Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsanty Noveria Syamsi
Abstrak :
Industri garment atau pakaian hampir dapat dikatakan tidak mempunyai entry barrier karena tidak diperlukan modal yang besar, teknologi yang cangg .ih maupun pekerja yang trampil. Disisi lain, sektor mi mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga sangat cocok diterapkan dinegara-negara berkembang. Ada tanda-tanda bahwa Indonesia akan semakin berperandalam industri mi baik untuk pasaran dalam negeri rnaupur untuk pasaran ekspor. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dalam hal jumlah tenaga kerja yang melimpah dan relatif murah, tersedianya bahn baku dan iklim. Investasi yang kondusif. Dengan kondisi seperti disebutkan diatas,. Dipastikan pendatang baru dalam bidang mi akan semakin meningkat dan persaingan akan semakin tajam. Persaingan ini tidak hanya dalam hal kualitas, tetapi konsumen juga menuntut mode yang mengikuti jaman serta citra atau image yang ditimbulkan oleh produk tersebut. Store image sangat penting untuk diperhatikan karena dapat mewakili semua aspek yang ingmn ditampilkan oleh sebuah toko, dapat merupakan umpan balik yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang stratejis dan dapatmenjadi pedoman untuk melakukan perubahan-perubahan untuk mencapai tujuan. Masalahnya tidak mudah bagi H & R untuk menciptakan image dan positioning yang dikehendaki karena ada faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi pembinaan citra ini.Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain adalah adanya globalisasi pasar dimana, kemajuan teknologi informasi perilaku konsumen di Indonesia serta persaingan yang semakin tajam dalam pasar dalam negeri. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi sukses tidaknya bisnis retail. pakaian jadi antara lain adalah bauran produk dan pelayanan, baurari komunikasi dan bauran harga yang diterapkan untuk mendukung citra tokonya tersebut. Bila ditinjau dari segi demografis yaitu dari jumlah dan distribusi umur serta potensipasar dalam negeri yaltu daya beli masyarakat, maka peluang dan prospek H & R sangat balk dimasa-masayang akan datang. Pada usianya yang relatif masih sangat muda yaitu kurang lebih dua tahun, dapat dikatakan bahwa H & R cukup berhasil dalam menerapkan strateji retaiuingnya meskipun belum bisa mencapai store image yang diharapkan karena bila ditinjau dari realisasi penjualan, H & R belum mencapal target yang telah ditetapkan. Keberhasilan dari penerapan .strateji retailing H & R ini banyak ditunjang oleh tersedianya dana untuk kepenluan tersebut, sehingga H & R dapat melakükan trial and error dalam produknya, melakukan promosi-promosi untuk meningkatkan citra atau. Image dari produknya serta mampu tetap menempati lokasi-lokasi yang dinilai stratejis di pusat-pusat perbelanjaan. Namun demikian, agar citra atau store image yang diharapkan dan target penjualannya dapat tercapai maka beberapa saran yang dapat diterapkan oleh H & R antara lain adalah pertama H & R harus lebih selektif dan efektif dalam mengeluarkan biaya promosi agar kerugian dapat dihindari. Saran kedua adalah bahwa koordinasi dan komunikasi antar departemen perlu ditingkatkan dan dibina terus menerus. Ketiga, untuk menunjang penerapan system distribusi yang dipil.ihnya, sebaiknya H & R mempunyai ciri yang. khas untuk seluruh outletnya (prototype store) agar dapat menunjang upayanya dalarn dalam menciptakan store image dan posisi yang diharapkan. Sedangkan untuk jangka panjang, H & R perlu mempersiapkan internal capabilities untuk mengembangkan franchise yang telah dimulai pembukaannya. Sistem ini selain dapat meningkatkan volume penjualan, dapat juga meningkatkan citra tokonya dimata konsumen.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Marliana
Abstrak :
