Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
C. Yudhi Setyandarta
Abstrak :
Johar yang dikenal dengan nama botani Cassia siamea Lamk., biasa digunakan sebagai tanaman perindang jalanan dan sebagai obat tradisionil untuk beberapa penyakit tertentu. Akan tetapi, inforinasi ilmiah mengenai efek farmakologi johar masih sangat sedikit. Pada penelitian mi, dilakukan pengujian efek hepatoprotektif infus.daun Johar terhadap hewan percobaan. Tiga puluh lima ekor tikus betina, strain Winstar, berumur ± 4 bulan, dan berat 130 - 160 gram, dibagi secara acak dalam lima kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok yang diberi infus daun Johar 20 % 1 ml /150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55 mg/g BB. Kelompok III adalah kelompok yang diberi infus daun Johar 40 % 1 ml/150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55 mg/g BB. Kelompok IV adalah kelompok yang diberi infus daun Johar 80 % 1 ml/ 150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55 mg/g BB. Kelompok V adalah kelom pok yang diberi CC14 0,55 mg/g BB. Efek hepatoprotektif daun Johar ditentukan melalui perubahan aktivitas GPT-plasma dan pemeriksaan derajat kerusakan jaringan hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun Johar mempunyai efek hepatoprotektjf, seperti terlihat pada kelompok II, III dan IV yang menunjukkan perubahan berrnakna terhadap kelompok V. Walaupun Efek hepatoprotektif tidak rneningkat secara bermakna terhadap bertarnbahnya dosis yang diberikan, seperti yang dapat dilihat pada kelompok II, III dan IV nainun terlihat hubungan antara dosis dan efek. Pada ketiga kelompok tersebut efek hepatoprotektif terbesar terdapat pada kelompok IV. Maka dapat disimpulkan bahwa daun Johar mengandung senyawa yang dapat menghambat peningkatan aktivitas GPT-plasma dan kerusakan jaringan hati akibat Cd4 dan terdapat hubungan antara dosis dan efek.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Aliya Izza
Abstrak :
Pajanan radikal bebas yang terlalu tinggi pada tubuh dapat menyebabkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif mengarah pada timbulnya berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular yang saat ini menduduki prevalensi penyakit tertinggi di Indonesia. Untuk mencegah penyakit tersebut, dibutuhkan agen protektif berupa antioksidan. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan salah satunya adalah flavonoid. Pada penelitian ini, ekstrak daun pandan wangi digunakan untuk melihat efek hepatoprotektif dengan mengukur aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alanin aminotransferase (ALT) pada plasma tikus jantan yang diberi CCl4. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kelompok CCl4, kelompok pandan, dan kelompok pandan + CCl4. Pemberian pandan dilakukan selama 7 hari dengan dosis 85- mg/kgBB dan CCl4 diberikan pada hari ke 8 dengan dosis 0,55 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak daun pandan wangi tidak menunjukkan penurunan pada aktivitas ALP, namun menunjukkan penurunan pada aktivitas ALT hanya saja penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik (p < 0,05). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun pandan wangi dengan dosis 85 mg/kgBB selama 7 hari tidak memberikan efek hepatoprotektif pada hati tikus jantan yang diberi CCl4 karena dosis terlalu rendah. ......Too much exposure of free radicals in the body can cause oxidative stress. Oxidative stress leads to some non communicable diseases which currently occupy the highest prevalence in Indonesia. To prevent the disease, protection agent, namely antioxidant is required. Fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius) is a plant which have antioxidant content, one of which is flavonoid. In this research, fragrant pandan leaves extract is used to see the hepatoprotective effect by measuring the activity of alkaline phospatase (ALP) and alanine aminotransferase (ALT) in plasma rats given CCl4. 