Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Nur Amalia
2010
S3649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Meirizka Syahfi
"
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan interaksi antara orang tua dan remaja pada percakapan mengenai perilaku seks dalam hubungan pacaran. Tujuan tersebut dilatarbelakangi oleh tantangan yang dihadapi orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada anaknya dari berbagai level faktor seperti perasaan malu, kurangnya pengetahuan, persepsi tabu, mispersepsi menganjurkan hubungan seksual, dan pengalaman yang minim terkait pendidikan seks dari orang tua terdahulu. Tantangan-tantangan tersebut memengaruhi keterampilan dan keterbukaan komunikasi orang tua dalam memberikan pendidikan seks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Peneliti mewawancarai 12 informan dari enam kasus pasangan orang tua dan remaja yang terlibat dalam percakapan mengenai perilaku seks dalam hubungan pacaran berdasarkan kombinasi gender. Hasil dari penelitian ini menyajikan lima jenis gaya percakapan dan enam jenis strategi percakapan yang dilatarbelakangi oleh parent-child connectedness, pola komunikasi keluarga, serta pengetahuan, sikap, tindakan, dan keyakinan mengenai seksualitas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cantyo Atindriyo Dannisworo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anger management dengan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap individu yang memiliki masalah dalam mengelola emosi marah dalam hubungan pacaran. Hal ini dilakukan karena permasalahan dalam mengelola emosi marah dapat memiliki dampak kesehatan bagi dirinya dan dampak psikologis bagi pasangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental one group, before after (pretest - posttest) design, yaitu dengan memberikan intervensi CBT kepada 4 orang partisipan. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif maupun kualitatif dari hasil pre-test, post-test, dan follow-up.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini berhasil membantu dua dari tiga partisipan untuk mengelola kemarahannya. Secara kuantitatif, intervensi ini membantu menurunkan tendensi partisipan untuk marah, meningkatkan kemampuan partisipan untuk mengontrol marah, dan membantu ketiga partisipan untuk menurunkan tingkat kemarahan yang dirasakannya. Selanjutnya, secara kualitatif intervensi ini membantu dua dari tiga partisipan dalam mengelola kemarahannya dengan lebih baik.

This research was made to understand the effect of Anger Management by using Cognitive Behavioral Therapy (CBT) to an individual that has a problem in regulating their anger in a dating relationship. This is done because the problem in controlling our anger will have a negative impact for their health, as well as psychological effect for couples. This research is a form of quasi-experimental on one group, before after (pretest - posttest) design, which is by giving CBT intervention towards 4 participants. After that, the analysis will be done by comparing quantitative data, as well as qualitative data from the result of the pretest, post-test, and follow-up session.
The result shows that this intervention has successfully helped two out of the 3 participants to control their anger. Quantitatively, this intervention will help to reduce the tendency of their anger, increase the participant?s ability to control anger, and helped the 3 participants to reduce their level of anger that they felt. After that, qualitatively this intervention helped two out of the 3 participants to better control their anger.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danira Alexandra Khatwani
"Media sosial digunakan oleh pasangan yang berpacaran untuk memelihara hubungan mereka. Karakteristik media sosial yang menyediakan akses konstan terhadap informasi mengenai pasangan memungkinkan penggunanya untuk melakukan electronic intrusion. Electronic intrusion adalah serangkaian tingkah laku yang dilakukan untuk memantau aktivitas orang lain dengan cara-cara yang melanggar privasi mereka melalui media sosial yang merupakan salah satu bentuk cyber dating abuse. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tipe-tipe insecure attachment (anxious dan avoidant attachment) dengan electronic intrusion. Data dikumpulkan dari 1202 partisipan yang berusia antara 18 hingga 30 tahun, sedang berpacaran selama minimal 6 bulan, belum bertunangan, dan belum pernah menikah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kedua tipe insecure attachment dengan electronic intrusion.

