Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dewi Fitrianti
2001
S2785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Widjaja
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsalitsa Haura Syarifah
Abstrak :
Banyaknya permasalahan perilaku pada siswa jenjang menengah memicu munculnya program pendidikan karakter di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui keterlibatan siswa di dalam kelas, sehingga persepsi siswa terhadap iklim kelasnya menjadi penting untuk dilihat pada penelitian ini. Sebagai upaya menjelaskan perilaku siswa jenjang menengah yang terkait dengan pendidikan karakter, penelitian ini hadir untuk melihat hubungan antara classroom climate sebagai faktor lingkungan dan performance goal orientation sebagai faktor diri pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Classroom climate diukur menggunakan Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), sedangkan performance goal orientation diukur menggunakan Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Teknik analisis yang digunakan adalah multiple correlation dengan R menunjukkan besaran koefisien korelasi yang didapatkan. Hasil penelitian terhadap 149 siswa kelas XI yang berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara classroom climate dan performance goal orientation (R = 0,332, p<0,01). Selanjutnya ditemukan pula hubungan yang signifikan antara classroom climate dan mastery goal orientation, namun tidak terbuktikan adanya hubungan antara classroom climate dan work avoidance goal orientation, serta social goal orientations. ......Many behavioral problems at secondary level students cause the character education program in many countries, including Indonesia. Character building can be done by involving students in the classroom. Therefore, students perception of classroom climate becomes essential to be analyzed in this study. As an attempt to explain secondary level students behavior which is related to character education, this study presents to investigate the correlation between classroom climate as environmental factor and performance goal orientation as person factor among senior high school students. Classroom climate variable is measured using the Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), while the performance goal orientation is measured using Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Multiple correlation is used for the analysis technique with R shows the amount of correlation coefficient earned. The results from 149 students class of XI majoring in science and social science indicates that there is a significant correlation between classroom climate and performance goal orientation (R = 0.332, p<0.01). Furthermore, research also found a significant correlation between classroom climate and mastery goal orientation, but it does not prove the existence of the correlations between classroom climate and work avoidance goal orientation, as well as the social goal orientations.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astridiah Primacita Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK
Keterlibatan di perkuliahan yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan salah satu faktor penting untuk menghindari maupun mengurangi tingkat drop out di perguruan tinggi. Keterlibatan di perkuliahan tersebut dikenal dengan student engagement, dimana hal ini penting karena juga mendukung peningkatan keberhasilan akademis, peningkatan kesehatan mental, dan pengembangan karakter pada mahasiswa. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhistudent engagement adalah goal orientation. Terdapat empat jenis goal orientation yang dapat dimiliki oleh seseorang, yaitu mastery approach goal orientation, mastery avoidance goal orientation, performance approach goal orientation, dan performance avoidance goal orientation. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana empat jenis goal orientation yang berbeda dapat memprediksi student engagement pada mahasiswa. Responden penelitian adalah 425 mahasiswa sarjana di Jabodetabek. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari goal orientation terhadap student engagement R2=.250, F=35.064, p
< b>ABSTRACT<>br> The level of engagement of college students is one of the key factor to avoid or reduce drop out rates in higher education. Such level of engagement is known as student engagement, whereby it is vital to support the improvement of academic success, mental health, and character development of college students. One of the most important factor that affect student engagement in college is goal orientation. There are four types of goal orientation which someone may have mastery approach goal orientation, mastery avoidance goal orientation, performance approach goal orientation, and performance avoidance goal orientation. This research was conducted to see how four types of goal orientation can predict student engagement on college students. Respondents were 425 undergraduate students in Jabodetabek area. Results showed that there are a positive and significant effect of goal orientation on student engagement R2 .250, F 35.064, p
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fithri Rosalia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Horas Ertoios
Abstrak :