24 Sprague-Dawley rats divided into four groups of treatments, namely normal control, CCl4 group, pandan group and pandan + CCl4 group. Pandan extract was given for 7 days at a dose 85 mg/kgBW and CCl4 was given on the 8th days at a dose 0,55 mg/kgBW. Based on the result of this reasearch, fragrant pandan leaves extract did not lower ALP activity. However, it lowered ALT activity, although it was not statistically significant (p < 0,05). In conclusion, the administration of fragrant pandan leaves extract at a dose 85 mg/kgBW had not proved to give hepatoprotective effect on the liver of in male rats given CCl4 because the dosage is too low.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiah Syahsah
Abstrak :
Latar belakang: Dikarenakan fungsinya, hati merupakan organ yang rentan mengalami hepatotoksisitas. Oleh karena itu, senyawa yang diduga memiliki efek hepatoprotektif banyak diteliti. Salah satu bahan tersebut berupa minyak bekatul, yakni ekstrak minyak dari lapisan luar beras. Kandungan bahan aktifnya banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan termasuk pada penyakit hati sehingga diduga minyak bekatul memiliki efek hepatoprotektif yang melindungi dan menyembuhkan hati dari hepatotoksisitas. Tujuan: Membuktikan bahwa minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif terhadap hepatotoksisitas. Metode: Uji eksperimental pada 6 kelompok tikus Sprague dawley. Hepatotoksisitas diinduksi oleh CCl4 dengan dosis 0,55 g/KgBB sebanyak 1 kali secara oral. Minyak bekatul diberikan dalam 2 dosis untuk kelompok tikus yang berbeda, yakni 500 μL dan 1,5 mL. Pemberian minyak bekatul dilakukan setiap hari selama 8 minggu sebelum (preventif) atau setelah (kuratif) induksi hepatotoksisitas. Jarak antara induksi hepatotoksisitas dan pemberian minyak bekatul adalah 48 jam. Marker hepatotoksisitas yang diukur berupa serum ALT. Hasil: Kelompok yang diberikan minyak bekatul, baik sebagai agen preventif dan agen kuratif serta baik dalam dosis 500 μL dan 1,5 mL memiliki level serum ALT yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya diberikan CCl4 (p < 0,05). Simpulan: Minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif baik sebagai agen preventif maupun kuratif terhadap hepatotoksisitas diinduksi CCl4. ......Background: Liver is prone to hepatotoxicity because of its function. For this reason, compounds that may have hepatoprotective attribute are searched extensively. One of those compounds is rice bran oil, an extract from the rice’s outer layer. Rice bran oil has many active components that are found to be beneficial in medical treatment, including liver disease. Therefore oil rice brain is thought to have hepatoprotective properties that may protect and cure liver from hepatotoxivity. Aim: Evaluate rice bran oil’s hepatoprotective properties against hepatotoxicity. Methods: This experimental study used six different groups of Sprague dawley. Hepatotoxicity in mouse is induced using 0,5g/KgBW of single-dose CCl4 orally. Rice bran oil was given in 2 separate doses, 500 μL dan 1,5 mL. Rice bran oil was administered for 8 weeks before (in preventive group) and after (in curative group) hepatotoxicity induction with 48 hours interval separating those two interventions. Serum ALT was investigated to evaluate hepatotoxicity. Results: Group administered with rice bran oil as a preventive agent and curative agent with either 500 μL or 1,5 mL dose have low levels of serum ALT compared to CCl4 control group (p < 0,05). Conclusion: Rice bran oil has hepatoprotective properties, both as a preventive agent and a curative agent against CCl4 induced hepatotoxicity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Amaris
Abstrak :