Pada dasarnya industri kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Industri kecil memiliki fleksibilitas yang lebih baik dari industri menengah dan besar,bahkan dalam kondisi krisis pun industri kecil memiliki ketahanan yang lebih baik. Keberadaan industri kecil memberi dampak sosial dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan. Ada tiga komponen utama yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha kecil, yaitu SDM dalam hal ini pengusaha, strategi yang digunakan dan peran keluarga. Keluarga merupakan faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi perkembangan usaha kecil. Mengingat usaha kecil pada umumnya usaha keluarga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perilaku kewirausahaan pengusaha industri kecil dan peran keluarga pengusaha dalam upaya mengembangkan atau mempertahankan usaha industri kecil. Peneltian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci fenomena sosial yang kompleks. Penelitian dilakukan di sentra industri kecil Kalibata Pulo Jakarta Selatan. Subyek penelitian adalah satu orang pengusaha industri kecil berhasil, satu orang pengusaha industri kecil stabil dan satu orang pengusaha industri kecil tidak berkembang. Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi non-partisipan. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa industri kecil sebagai organisasi kewirausahan memiliki struktur organisasi sederhana terdiri dari pimpinan dan unit operasi. Pengambilan keputusan berada pada satu orang yaitu pimpinanusaha, sehingga maju mundurnya usaha sangat tergantung pada kemampuan kewirausahaan individu pengusaha. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa Pengusaha berhasil merupakan sosok pengusaha yang ulet dan mau bekerja keras. Faktor yang dapat menghambat perkembangan usaha industri kecil pada kasus Pengusaha Tidak Berkembang cenderung merupakan kendala internal yaitu kemampuan pengambilan resiko yang rendah, hal ini ditunjukkan dengan usahanya hanya produktif pada waktu musim ramai saja. Sedangkan pada Pengusaha Stabil, faktor internal yang menghambat perkembangan usahanya adalah etos kerja yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan usaha ditentukan oleh kemampuan mengambil resiko (risk taking) dan memiliki etos kerja tinggi dari pelaku usaha, dimana keduanya menunjukkan karakteristik pengusaha yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kemampuan kewirausahaan pengusaha tercermin dari strategi pemasaran yang diterapkan pengusaha dalam upaya mengembangkan usahanya. Meskipun sebagian pengusaha di sentra Kalibata Pulo berlatar belakang keluarga wirausaha, namun peran keluarga tidak dominan dalam pengembangan usaha. Sebagian besar pengusaha di sentra tersebut masih memiliki ikatan keluarga satu dengan yang lainnya, namun hal tersebut tidak mendorong mereka untuk melakukan penggabungan usaha atau membentuk suatu asosiasi untuk pengembangan usaha. Masing-masing pengusaha menjalankan usahanya sendiri-sendiri. Mereka tidak memanfaatkan hubungan keluarga untuk mendapatkan bantuan modal dari lingkungan keluarga, karena dikhawatirkan dapat mengganggu hubungan silaturahmi diantara mereka. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya industri kecil di Sentra Kalibata Puloa mempunyai peluang yang sama untuk mendapat pembinaan. Mereka sudah dapat memanfaatkan program bantuan modal usaha, mesin maupun program pelatihan. Namun karena penentuan program pelatihan masih bersifat top-down tanpa mengetahui kebutuhan industri kecil, hal ini menyebabkan para pengusaha enggan menerapkannya dalam kegiatan usaha sehari-hari. Dengan melakukan analisis terhadap kendala-kendala internal dan eksternal yang dapat menghambat perkembangan usaha industri kecil di sentra Kalibata Pulo, menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi oleh para pengusaha dalam menjalankan usahanya tidak sama. Namun secara umum masalah utama yang dapat diidentifikasi adalah kemampuan kewirausahaan pengusaha yaitu aspek pengambilan resiko dan etos kerja yang rendah. Selain itu, masalah permodalan dan persaingan tidak sehat. Hasil temuan lapangan menunjukan tidak ada jaringan diantara para pengusaha industri kecil berbentuk ikatan atau paguyuban. Hal ini berarti sentra Kalibata Pulo tidak bersifat dinamis. Jaringan diantara pengusaha dapat berfungsi sebagai fasiltas pertukaran informasi yang dapat mendukung perkembangan usaha. Dalam upaya untuk mengembangkan usaha industri kecil di sentra kalibata Pulo, maka intervensi dapat dilakukan dengan 'Program Pengembangan Jaringan antar Pengusaha Berbasis Komunitas Sentra".