Pendidikan moral religius sejak masa kanak-kanak diharapkan bisa membentuk suatu generasi yang bermoral dan bertingkah laku baik. Institusi keagamaan berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral religius tersebut seperti halnya gereja melalui Sekolah Minggu. Proses belajar mengajar dalam Sekolah Minggu diserahkan pada guru-guru Sekolah Minggu. Sebagai komponen vital dalam Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar dan minat murid-murid. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh goal orientation guru yang menentukan cara guru melakukan pendekatan dan melaksanakan aktivitas mengajar. Tujuan yang ditetapkan guru dalam mengajar, apakah itu penekanan terhadap proses mengajar (task involved) atau penekanan terhadap hasil (ego involved) akan menunjukkan bagaimana perhatian guru terhadap tugasnya, usaha yang dilakukan dalam mengajar, daya tahan guru dalam mencapai tujuan pengajaran, dan strategi pengajaran yang digunakan. Guru-guru Sekolah Minggu ini merupakan individu-individu yang mengabdikan diri secara sukarela tanpa imbalan. Guru-guru tersebut bebas berhenti kapan saja mereka inginkan terutama jika mereka menilai kemampuan dirinya tidak memadai untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Karena tidak adanya sesuatu yang mengikat mereka maka menarik untuk ditelaah hal yang menyebabkan guru-guru tersebut mau bertahan dan meluangkan waktu menjadi guru Sekolah Minggu. Penulis berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan guru-guru tersebut bersedia dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu antara lain karena mereka memiliki self efficacy, yaitu penilaian atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tingkah laku berkaitan dengan situasi tertentu dalam mencapai suatu tujuan, yang cukup tinggi. Guru-guru tersebut menilai kemampuan yang dimiliki cukup memadai untuk mengajar di Sekolah Minggu. Hal ini memicu motivasi untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Self efficacy dan goal orientation adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi guru, kinerja guru, situasi yang ingin dihadapi atau dihindari, serta daya tahan guru dalam menghadapi masalah saat mengajar. Goal orientation memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki self efficacy. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada kemungkinan hubungan di antara keduanya. Aspek-aspek goal orientation yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian Ames dan Archer (1988). Self efficacy dan goal orientation pada guru Sekolah Minggu diukur dengan menggunakan Skala Teacher Efficacy (Woolfolk & Hoy, 1990) dan Skala Goal Orientation (Ames & Archer, 1988). Analisa instrumen menggunakan coefficient alpha dan corrected Hem correlation. Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk melihat hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Analisis hasil tambahan menggunakan Hotelling untuk melihat perbedaan correlated coefficient antara masingmasing korelasi, t-test untuk melihat signifikansi perbedaan task involved dengan ego involved, cmova one way untuk mengetahui perbedaan self efficacy dan goal orientation pada guru dengan tingkat pendidikan berbeda, dan F test untuk melihat signifikansi perbedaannya. Proses perhitungan semua dilakukan oleh SPSS for Windows 6.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan orientasi task involved pada guru Sekolah Minggu. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Terdapat juga hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Melalui t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved. Orientasi task involved menunjukkan skor rata-rata yang lebih baik. Melalui t-test Hotelling untuk correlated coefficient diketahui bahwa korelasi self efficacy dengan task involved tidak signifikan menunjukkan hubungan yang lebih kuat dari pada korelasi self efficacy dengan ego involved. Melalui anova one way dan F test diketahui bahwa guru dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana memiliki tingkat self efficacy dan ego involved yang lebih tinggi secara signifikan. Disarankan dalam penelitian lanjutan terhadap self efficacy dan goal orientation, pencarian kecenderungan goal orientation pada individu dengan tingkat self efficacy tertentu mendapat perhatian khusus. Selain itu perlu dilakukan analisis mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh self efficacy terhadap goal orientation yang mengakibatkan terjadinya hubungan di antara keduanya. Kemudian yang perlu dilakukan adalah untuk meneliti kemungkinan korelasi negatif dan signifikan antara usia dan lama mengajar dengan orientasi task involved. Hal lain yang perlu dilakukan adalah penelitian tentang faktor-faktor pembentuk self efficacy dan hubungannya dengan goal orientation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tri Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam tercapainya sebuah tujuan proses belajar. Dalam bidang pendidikan, dikenal teori Goa/ Orientation (GO) untuk menggambarkan performa dan bagaimana anak belajar menghadapi tugas-tugas akademik di dalam situasi sekolah. GO dapat berupa keinginan untuk bisa memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan, yang disebut dengan task involved atau berupa keinginan untuk tampil baik dan mendapatkan penghargaan dari orang lain, yang disebut dengan ego involved. Selain faktor internal, GO juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Dalam kaitannya dengan sekolah, metode pengajaran yang diterapkan di kelas dapat menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi GO, karena metode pengajaran mempengaruhi bagaimana guru memberikan materi dan bagaimana situasi dalam kelas itu berlangsung. Di dalam penelitian ini, metode pengajaran dibagi menjadi belajar aktif dan belajar pasif. Belajar aktif adalah metode pengajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan belajar pasif adalah metode pengajaran yang menempatkan siswa pada peran yang pasif di dalam proses belajarnya di kelas. Selanjutnya penelitian ini diadakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan GO yang signifikan pada siswa sekolah dasar (SD) yang mendapatkan metode pengajaran belajar aktif dan belajar pasif.

Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang mengukur GO dan diberikan pada dua kelompok subyek, yaitu kelompok belajar aktif dan belajar pasif. Peneliti menggunakan 44 siswa sekolah dasar Islam (SDI) Pondok Duta sebagai subyek yang mewakili kelompok belajar pasif dan 34 siswa SDI Terpadu Fajar Hidayah yang mewakili kelompok belajar aktif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Seluruh subyek memiliki rentang usia 10-12 tahun atau kelas tinggi SD dimana pada usia tersebut siswa memiliki GO yang lebih stabil dibandingkan kelas rendah sehingga sudah dapat dilakukan pengukuran terhadap GO. Perhitungan reliabilitas alat dan T-fesf dalam penelitian menggunakan program SPSS 10.0.1 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan GO baik task involved maupun ego involved yang signifikan antara kelompok belajar aktif dan belajar pasif. Selanjutnya, skor rata-rata dari kedua kelompok menunjukkan bahwa siswa pada kelompok belajar aktif memiliki skor GO task involved yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok belajar pasif. Hal ini berarti siswa pada kelompok belajar aktif cenderung memiliki GO task involved daripada kelompok belajar pasif. Sebaliknya, siswa pada kelompok belajar pasif memiliki skor GO ego involved yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok belajar aktif. Hal ini berarti siswa pada kelompok belajar pasif cenderung memiliki GO ego involved daripada kelompok belajar aktif.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran mungkin menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi GO siswa. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh belum tentu menggambarkan hubungan sebab akibat. Artinya perbedaan GO yang signifikan antara kedua kelompok tidak benar-benar mutlak menggambarkan bahwa metode pengajaranlah yang mempengaruhi GO. Hal ini disebabkan karena penelitian ini bukanlah penelitian eksperimental yang dapat memastikan hubungan sebab akibat antar variabel penelitian.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan memperhatikan penggunaan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami mengingat subyek adalah siswa SO. Selain itu, penggunaan sampel yang lebih banyak diperlugan untuk hasil yang lebih baik. Secara aplikatif, hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah maupun guru untuk menggunakan metode pengajaran belajar aktif sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
2002
S3094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Putri Larasati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3579
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Evivania Judea Hasiannami
Abstrak :
Seiring meningkatnya tantangan dari dunia kerja, hadirnya pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman baru bagi kelompok dewasa muda, khususnya para mahasiswa yang akan menjalani transisi sekolah ke kerja. Dalam penelitian ini, adaptabilitas karier dilihat sebagai kemampuan yang dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman tersebut. Untuk lebih memahami pengembangan adaptabilitas karier, peneliti ingin melihat pengaruh yang dimiliki jenis goal orientation terhadap adaptabilitas karier dengan mediator keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Studi cross-sectional dilakukan dengan mengumpulkan partisipan berupa mahasiswa sarjana tingkat akhir dan fresh graduates dari berbagai universitas di Indonesia. Berdasarkan data dari 351 partisipan, keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler memediasi secara parsial hubungan learning goal orientation dengan adaptabilitas. Lalu, keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler memediasi secara penuh hubungan performance-approach goal orientation maupun performance-avoidance goal orientation dengan adaptabilitas karier. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat menjelaskan proses goal orientation memengaruhi adaptabilitas karier. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa masing-masing jenis goal orientation dapat mengembangkan adaptabilitas karier melalui pengaruhnya terhadap keterlibatan dalam ekstrakurikuler. ......Along with the increasing challenges from the labour market, the presence of the COVID- 19 pandemic has become a new threat for young adults, especially university students who are about to undergo the school-to-work transition. In this research, career adaptability is proposed as an ability that could help students face those challenges. Therefore, this research is expected to help increase the understanding related to development of career adaptability. Using a cross-sectional study design, a survey of final year undergraduate students and fresh graduates from various universities in Indonesia examined the effect that each type of goal orientation has on career adaptability with involvement in extracurricular activities as a mediator. Based on data collected from 351 participants, involvement in extracurricular activities partially mediated the relationship between learning goal orientation and career adaptability. Results also showed that involvement in extracurricular activities fully mediated the relationship between performance-approach goal orientation and performance-avoidance goal orientation with career adaptability. The results indicate that involvement in extracurricular activities can explain how goal orientation affects career adaptability. In addition, research also shows that each type of goal orientation can develop career adaptability through its influence on involvement in extracurricular activities.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>