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa G. mangostana mempunyai aktivitas antioksidan yang poten yang berperan melindungi sel dari stres oksidatif. Tujuan penelitian adalah menguji efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) pada tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Tikus jantan galur Sprague- Dawley dengan berat 150-200 g, 11-12 minggu, dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I: kontrol. Kelompok II: diberikan CCl4. Kelompok perlakuan III, IV, V diberikan EEKBM dengan dosis 900, 1080 dan 1296 mg/kgBB/hari secara oral selama 8 hari. Aktivitas alanin aminotransferase (ALT), malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) diukur pada plasma dan jaringan hati tikus. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas ALT plasma dan kadar MDA hati kelompok EEKBM (900, 1080 dan 1296 mg/kg BB) lebih rendah dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar MDA plasma tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol, tetapi lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kadar GSH hati dan plasma dari kelompok EEKBM (900 dan 1080 mg/kg BB) lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok EEKBM (1296 mg/kg BB) kadar GSH plasma lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 secara bermakna (p<0,05). Kesimpulannya, EEKBM mempunyai kemampuan untuk melindungi hati dari kerusakan oksidatif akibat CCl4, kemampuan ini diduga berhubungan dengan aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa Garcinia mangostana L. ......Mangosteen fruit (Garcinia mangostana L.) is traditionally used as medicinal plant. Previous studies mentioned that G. mangostana has a potent antioxidant activity to protect the cells from oxidative stress. This study aimed to investigate the hepatoprotective effect of the ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) in rats induced by carbon tetrachloride (CCl4). Male Sprague-Dawley rats weighing 150-200 g, 11-12 weeks were randomly devided into 5 groups of 5 animals each. Group I: controls. Group II: treatment CCl4, and 3 treatment Groups (III, IV, V). Group III: EEMP 900 mg/kgBW, Group IV: EEMP 1080 mg/kgBW and Group V: EEMP 1296 mg/kgBW. All treatment with plant extracts administered orally, once per day for 8 days. The activity of alanine aminotransferase (ALT), malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) was measured in rats plasma and liver tissue. Results showed that the plasma ALT activity and liver MDA levels of EEMP groups (900, 1080 and 1296 mg/kgBW) were significantly lower compared to CCl4 group (p<0,05), while the plasma MDA levels were not significantly different compare to control group (p<0,05) but higher compared to CCl4 groups (p<0,05). GSH levels of liver and plasma of treatment groups (900 and 1080 mg/kgBW) were significantly higher compared to CCl4 group (p<0,05), while at treatment group of 1296 mg/kgBW, only the GSH levels of plasma were significantly higher compared to CCl4 group (p<0,05). Hence, in conclusion ethanol extract of mangosteen pericarp (EEMP) demonstrated the ability to protect the liver from oxidative damage caused by CCl4, which was assumed due to the antioxidant activity of the active compound of Garcinia mangostana L.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Arkan Abiyyu Ibrahim
Abstrak :
Hati merupakan satu organ yang paling penting dalam metabolisme tubuh. Kerusakan pada hati dapat berdampak pada abnormalitas aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme di serum, seperti enzim Aspartate minotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT). Namun, terapi untuk mengobati penyakit hati masih belum memuaskan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit hati menjadi hal yang penting. Oncom merupakan makanan fermentasi tradisional Indonesia yang diketahui memiliki efek antioksidan tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai efek hepatoprotektif ekstrak oncom melalui pengamatan terhadap aktivitas AST dan ALT serum. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu (1) kontrol tanpa intervensi; (2) kontrol negatif yang diberi CCl4; (3) oncom merah; (4) oncom merah dan CCl4; (5) oncom hitam; dan (6) oncom hitam dan CCl4. Ekstrak oncom diberikan dengan dosis 1 gram/kgBB/hari selama 1 minggu. CCl4 diberikan dengan dosis 0,55 mg/kgBB sehari setelah perlakuan selesai. Sampel serum tikus diambil 2 hari setelah pemberian CCl4. Hasil uji Post-Hoc LSD pada aktivitas AST menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok CCl4 dengan kelompok oncom merah dan CCl4 (p= 0,019). Hasil uji One-way Anova pada aktivitas ALT menunjuukan tidak terdapat perbedaan antar kelompok (p= 0,238). Kesimpulannya, pemberian oncom merah memberikan efek hepatoprotektif terhadap aktivitas AST yang signifikan dari paparan CCl4. ......Liver is one of the most important organs in the body metabolism. Damage to the liver can have a impact on abnormal enzyme activity involved in metabolism, such as aspartate aminotransferase (AST) and serum alanine aminotransferase (ALT). However, the therapies to treat liver diseases are still not satisfactory. Therefore, prevention of liver disease is important. Oncom is a traditional Indonesian fermented food which is known to have high antioxidant effects. This study was conducted to assess the hepatoprotective effect of oncom extract by observing the activity of serum AST and ALT. Twenty four male Sprague-Dawley rats were divided into 6 groups, namely (1) control without intervention; (2) negative controls given CCl4; (3) red oncom; (4) red oncom and CCl4; (5) black oncom; and (6) black oncom and CCl4. Oncom extract was given at a dose of 1 gram / kgBW / day for 1 week. CCl4 was given at a dose of 0.55 mg / kgBW a day after the treatment is complete. Rat serum samples were taken 2 days after CCl4 administration. The LSD Post-Hoc test results on AST activity showed that there were significant differences between CCl4 group with red oncom and CCl4 groups (p= 0.019). One-way ANOVA test results on ALT activity showed no differences between groups (p = 0.238). In conclusion, administration of red oncom gave a significant hepatoprotective effect on AST activity after CCl4 exposure.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
Abstrak :
Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma. ......Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rizka Alia Hapsari
Abstrak :
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Kemoterapi merupakan salah satu upaya pengobatan yang paling umum untuk kanker. Kelompok obat antrasiklin seperti epirubisin dan doksorubisin merupakan jenis obat/agen kemoterapi yang banyak digunakan. Penggunaan agen kemoterapi ini menimbulkan efek samping berupa kerusakan organ hati akibat stres oksidatif oleh spesi oksigen reaktif. Senyawa antioksidan diketahui dapat menetralisir spesi oksigen reaktif penyebab stres oksidatif. Salah satu sumber antioksidan alami berasal dari propolis. Propolis merupakan produk yang dihasilkan oleh lebah madu yang berasal dari resin berbagai tanaman. Jenis lebah madu ada dua macam yaitu lebah bersengat dan tanpa sengat. Pemanfaatan lebah madu tanpa sengat masih jarang dibandingkan dengan lebah bersengat, padahal keduanya sama-sama menghasilkan propolis yang didalamnya terkandung banyak senyawa bioaktif diantaranya senyawa antioksidan yang dapat digunakan untuk melindungi organ hati (hepatoprotektif). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif propolis lebah Tetragonula sp. yang berasal dari Sulawesi Selatan terhadap agen kemoterapi berupa doksorubisin dan epirubisin. Dalam penelitian ini telah dilakukan uji total polifenol dan flavonoid dimana hasilnya terdapat 1,1% polifenol dan 2,76% flavonoid, uji aktivitas antioksidan yang menunjukkan IC50 sebesar 9,85 ppm serta uji LC-MS/MS yang mendukung adanya senyawa fenolik dalam propolis asal Sulawesi Selatan. Selain itu dilakukan pula uji in vivo terhadap tikus Sprague dawley dengan dosis propolis sebesar 100 mg/kg BB dan 200 mg/kgBB dan hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perlak propolis 200 mg/kgBB menghasilkan ALT paling rendah yaitu berkisar 48,86 ± 3,9 U/l terhadap doksorubisin dan 63,59 ± 19,63 U/l terhadap epirubisin.