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T4363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Georgina Ariela Warganegara
Abstrak :
Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan adanya proses ko-evolusi di antara perusahaan-perusahaan dalam industri tekstil dan pakaian di Indonesia, dengan pemerintah sebagai perwakilan dari lembaga lokal. Hasil dari riset menunjukkan bahwa seiringnya waktu, perubahan dalam lembaga lokal telah terjadi dalam industri yang di jelaskan oleh beberapa faktor regulasi dan juga kondisi perekonomian negara yang turut berkontribusi dalam kecepatan proses ko-evolusi tersebut. Sebuah fokus dari beberapa kasus seperti: penerapan kebijakan; krisis moneter di Indonesia, dan perkembangan teknologi telah disediakan sebagai pendukung argumen. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa proses ko-evolusi melalui adaptasi bersama diantara pelaku dapat mempercepat dan telah berkontribusi dalam perkembangan ekonomi negara secara keseluruhan. ......This research is an exploratory attempt to show the co-evolutionary relationship between Indonesian firms in the textile and garment industry, and the local government as a representative of local institutions. The result shows that institutional changes occurred within the industry were driven by several regulated factors and the country's economic condition affected the speed of co-evolution. A focus on cases such as: various policy implementations, Indonesian monetary crisis, and technological development are provided for further support. This research shows that co-evolutionary process by mutual adaptation between the actors enables faster and overall economic growth of the country in general.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Lisyani
Abstrak :
Guna meningkatkan nilai ekspor, perusahaan dapat mengandalkan pelaksanaan bauran pemasaran sebagai keunggulan bersaingnya. Sub variabel bauran pemasaran yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah produk. harga, distribusi dan promosi. Khusus mengenai bauran pemasaran yang digunakan untuk kegiatan ekspor, karakteristiknya disesuaikan dengan kondisi pasar tiap negara tujuan sehingga produk dapat diterima oleh konsumen. Penelitian menggunakan 62 industri ekspor garmen sebagai responden. Berdasarkan jawaban kuesioner yang diisi oleh responden, pengukuran efektivitas bauran pemasaran terhadap nilai ekspor diukur dengan metode statistika non-parametrik. Pengukuran ini diuji pada masing-masing responden terlebih dahulu dengan metode tabulasi silang untuk membuktikan bahwa bauran pemasaran yang dilakukan efektif secara keseluruhan. Masing-masing perusahaan memberikan penilaian yang relatif cukup terhadap bauran pemasaran. Penilaian ini diasumsikan mewakili pelaksanaan bauran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan. Penilaian tertinggi diperaleh dari sub variabel kualitas produk (X12) dan kemasan produk (X16) yaitu sebesar 251. Uji hipotesis membuktikan bahwa seluruh variabel bauran pemasaran efektif terhadap peningkatan nilai ekspor dengan tingkat efektivitas rata-rata sebesar 73,8%. Tingkat efektivitas dari masing-masing variabel bauran pemasaran terhadap nilai ekspor adalah sebagai berikut: bauran promosi sebesar 78,3%, bauran distribusi sebesar 72,9%, bauran harga sebesar 72,5% dan bauran produk sebesar 71,6%. Dalam pelaksanaan bauran pemasaran, hasil uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat hubungan efektivitas dari antara masing-masing variabel bauran pemasaran dalam meningkatkan nilai ekspor. Terdapat hubungan efektivitas tertinggi dari antara bauran distribusi dan bauran promosi yaitu sebesar 75,5%. Oleh karena itu, ada baiknya jika industri kecil garmen memperhatikan pelaksanaan kedua unsur bauran pemasaran tersebut secara bersamaan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herryanto
Abstrak :
