia) that intersects in identity border. This research used qualitative approach with descriptive research type. Data collecting is done through observations, in depth interviews and bibliographical studies. At the end, this studies discover that first of all, hybridity can be use in a object of study involving more than two actors; interaction space between the actor as a third space could be in a shape of incisions from various actors, not just liminal space between two actors. Secondly, in a case where hybridity studies discusses broad dialogue topic then hybridity concept could be classified in each layers of topics with the same actors. Third, identity is a hybrid (or mixture) of a stable position element which will not change alongside construction process with flexible position element in dealing with (or position itself) dynamic condition in a certain time.;This thesis discusses identity construction process of the Hadrami-Indonesians people based on hybridity theory framework. Hybridity studies become significant, not only because this framework is rarely used in analyzing identity construction process of Hadrami-Indonesians, but also because this framework could define process, actor and liminal dialogue area in identity construction. Thorough analysis in liminal area is useful in understanding identity construction of a certain group with its larger group (Indonesia) that intersects in identity border. This research used qualitative approach with descriptive research type. Data collecting is done through observations, in depth interviews and bibliographical studies. At the end, this studies discover that first of all, hybridity can be use in a object of study involving more than two actors; interaction space between the actor as a third space could be in a shape of incisions from various actors, not just liminal space between two actors. Secondly, in a case where hybridity studies discusses broad dialogue topic then hybridity concept could be classified in each layers of topics with the same actors. Third, identity is a hybrid (or mixture) of a stable position element which will not change alongside construction process with flexible position element in dealing with (or position itself) dynamic condition in a certain time.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26237
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Inaya
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang kaum Asia-Amerika dalam sebuah serial TV Remaja buatan Amerika Glee. Analisis difokuskan pada bagaimana tim pembuatGlee mengkonstruksi identitas Asia-Amerika dan ideologi apa yang melatarbelakanginya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma critical constructionism dan analisis semiotic Roland Barthes untuk menganalisis teks adegan dalam serial Glee. Analisis terlebih dahulu dengan sintagmatik, yaitu lapisan informasional yang bisa terlihat dalam film, dilanjutkan dengan analisis paradigmatik yang menggunakan lima kode semiotika; hermeneutika, proairetik, kultural, simbolik dan semik.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa produser Glee mengkonstruksi Asia-Amerika dibawah kesuperioritasan Amerika Serikat. Amerikanisme dan Rasisme menjadi ideologi yang melatarbelakangi konstruksi yang dilakukan produser Glee atas identitas Asia-Amerika.
This research focused on the representation of Asian-American in a teenage television series,Glee. It aims to find out how the producer of Glee constructs the identity of Asian-American and what is the ideology behind that construction. This is a qualitative research that is using critical constructionism as its paradigm and semiotic by Roland Barthes as the method to analyse the text. The analysis firstly done by syntagmatic, which shows the informational phase seen in a film, continued with paradigmatic analysis using the five codes of semiotic: hermeneutic, proairetic, cultural, symbolic and semic.The result of this research shows that the producer of Glee constructs the identity of Asian-American under the thought of American superiority. Americanism and raciscm are the ideologies behind the construction.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31752
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karman
Abstrak :
Internet adalah ruang virtual yang memberikan penggunanya kebebasan untuk mengekspresikan identitas budaya. HTI sebagai -lempok revivalisme Islam bebas mengartikulasikan identitas politik mereka yang bersumber dari keyakinan. Tulisan ingin [1] .ngeksplorasi konstruksi identitas politik mereka dalam diskursus nasionalisme dan mendeskripsikan cara mereka merepresentasikan tnrdan aksi so sial dalam diskursus nasionalisme. Penelitian ini mengadopsi teknik analisis wacana yang diperkenalkan oleh Leeuwen .l08). Corpus yang dikaji dalam penelitian ini adalah halaman (homepages) dari situs HTI. Penelitian ini menemukan bahwa HTI engonstruksi nasionalisme sebagai ide yang batil dan instrumen imperialisme. Ia menciptakan kerusakan yang didalangi oleh negara rat dan misionaris/rnissi Zending. Nasionalisme direpresentasikan dengan teknik overdeterminasi dengan simbolisasi dengan kata aun, paham batil, penghancur, Islam/muslim diinklusi sebagai korban, objek kebencian Barat/rnisionaris. Penelitian ini menolak rgumen yang mengatakan bahwa perkembangan kapitalisme rasionalitas akan menghilangkan peran agama kehidupan manusia. Peneliti .rargumen bahwa di Indonesia, seiring proses demokratisasi substansial dan penetrasi/Iiterasi internet, agama menjadi sumber identitas .itik (dan juga budaya) yang berpotensi lahirnya aksi kolektif-dan-konektif.
Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2016
384 JPPKI 7:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Ramadhian
Abstrak :
ABSTRAK Reunifikasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur yang disepakati pada 1989, mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan dalam berbagai macam aspek kehidupan di Jerman, termasuk salah satunya dalam aspek perfilman. Film menjadi salah satu media yang dapat dianalisis melalui berbagai perspektif. Pada tahun 90-an dunia perfilman Jerman mulai dibanjiri dengan munculnya sejumlah film Jerman yang mengangkat cerita mengenai kehidupan di Jerman Timur. Fenomena ini kemudian dikenal dengan ldquo;Ostalgie rdquo;. Ostalgie sendiri merupakan kerinduan akan kehidupan di Jerman Timur. Ostalgie ternyata tidak hanya sekadar kerinduan, namun juga dapat dimaknai sebagai bentuk satire atau bahkan bertujuan untuk menunjukkan keironian. Film Sonnenallee 1999 karya Leander Hau ?mann merupakan salah satu contoh film Ostalgie yang akan dianalisis pada pembahasan ini.meskipun film ini disutradarai dan ditulis oleh warga eks-Jerman Timur, tetapi pada pembuatannya film ini diproduseri dan dibiayai oleh pihak barat. Hal inilah yang membuat film ini menjadi menarik untuk dianalisis, karena adanya campur tangan pihak barat sangat memengaruhi konstruksi yang dibangun dalam film ini mengenai Jerman Timur, khususnya remaja Jerman Timur sebagai tokoh sentral dalam film. Analisis ini akan dilakukan dengan cara pemilihan adegan-adegan tertentu yang paling menonjol. Melalui analisis ini, dapat dilihat bagaimana remaja Jerman Timur dikonstruksikan sebagai pelanggeng pemerintahan serta posisi film Sonnenallee sebagai film Ostalgie yang menampilkan ironi.
ABSTRACT The German reunification in 1989 causes some significant changes, which happen in different kind of life aspects. Film is considered to be one of the media that can be analyzed through different perspectives. The German film industry in the 90s was starting to be filled with documentary film about life in East Germany. This phenomenon is known as ldquo Ostalgie rdquo , which is a yearning of life in there. This film also can be interpreted as satire or an irony. Sonnenalle 1999 , the work of Leander Hau mann is one example of Ostalgie film that will be analyzed in this discussion. Although the film was written and directed by an ex of eastern Germany, but it was funded by the western Germany. The western intervention in this film rsquo s construction can be recognized in the story line, which makes the teenagers of eastern Germany as the main character. This analysis will be done through the selection of particular prominent scenes. Through this analysis it can be seen how the eastern German teenagers is constructed as the lasting performer for the government and is positioned as ironic Ostalgie film.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Febrianti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menggali konstruksi identitas pelaku street fashion di kalangan anak muda perkotaan, dan mengidentifikasi apakah mereka merupakan kelompok sosial yang membangun subkultur ditandai dengan simbol-simbol identitas tertentu. Studi-studi sebelumnya mengategorikan pelaku street fashion sebagai subkultur anak muda, sementara di Indonesia tergolong sebagai fenomena budaya baru yang muncul pada pertengahan tahun 2022. Sebab itu, kehadiran pelaku street fashion remaja pinggiran kota menarik untuk diteliti dan dikaji secara sosiologis. Studi oleh Wardhana (2022) atas pelaku Citayam Fashion Week (CFW) hanya melihat potensi ekonomi bagi industri UMKM. Melalui kajian kualitatif ini, menempatkan pelaku CFW sebagai kasus dan diwawancara secara mendalam, serta diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pelaku CFW membentuk kelompok yang bersifat cair. Adanya pihak-pihak luar “menginterupsi” upaya mereka berproses menjadi kelompok dan membangun subkultur, dalam hal ini salah satunya termasuk media sosial. Mereka tidak memiliki aturan/norma dan tujuan yang disepakati bersama. Selain itu, tidak ada kegiatan yang terstruktur dan terpola sehingga identitas yang ditampilkan para pelaku bukanlah hasil konstruksi secara kolektif, melainkan lebih individual. Kalaupun ada atribut yang terkesan sebagai ciri khas kelompok, pada dasarnya lebih karena adanya sikap saling meniru. Media sosial menjadi menjadi ruang bagi para pelaku untuk menunjukkan identitas dan seolah merupakan kelompok sosial yang membangun subkultur. ......This study aims to explore the identity construction of street fashion doers among urban youth, and identify whether they are a social group that builds a subculture characterized by certain identity symbols. Previous studies have categorized street fashion doers as a youth subculture, while in Indonesia they are classified as a new cultural phenomenon that emerged in mid-2022. Therefore, the presence of suburban youth street fashion doers is interesting to study and study sociologically. Wardhana's (2022) study of Citayam Fashion Week (CFW) doers only looks at the economic potential for the MSME industry. Through this qualitative study, CFW doers were placed as cases and were interviewed in depth, as well as observed. The results of the study show that CFW doers form groups that are fluid. The existence of outsiders "interrupts" their efforts to process into groups and build subcultures, in this case one of which includes social media. They do not have rules/norms and mutually agreed goals. In addition, there are no structured and patterned activities so that the identities displayed by the actors are not the result of collective construction, but are more individual. Even if there are attributes that seem to be the characteristics of a group, basically it is more due to mutual imitating. Social media has become a space for actors to show their identity and as if they are social groups that build subcultures.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Azura