ABSTRACT
Cancer is one of the diseases with the highest mortality rate in the world. Chemotherapy is one of the most common treatments for cancer. Anthracycline groups such as epirubicin and doxorubicin are the most widely used chemotherapy agents. The use of this chemotherapy agent causes side effects such as liver damage due to oxidative stress by reactive oxygen species. Antioxidant compounds are known to neutralize the reactive oxygen species that cause oxidative stress. One source of natural antioxidants comes from propolis. Propolis is a product produced by honeybees derived from the resin of various plant. There are two types of honeybees, sting honeybees and stingless honeybees. Utilization of stingless honeybees is still rare compared to stinging bees, even though both produce propolis which contains many bioactive compounds including antioxidant compounds that can be used to protect the liver (hepatoprotective). Based on this, this study aims to test the hepatoprotective effect of Tetragonula sp. bee propolis from South Sulawesi against chemotherapeutic agents in the form of doxorubicin and epirubicin which are known to cause side effects on the liver. In this research, total polyphenol and flavonoid tests have been carried out in which the results are 1.1% polyphenols and 2.76% flavonoids, antioxidant activity tests that show IC50 value of 9,85 ppm and LC-MS/MS tests that support the presence of phenolic compounds in propolis from South Sulawesi. In addition, in vivo tests were also carried out on Sprague dawley rats with a dose of propolis of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW and the results showed that the propolis 200 mg/kgBW group produced the lowest ALT in the range of 48.86 ± 3.9 U/1 for doxorubicin and 63.59 ± 19.63 U/l for epirubicin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Lestari Juwita
Abstrak :
Tapak liman (Elephantopus scaber L.) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk penyakit hati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian kombinasi infusa akar tapak liman dan daun sambiloto. Tiga puluh enam tikus dibagi kedalam 6 kelompok secara acak. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol induksi), kelompok III (tapak liman 400 mg/200 g bb), kelompok IV (sambiloto 100 mg/200g bb), kelompok V (kombinasi tapak liman 400 mg dan sambiloto 50 mg), dan kelompok VI (kombinasi tapak liman 200 mg dan sambiloto 100 mg). Bahan uji diberikan peroral selama 8 hari dan 2 jam setelah pemberian terakhir karbon tetraklorida diberikan melalui rute yang sama. Pada hari ke-9 dilakukan pengambilan darah dan hati. Pengukuran aktivitas ALT dan ALP plasma menggunakan ALT dan ALP kit dan ditunjukan dengan perbedaan serapan. Analisa histologi didasarkan pada diameter vena sentralis dan persen kerusakan lobulus hati. Hasil menunjukan kelompok V dan VI berbeda bermakna dengan kelompok induksi untuk aktivitas ALT, ALP plasma serta hasil pengamatan histologi hati. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kombinasi infusa tapak liman dan sambiloto memiliki efek hepatoprotektif. Dosis kombinasi dengan hasil yang paling mendekati kontrol normal adalah kombinasi akar tapak liman 400 mg/200 g bb dan sambiloto 50 mg/200 g bb.
Tapak liman (Elephantopus scaber L.) and sambiloto (Andrographis paniculata Nees) were the plants empirically used in the treatment of liver disease. The aims of the study was to determine the hepatoprotective effect of infusa of tapak liman roots and sambiloto leaves combination. Thirty six male Sprague-Dawley rats were randomly divided into 6 groups. Group I (normal control), group II (induction control), group III (400mg/200g tapak liman), IV (100mg/200g sambiloto), V (400mg tapak liman and 50mg sambiloto), and VI (200mg tapak liman and 100mg sambiloto). The infusa were administered for 8 days and carbon tetrachloride was given 2 hours after the last administration. Collection of the blood and liver resection were carried out on 9th day. ALT and ALP plasma activities were analyzed using kit reagen and showed by absorbances differences. Diameter of liver central vein and liver lobules damage percentages were histological analysis parameter. There were significant differences between group V and VI with induction control for ALT, ALP activities supported by the results of liver histological examination. It can be concluded that the combination of tapak liman and sambiloto infusa had hepatoprotective effect and combination of 400mg tapak liman and 50mg sambiloto results were almost equivalent to normal control.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S44
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library