Kualitas udara dalam ruang pada industri garmen rumah tangga dicemari oleh gas formaldehid dari bahan tekstil. Gas formaldehid akan menyebabkan efek iritasi pada pekerja yang berada dalam ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pencemaran udara dalam ruang oleh gas formaldehid dan efek iritasi yang terjadi pada pekerja garmen di industri rumah tangga. Juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi gas formaldehid dalam ruang (temperatur, kelembaban, kepadatan dan luas ventilasi ) dan karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, lama bekerja dan jenis pekerjaan). Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional), pengambilan sampel secara purposif pada 4 industri garmen rumah tangga di Jakarta Barat dengan jumlah responden 192 orang. Hasil pengukuran konsentrasi gas formaldehid dalam ruang pada industri garmen rumah tangga antara 0,00 mg/m3 - 0,62 mg /m3 dengan rata-rata 0,27 mg/m3, pada beberapa titik sampel ada yang melampaui nilai ambang batas untuk TLV.C (0,37mg/m3 ). Dengan mempergunakan uji statistik regresi logistik didapatkan hasil bahwa konsentrasi gas formaldehid, lama bekerja dan jenis pekerjaan berhubungan dengan terjadinya efek kesehatan/iritasi pada pekerja dan masuk dalam model persamaan regresi logistik. Konsentrasi gas formaldehid adalah variabel yang paling mungkin untuk di intervensi untuk menurunkan resiko terjadinya efek kesehatan yang lebih berat. Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara konsentrasi gas formaldehid dalam ruang dan efek kesehatan/iritasi pada pekerja industri garmen rumah tangga dan disarankan agar lingkungan kerja lebih diperhatikan sebagai upaya untuk menurunkan konsentrasi gas formaldehid dan pemakaian bahan substitusi untuk formaldehid pada tekstil. Daftar bacaan : 30 ( 1977 - 1996 )
The Relationship Between Indoor Air Pollution by Formaldehyde and Irritation Effect on Household Garment Industry Workers In Jakarta 1997The quality of indoor air at household garment industry is contaminated by formaldehyde of textile material. Formaldehyde will cause irritating effect on the indoor workers. The purpose of this research is to know the relationship between indoor air pollution by formaldehyde and the irritation effect on household garment industry workers. It is also to know the factors that influence indoor formaldehyde concentration (temperature, humidity, density and ventilation) and the workers' characteristic (age, sex, smoking habit, length of working and kind of job). The research used cross sectional design, taking the sample purposely at four household garment industries with 192 respondents in west Jakarta, The measurement result of the indoor formaldehyde gas concentration at household garment industries is between 0,00 mg 1 m3 - 0,62 mg/m3 with the average 0,27 mg/m3 , on some sample dots there is an over limit value of TLV.C (0,37mg/m3 ). Using the logistic regression statistic test, we find the result that formaldehyde concentration , length of working, kind of job related to the cause of health effect/irritation on the workers and belong to logistic regression similarity model. The concentration of the formaldehyde gas is the most possible variable to be intervened to decrease the risk of severe health effect. The research concluded that there is a relationship between the indoor concentration of formaldehyde and the health effect/irritation on household garment industry workers. It suggested that the working environment to be more paid attention as an effort to decrease the formaldehyde concentration and using of the substituted formaldehyde material on textile. References : 30 ( 1977 - 1996 )
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zuriah Sunarmi
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Untuk Mengetahui hubungan kuat penerangan dengan kelelahan mata dan produktivitas kerja, telah dilakukan penelitian kross seksional terhadap 264 tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai penjahit di Industri Konveksi PT. Busana Rama Tekstil & Garment. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Anamnesa, pemeriksaan fisik, khususnya kelelahan mata dengan menggunakan near point ruler serta pemeriksaan lingkungan terutama yang menyangkut penerangan tempat kerja dengan menggunakan lux meter. Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian mencatat kuat penerangan rata-rata di seluruh tempat kerja adalah 238.50 lux, dengan simpang baku 77.36. Prevalensi rate kelelahan mata setelah 4 jam adalah 84.5%. Tidak ditemukan hubungan antara timbulnya kelelahan mata dengan kuat penerangan, warna bahan pakaian, lama kerja, pendidikan, serta golongan umur. Produktivitas rata-rata seluruh pekerja setelah bekerja selama 4 jam adalah 72,65 potong pakaian per jam dengan simpang baku 38.47. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang bermakna antara produktivitas kerja dengan warna bahan pakaian serta dengan kuat penerangan, tetapi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelelahan mata, lama kerja, pendidikan, dan golongan umur.