Social media has become a widely-used platform to conduct relationship maintenance behaviours for dating couples. The characteristics of social media that allow constant connection and visibility make it possible for users to perpetrate electronic intrusion behaviours. Electronic intrusion is a set of behaviours that aims to monitor others' activities by intrusive actions through social media, which is a type of cyber dating abuse. This research was conducted to look at the relationship between insecure attachment styles (anxious and avoidant attachment) and electronic intrusion. Data was gathered from 1202 participants ranging from 18 to 30 years old, has been dating for at least 6 months, has not been engaged, and has never been married. Data analyses show that there were significant correlations between both insecure attachment styles and electronic intrusion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Trisna
"Hubungan interpersonal merupakan hal yang penting dalam menjalani kehidupan, karena sebagian besar perjalanan hidup kita terbentuk berdasarkan adanya keijasama dengan orang lain. Ketika telah mencapai tahap dewasa muda, seseorang memiliki tugas penting yaitu mengembangkan intimate relationship melalui pacaran. Dalam menjalani hubungan pacaran terkadang timbul ketidakcocokan dan ketidakpuasan baik terhadap hubungan itu sendiri maupun terhadap pasangan. Jika masalah sulit teratasi, maka alternatif cara untuk mengatasinya adalah dengan mengakhiri hubungan. Salah satu masalah yang menyebabkan putusnya hubungan dengan pasangan adalah perselingkuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengambilan keputusan untuk mengakhiri hubungan pacaran pada wanita dewasa muda yang pasangannya berselingkuh. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan didukung oleh metode observasi. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam pedoman wawancara mengacu pada teori tahapan pengambilan keputusan untuk mengakhiri hubungan yang diungkapkan oleh Loren Lee. Wawancara dan observasi ini dilakukan pada lima orang subyek berusia 20-25 tahun dengan lama hubungan pacaran di atas enam bulan, dan memiliki intensitas pertemuan minimal tiga kali dalam satu minggu. Subyek juga telah mengakhiri hubungan dengan pasangan yang berselingkuh.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan yang diungkapkan oleh Loren Lee tidak dengan mudah diterapkan secara utuh dalam mengambil keputusan, khususnya dalam kasus pengakhiran hubungan karena perselingkuhan. Lima tahapan yang diungkapkan oleh Loren Lee adalah discovery of dissatisfaction, exposure, negotiation, resolution, dan transformation. Tiga orang subyek telah melewati lima tahap secara berurutan dan memutuskan hubungan dengan pasangan dengan membicarakannya berdua. Namun, dua orang subyek tidak secara keseluruhan melalui lima tahap tersebut. Tahapan yang terlewat adalah tahap negotiation, dimana kedua subyek tersebut tidak mendiskusikan kelanjutan hubungan pacaran dengan pasangan. Satu subyek memutuskan melalui pesan singkat (sms), dan satu subyek lain putus dalam keadaan tidak jelas.
Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan agar dilakukan wawancara terhadap pihak yang berselingkuh; wawancara terhadap subyek dengan karakteristik yang bervariasi; dan menggunakan subyek yang lebih banyak. Bagi wanita yang pernah mengalami perselingkuhan, untuk menghindari kejadian perselingkuhan di masa datang hendaknya sejak awal mengembangkan komunikasi dan keterbukaan dengan pasangan. Ini ditujukan untuk mengetahui ketidakpuasan dan masalah sejak dini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rinjani Agustin
"Kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang dapat kita jumpai di kehidupan kita. Sudah ada peneliti yang meneliti mengenai kekerasan dalam pacaran karena dampak yang ditimbulkan sangat beragam. Orang yang mengalami kekerasan dalam pacaran dapat melakukan coping yang tidak baik untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Salah satu cara coping yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan self-harm. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan antara kekerasan dalam pacaran dengan perilaku self-harm pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross-sectional, penelitian ini juga merupakan penelitian non-eksperimental. Sebanyak 168 partisipan yang merupakan perempuan dewasa muda ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Conflict Tactic Scale Revised (CTS2) untuk mengukur variabel kekerasan dalam pacaran dan menggunakan alat ukur Inventory of Statement About Self Injury (ISAS) untuk mengukur variabel self-harm. Penulis menggunakan teknik analisis korelasi untuk mencari tahu hubungan antar dua variabel. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif signifikan antara kekerasan dalam pacaran dengan self-harm. Sebagian besar individu yang mengalami kekerasan dalam pacaran ditemukan melakukan tindakan self-harm.

Violence in dating is a phenomenon that we can encounter in our lives. There have been researchers who have investigated dating violence because the impacts are very diverse. People who experience dating violence can do bad coping to overcome the problems they face. One way of coping that can be done is to do self-harm. In this study, the authors wanted to know the relationship between dating violence and self-harm behavior in young adult women. This research is a quantitative research using cross-sectional method, this research is also a non-experimental research. A total of 168 participants who were young adult women participated in this study. In this study, the authors used the Conflict Tactic Scale Revised (CTS2) measuring instrument to measure the dating violence variable and the Inventory of Statement About Self Injury (ISAS) measuring instrument to measure the self-harm variable. The author uses correlation analysis techniques to find out the relationship between two variables. The result of this study is that there is a significant positive relationship between dating violence and self-harm. Most individuals who experience dating violence are found to be self-harm."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Juwita Kusumawardhani
"Hubungan romantis merupakan sumber penting bagi self esteem, kesehatan, dan kebahagiaan atau subjective well being seorang individu (Reis, Collins, & Berscheid, 2000). Oleh karena itu, putusnya hubungan romantis dapat menurunkan tingkat kebahagiaan dan subjective well being seseorang meskipun subjective well being tergolong relatif stabil selama rentang kehidupan (Park & Sanchez, 2007). Lebih lanjut, terkadang seorang individu merespon putusnya hubungan romantis dengan tindakan maladaptif seperti distres emosional berkepanjangan dan usaha obsesif untuk memperoleh kembali mantan pasangan. Salah satu teknik intervensi yang dipercaya dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang adalah Acceptance Commitment Therapy (ACT) (Harris, 2008). Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Partisipan adalah dewasa muda dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun. Intervensi ini terdiri dari lima pertemuan yang dilakukan sebanyak satu kali di dalam seminggu selama ±90 menit setiap sesinya. Berdasarkan pengukuran kuantitatif melalui Oxford Happiness Questionnaire dan Core Bereavement Item, serta penilaian kualitatif melalui observasi dan wawancara terlihat adanya perubahan peningkatan subjective well being setiap partisipan setelah diberikan intervensi. Oleh karena itu, kesimpulan yang diperoleh adalah Acceptance Commitment Therapy dianggap efektif dalam meningkatkan subjective well being pada dewasa muda pasca putusnya hubungan pacaran.