Abstrak :
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana banlieue sebagai lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi kontruksi identitas dan menjadi penyebab terkonstrukisnya identitas Dounia sebagai tokoh utama dalam Film Divines (2016) karya Houda Benyamina. Film ini menceritakan kehidupan remaja perempuan keturunan Afrika sebagai imigran di Prancis yang bertempat tinggal di sebuah banlieue. Dounia yang merupakan seorang remaja perempuan keturunan imgiran memiliki ambisi untuk meninggalkan banlieue dan memiliki kehidupan di luar banlieue yang ia impikan. Banlieue yang menjadi latar tempat di film Divines ini memperlihatkan penggambaran sebuah tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai. Banlieue adalah salah satu bentuk segregrasi sosial yang diciptakan oleh pemerintah Prancis yang menyimpan berbagai permasalahan sosial di dalamnya bagi masyarakat yang menetap. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film digunakan teori kajian film dari Boggs & Petrie. Kemudian, digunakan konsep tentang identitas oleh Stuart Hall dalam tulisan ini untuk mengungkap permasalahan identitas tokoh. Hasil analisis memperlihatkan terkonstruksinya identitas Dounia dengan perubahan-perubahan antara lain, tidak mengikuti sistem pendidikan, meninggalkan nilai-nilai budaya dan ketuhanan yang melekat pada dirinya, serta melakukan tindakan kriminal. Adapun penyebab dari terkonstruksinya identitas Dounia adalah disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di banlieue. Banlieue dalam film ini hadir sebagai tempat yang sulit untuk dihuni sehingga menjadi penyebab tokoh utama berkeinginan untuk melarikan diri dan terjadinya konstruksi identitas. Dounia berfantasi akan kebebasan dan kemewahan yang dapat ia temukan di luar banlieue. Identitas Dounia terkonstruksikan dari upayanya untuk mewujudkan impian utamanya yaitu untuk memulai kehidupan baru di luar banlieue. ......This article is intended to reveal how living quarters can influence identity construction and become the identity of Dounia as the main character in Film Divines (2016) by Houda Benyamina. The film tells the life of teenage girls of African descent as immigrants in France who live in banlieue. Dounia who represents teenage girls has the right to get banlieue andhave a life outside the banlieue she dreamed of. The Banlieue which is the setting for the Divines movie returns the depiction of a residence far from the city center with inadequate life situations. Banlieue is one of the forms of social segregation created by the French government that stores various kinds of social services that are available to sedentary communities. The methodology used in this research is qualitative research. To study the narrative and cinematographic aspects of the film, film scoring theory is used from Boggs & Petrie. Then, the concept of identity was used by Stuart Hall in this paper to uncover the question of character identity. The results of the analysis choose the construction of a Dounia identity with changes, among others, not following the education system, taking inherent cultural and divine values to oneself, and committing criminal acts. As a cause of the construction of world identity caused by various factors such as poverty, injustice, and many crimes that occurred in banlieue. But in this film it is present as a difficult place to inhabit so that the main character wishes to break away and change identity construction. Dounia fantasizes about freedom and luxury that can be found outside the banlieue. Dounias identity is constructed from her efforts to realize dreams that are intended to start a new life outside of the banlieue.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Identitas adalah isu sentral dalam perjalanan sebuah bangsa, tidak terkeuali bangsa Inggris. Dengan melihat perjalanan konstruksi identitas bangsa Inggris dari abad ke-18, tulisan ini mencoba memahami proses budaya yang membentuk identitas. Berbagai faktor internal dan eksternal mempengaruhi proses ini dan meuakinkan bahwa identitas bangsa Inggris sedang diperebutkan. Berbagai makna seputar identitas Inggris juga dibahas untuk menunjukkan adanya negosiasi dalam proses pembentukan identitas. Pada akhir pembahasan dilihat bahwa identitas lebih bersifat majemuk, namun masa depan Inggris sebagai sebuah komunitas imajiner, ketika semua elemen masyarakat merasa dihargai memiliki kesempatan yang sama dalam mengaktualisasi diri dan menikmati persahabatan dalam semangat keberagaman, masih perlu dilihat kemudian