The Relationship between Light Intensity and Asthenopia as well as Working Productivity of the Labor Working at Garment Industry of PT. Busana Rama Textile & Garment TangerangThe Scope and Method of Study. In order to find out the relationship between the light intensity with asthenopia and working productivity, a cross sectional study is conducted toward 264 female worker who are working as tailor in the garment industry of PT. Busana Rama Textile and Garment. The collection of data is carried out by anamneses, physical examination, especially related to asthenopia by using near point ruler, and environment examination regarding the light intensity at the working place by using the lux meter. Results and Conclusion: The study find out that the average light intensity for all working places is 238,50 lux, with standard deviation of 77.36. The prevalence rate of asthenopia after working for 4 hours is 84,5%. There are no relationship between asthenopia and light intensity, color of clothes raw-material, length of work, educational level, and age group of the female workers. The average productivity for all workers after working for 4 hours is 72,65 pieces of cloth per hour with the standard deviation of 38,47. The result of statistic shown that there are relationship between working productivity and color of cloths raw-material and light intensity. However with regards of asthenopia, length of work, educational level, and age group of the female workers there are no relationship with working productivity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanna Azhar Arief
Abstrak :
Industri garmen adalah industri dengan serapan tenaga kerja terbesar di Indonesia. Faktor lingkungan dan inovasi sistem produksi-bisnis sangat berpengaruh pada keberhasilan produksi pakaian jadi. Keterlibatan pekerja dan mesin yang lebih besar dan cepat, meningkatkan risiko keselamatan kerja. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan dan memahami bagaimana proses produksi, bahaya dan risiko yang ditemukan, dan rekomendasi pada proses produksi pakaian jadi industri garmen. Penelitian ini dilakukan di PT. Busana Remaja Agracipta yang bergerak pada sektor industri garmen yang berfokus pada pakaian dalam wanita. Identifikasi bahaya dilakukan dengan menggunakan Job Hazard Analysis. Kemudian, analisis risiko dilakukan dengan metode semi-kuantitatif mengacu pada AS/NZS 4360:2004 dan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh William T. Fine (1971). Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan 48 bahaya dan risiko yang tersebar pada 11 proses kerja. Pengendalian yang telah diimplementasikan Perusahaan berhasil menurunkan level of risk setidaknya pada 22 risiko yang ditemukan menjadi acceptable. ......The garment industry is one of the industries with the highest labor absorption in Indonesia. Environmental factors and innovations in the production-business system greatly influence the success of ready-made clothing production. Increased involvement of workers and faster and larger machinery escalates the risk of occupational safety. This research was conducted to explain and understand the production process, the hazards and risks identified, and recommendations for the ready-made garment production process in the garment industry. This research was carried out at PT. Busana Remaja Agracipta, which operates in the garment industry sector with a focus on women's underwear. Hazard identification was conducted using Job Hazard Analysis. Subsequently, a risk analysis was performed using a semi-quantitative method referring to AS/NZS 4360:2004 and utilizing formulas developed by William T. Fine (1971). Based on the results of this research, 48 hazards and risks were identified across 11 work processes. The controls implemented by the company have successfully reduced the level of risk for at least 22 identified risks to an acceptable level.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rahayu Aprilia
Abstrak :
Beberapa penelitian telah mempelajari bahwa pelanggaran dari leading brand dan manajemen subkontraktor menyebabkan pelemahan hak-hak pekerja garmen dalam Global Value Chain. Sayangnya, sedikit penelitian yang meneliti bagaimana pemerintah daerah juga berperan mengurangi hak perlindungan pekerja garmen dalam rantai nilai global. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji resistansi buruh garmen PT GSS terhadap pemerintah daerah dan manajemen ketika menuntut penegakan hak-hak pekerja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Kombinasi tindakan pemerintah daerah dan pengusaha telah mengembangkan rezim produksi di PT GSS, serupa dengan konsep global fragmented despotism. Penelitian ini telah menemukan bahwa negara melalui pemerintah daerah memfasilitasi despotisme dalam rezim produksi dengan peraturan yang mengakomodasi PHK sepihak, menghapus kenaikan upah minimum, dan kurang berjalannya fungsi pengawasan. Konsekuensi dari peran negara tersebut menyebabkan perusahaan melemahkan resistansi pekerja dengan membentuk serikat tandingan, sistem kejar target, watak keras manajemen, dan sistem No Work No Pay. Para buruh melawan despotisme yang terfragmentasi ini dengan berbagai aksi protes di tempat kerja dan kampanye internasional. ......Some studies have studied that violations of the leading brands and subcontractor management cause the weakening of garment workers' rights in the Global Value Chain. Unfortunately, little research examines how local governments also play role in reducing the protection rights of garment workers of global value chain. This study aims to examine the resistance of PT GSS garment workers to the local government and their employers when demanding the enforcement of their labor rights. This research uses a qualitative method with a case study approach, collecting data through interviews and observation. A combination of local government and employer actions has developed a production regime at PT GSS, similar to a globally fragmented despotism concept. This research has found that state through local governments facilitate despotism in the production regime by regulations that accommodate arbitrary layoffs, eliminate minimum wages’ increase, and lack of functioning of a supervisory function. The consequences of the state’s role caused company weakens workers' resistance by forming counter-unions, target-chasing systems, management's intransigence, and No Work No Pay system. The workers resisted this fragmented despotism with various kind of protest actions at the workplace and international campaigns.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Murtiningsih
Abstrak :
Evaluasi pendapatan tenaga kerja pada sektor industri garmen dengan lamanya jam kerja perharinya. Dengan adanya penambahan jam kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja, jam kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja telah dapat meningkatkan pendapatan mereka. Peningkatan jam kerja tenaga kerja pada sektor industri garmen ini telah dapat meningkatkan pendapatan mereka, ini berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada tabel 5 dan tabel 6. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan dengan koefisien korelasi, hubungan kenaikan pcndapatan dan peningkatan jam kerja ini hanya 16,07% dan pengujian kapasitas terhadap koefisien korelasi ini ditolak karena tb < t005/2 (b) atau 0,064 < 2,306. Untuk kapasitas yang diterima tenaga kerja dapat diterima karena to> ta/2(529) atau 7,5504 > 1,960. Jadi dapat disimpulkan peningkatan jam kerja yang dilakukan tenaga kerja pada sektor industri garmen ini telah dapat meningkatkan pendapatan tenaga kerja.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Laela Dika Wulandari
Abstrak :
Abstract We try to analyze the impact of Chinese Textile and Garment (T&G) imports, and the internal and external factors to the firm survival and growth of T&G industry in Indonesia, for the period study of 2002 to 2007. Probit regression model is used to analyze the impact of Chinese imports to the survival of firm, while OLS regression model is used to analyze its growth. It shows that the ability of firms' survival is influenced by the internal and external factors. The Chinese imports give positive impact to the firms' survival ability. On the other hand, firm's growth is only affected by its internal characteristics, while the impact of Chinese imports is proven not significant. The Heckman test result stated that there are no correlation between firms' ability to survive and the firm growth behavior.

Abstrak Studi ini menganalisis dampak dari penetrasi impor TPT Cina, faktor internal, serta faktor eksternal terhadap kebertahanan dan pertumbuhan perusahaan dalam industri TPT Indonesia periode tahun 2002-2007. Metode probit regression digunakan untuk mengetahui dampak impor Cina terhadap kebertahanan perusahaan, sementara regresi linear sederhana (OLS) digunakan untuk menganalisis pertumbuhannya. Ditemukan bahwa kebertahanan perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal, serta impor Cina yang memberikan dampak positif. Sementara pertumbuhan perusahaan hanya dipengaruhi oleh faktor internal, di mana impor Cina tidak memberikan dampak signikan. Hasil pengujian Heckman menyatakan tidak ada indikasi hubungan antara kebertahanan perusahaan dengan perilaku pertumbuhannya.
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>