Romantic relationship is one of the most important assets for individual‟s self esteem, health and happiness or their subjective well-being (Reis, Collins, & Berscheid, 2000). By that fact, the broke-up of the romantic relationship can decrease the level of happiness and subjective well-being of individuals whether the subjective well-being itself is relatively stable for the entire life (Park & Sanchez, 2007). Sometimes an individual responded their broke-up by doing some maladaptive acts such as an endless emotional distress and obsessive act just to get back their ex-partner. One of the most reliable intervention techniques to increase people‟s happiness is Acceptance Commitment Therapy (ACT) (Harris, 2008). The research design is using one group pretest-postest design. As a partisipant, young adult should be in 20 until 40 years of age. This intervention contains 5 (five) session which held once in a week and the duration is ± 90 minutes per session. Based on the quantitative evaluation with Oxford Happiness Questionnaire and Core Bereavement Item, and also the qualitative evaluation from observation and interview, the main result pointed that Acceptance Commitment Therapy is effectively proven to increase subjective well-being in Young Adults‟ post relationship dissolution."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30506
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy yang dikombinasikan dengan komunikasi asertif dan memaafkan untuk menurunkan kemarahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah individu dewasa muda yang sedang dalam hubungan berpacaran dan telah berencana untuk menikah. Tingkat kemarahan yang tinggi dapat menimbulkan efek destruktif bagi hubungan pacaran, serta berpotensi menimbulkan permasalahan di kehidupan rumah tangga nantinya. Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimental one group, pre-test/post-test design. Peneliti memberikan enam sesi intervensi individual secara daring kepada tiga partisipan perempuan dan satu partisipan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy dapat menurunkan intensitas, frekuensi, dan ekspresi kemarahan dalam hubungan pacaran pada individu dewasa muda dalam penelitian ini. Secara kuantitatif, partisipan menunjukkan penurunan skor pada skala State Anger, Trait Anger, dan Anger Expression Index pada STAXI-2. Secara kualitatif, intervensi ini membantu partisipan untuk merespon emosi dan situasi pemicu marahnya dengan lebih baik.

ABSTRACT
This study was conducted to investigate the effect of an intervention with Acceptance and Commitment Therapy approach combined with assertive communication and forgiveness to reduce anger. Participants in this study were young adults who were in dating relationships and had planned to get married. A high level of anger can be destructive in courtship relationships and can lead to many problems in marriage life later on. This is a one-group, quasi-experimental study with a pre-test/post-test design. Six individual intervention sessions were given online to three female and one male participants. The findings revealed that the application of Acceptance and Commitment Therapy approach could reduce the intensity, frequency, and expression of anger in courtship relationships in young adults in this study. Participants showed a decrease in scores on the State Anger, Trait Anger, and Anger Expression Index scales on the STAXI-2. Qualitatively, this intervention taught participants how to respond more effectively to emotions and anger-provoking situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Inayah Agna
"Laporan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya dan didominasi oleh kasus kekerasan dalam pacaran (KDP). Saat berada dalam hubungan intim seperti pacaran, cara individu berperilaku didasari oleh gaya kelekatan yang terbentuk dari hubungan individu dengan pengasuhnya di masa kecil ataupun hubungan intim lain yang pernah dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gaya kelekatan individu dan pasangannya memengaruhi dinamika hubungan pacaran berkekerasan. Pendekatan kualitatif dan pengambilan sampel dengan prinsip homogenitas digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai pengalaman partisipan yang memiliki gaya kelekatan cemas. Wawancara dilakukan terhadap tujuh perempuan dengan rentang usia 19-28 tahun yang telah keluar dari hubungan pacaran berkekerasan. Penelitian ini menemukan bahwa gaya kelekatan individu dan pasangannya menimbulkan interaksi yang beragam dan berdampak terhadap proses terjadinya KDP serta bertahannya siklus KDP. Individu juga membutuhkan proses yang panjang untuk mengakhiri hubungan pacaran berkekerasan akibat adanya hambatan dari pasangan dan perubahan pandangan diri individu.

Reports of violence against women in Indonesia are increasing every year and are dominated by cases of dating violence. An individual’s behavior in intimate relationships such as dating is influenced by attachment styles formed in their early relationships with caregivers or previous relationships. This study aims to understand how the attachment styles of individuals and their partners influence the dynamics of dating violence. A qualitative approach and homogeneous sampling were used to gain an in-depth understanding of the experiences of participants with anxious attachment styles in facing violent dating relationships. Interviews were conducted with seven female participants aged 19-28 years who had left violent dating relationships. The findings indicate that the attachment styles of individuals and their partners creates interactions that impact the occurrence and persistence of the violence cycle. Individuals also went through a long process to end their relationship due to the impact of violence on self-perception which makes it difficult for them to get out of their relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library