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riomanadona Mayastiardy Putra
Abstrak :
Konstruksi identitas musisi independent atau yang lebih dikenal dengan musisi indie, merupakan bentuk idealisme seorang musisi yang ingin menciptakan musik dengan gaya bermusik mereka sendiri. Gaya bermusik yang khas ini kemudian dituangkan dalam bentuk karya musik, yang memilki banyak unsur dari karya-karya gabungan para idola dari sang musisi tersebut. Seringkali karya-karya musisi indie berbeda dengan pakem musik pop pada umumnya. Idealisme yang bebas nilai ekonomi serta memiliki filosofi untuk menciptakan kenyamanan untuk diri sendiri merupakan bentuk ekspresi diri, menjadi identitas dari musisi indie. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas sebagai seorang musisi indie terinternalisasi terhadap jenis musik yang mereka ciptakan, bagaimana pula musisi tersebut melakukan pertimbangan dan penilaian terhadap musik yang menginspirasinya (objektivasi), dan bagaimana musisi tersebut menerima pengalaman sebagai bentuk eksternalisasi identitas sebagai seorang musisi indie. Dengan menggunakan pisau analisis teori konstruksi realitas sosial yang dicetuskan Berger dan Luckman, serta didukung dengan konsep identitas, media sosial, dan musik indie, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan paradigma konstruktivisme. Penggalian data yang dilakukan berdasarkan wawancara mendalam dengan para musisi yang berpartisipasi pada akun YouTube Sounds From The Corner. Pada Hasil penelitian ini menggambarkan internalisasi dari keluarga, teman-teman sekolah, peer group yang berjalan beriringan dengan terpaan dari media. Disini peneliti menemukan bahwa proses eksternalisasi yang terjadi secara berulang di media sosial, ternyata mempercepat konstruksi identitas diri mereka sebagai musisi indie. ......The identity construction of independent musicians or better known as indie musicians is a form of idealism for a musician who wants to create music with their own musical style. This distinctive musical style is then expressed in the form of musical works, which have many elements from the combined works of the musician's idols. Often the works of indie musicians differ from the standards of pop music in general. Idealism that is free from economic values and has a philosophy of creating comfort for oneself is a form of self-expression, this has become the identity of indie musicians. This study aims to determine how the identity as an indie musician is internalized to the type of music they create, how the musicians consider and assess the music that inspires them (objectivation), and how the musician accepts the experience as a form of externalization of identity as an indie musician. By using the analysis knife of social reality construction theory coined by Berger and Luckman, and supported by the concept of identity, social media, and indie music, this research is a qualitative research that uses the constructivism paradigm. Data mining was carried out based on in-depth interviews with participating musicians on the YouTube Sounds From The Corner account. The results of this study describe the internalization of family, school friends, peer groups that go hand in hand with exposure from the media. Here the researchers found that the externalization process that occurred repeatedly on social media actually accelerated the construction of their identity as indie musicians.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinia Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pembentukan identitas budaya pada diri tokoh dalam cerita pendek Le Corps de F licie karya Assia Djebar. Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan pembentukan identitas budaya yang dialami para tokoh pada cerita pendek ini. Pertama-tama dilakukan analisis sintagmatik, yakni analisis pengaluran dan alur. Analisis dibuat dalam bentuk penyusunan urutan satuan isi cerita USIC , dan fungsi utama. Selanjutnya, analisis yang dilakukan adalah analisis paradigmatik yang terdiri dari analisis tokoh, hubungan antartokoh, dan latar. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa identitas budaya adalah identitas yang dibentuk dari kompleksitas identitas ras, kebangsaan, etnis, dan agama yang melekat pada diri seseorang. Adapun yang memengaruhi pembentukan identitas budaya pada diri seseorang adalah identitas ras, pilihan hidup, dan lingkungan sosial.
ABSTRACT
This thesis discusses the construction of cultural identity in each of the character of Djebar rsquo s work, Le Corps de F licie. The aim of this study is to show the construction of cultural identity experienced by the characters in this short story. First, syntagmatic analysis consists of the plot analysis. The analysis is made in form of collating the units of story sequence, and the main function. Furthermore, the paradigmatic analysis consisted of analysis of the figures, the interaction between characters, and background of the story. This study shows that cultural identity is the composition of the complexity of race, nationality, ethnicity, and religion which are inherent in a person. Descendant background, life choices, and social environment, are the factor that influence the construction of cultural identity.
2015
S66041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>