Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supriya Priyanto
Abstrak :
Setelah selama abad 20 orang terdorong untuk maju, membangun dan berpacu mengembangkan teknologi modern, maka hidup manusia menjelang abad 21 dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat kontradiktif. Di satu sisi berlangsung dunia yang bercirikan kemenangan sains dan teknologi, namun di sisi lain orang banyak merasakan kegagalan dalam menciptakan dunia baru dan berbahagia. Untuk menghapuskan kegagalan itu, jalan pintasnya orang bisa saja menolak sains dan teknologi, namun itu tidak mungkin dilakukan karena fakta sejarah telah menunjukkan bahwa "kebudayaan" sains dan teknologi telah memberi andil besar bagi kemajuan umat manusia. Selain itu penolakan berarti juga meniadakan kemenangan. Di tengah konflik dan kegalauan hati manusia, orang mulai melihat pentingnya aspek manusia dalam menyongsong kehidupan di masa datang. Masalah manusia atau kemanusiaan, telah menjadi topik pembicaraan utama di sepanjang masa di berbagai belahan?.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas eksperimen bahasa cinta yang dilakukan Heinrich von Kleist dalam drama Penthesilea. Eksperimen pemikiran tersebut berangkat dari pandangan skeptis Kleist terhadap bahasa, bahwa bahasa tidak dapat secara tepat merepresentasikan pikiran dan perasaan manusia.

Analisis dilakukan terhadap komunikasi yang terjalin antara kedua tokoh utama drama ini, Penthesilea dan Achill yang saling mencintai. Komunikasi itu sendiri ditinjau dari dua dimensi komunikasi yang dihadirkan oleh Kleist, yakni komunikasi verbal dan non verbal. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi komunikasi tersebut mempengaruhi sifat hubungan asmara antara Penthesilea dan Achill. Berbeda dengan hubungan cinta mereka yang identik dengan kekerasan tatkala mereka tidak berbincang-bincang, pada saat keduanya menggunakan bahasa, hubungan cinta mereka berdua sekilas tampak harmonis. Namun sesungguhnya justru pada permainan bahasa yang dilakukan oleh Achill inilah terletak unsur tragis dari drama Penthesilea. Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta dengan harapan dapat membuat hubungan asmara mereka semakin mesra justru mengakhiri hubungan cinta mereka. Penthesilea salah paham terhadap permainan bahasa yang dilakukan dengan semena-mena oleh Achill, sehingga ia membunuh Achill. Kematian Achill menandakan kegagalan eksperimen bahasa cinta Heinrich von Kleist.

Kegagalan eksperimen bahasa cinta Heinrich von Kleist tersebut menunjukkan bahwa usaha pencarian bentuk bahasa ideal yang dilakukan Kleist merupakan usaha filosofis yang pada kanyataannya memang tidak pernah selesai dalam menemukan jawaban atas masalah kehidupan.
1999
S14763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nestri Rahayu
Abstrak :
Maria Nestri Rahayu, 0701160216. Problem Subjek dalam Konsep Hiperealitas Jean Baudrillard; Analisa Filosofis film The Truman Show. (Di bawah bimbingan Bapak Tommy F Awuy). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Untuk memahami konsep hiperealitas terutama problem subjek yang dikemukakan Jean Baudrillard perlu dilakukan penelusuran terhadap sejarah perkembangan filsafat mengenai tema-tema tersebut. Diawali dengan konsep realitas yang berkembang pada Taman Yunani, yaitu realitas sebagai substansi dasar pembentuk alam, yang terletak di bawah payung metafisika. Pada masa modern, pemahaman mengenai realitas diperoleh saat mencari pengetahuan yang benar dan tepat, Realitas berada baik dalam wilayah metafisika maupun episteinologi. Realitas bergeser menuju lingkup Filsafat Bahasa sejak hadirnya kaum strukturalis. dare sinilah, realitas mengalarni revolusi di dalam warna dekonstruksi, di bawah bendera postrukturalis. Adanya dekonstruksi membawa Jean Baudrillard untuk merumuskan sebuah konsep baru mengenai realitas, yaitu hiperealitas. Hiperealitas adalah era yang dituntun oleh model-model realitas tanpa asal usul dan referensi. Dunia yang nampak lebih real daripada realitas itu sendiri. Dalam wacana hiperealitas sudah tidak ada lagi subjek yang dapat diketahui. karena seluruh aspek kehidupan telah melebur dalam simulakrum, demikian halnya dengan subjek dan objek. Konsekuensi logis dari meleburnya subjek-objek adalah tidak adanya lagi subjek yang menandai hiperealitas. Kita tidak menyadari bahwa seluruh aspek kehidupan kita pun tidak lebih dari sebuah simulakrun besar. Pada saat manusia ikut terlarut di dalam sistem penandaan, maka terlihat tidak adanya lagi pemisahan antara subjek dan objek. Semuanya melebur dalam hiperealitas. Permasalahan mengenai relasi subjek-objek tidak terlepas dan problem realitas. Cara pandang mengenai realitas berimplikasi logis terhadap pengertian relasi subjek-objek. Para filsuf alam mengatakan bahwa subjek manusia berada di dalam himpunan objek (alam). Para pemikir modern memandang manusia sebagai pusat segala sesuatu yang dapat mengamati hal-hal di luar manusia (objek). Subjek modern mengambil jarak dengan objek, teljadi pemisahan tegas antara subjek dan objek. Fenomenologi mendamaikan pemisahan ini dengan intensionalitas-nya. Menghilangnya dikotomi subjek-objek nampak jelas ketika Derrida mengemukakan konsep Dasein, dan semakin dipertegas pada saat Wittgenstein dan Derrida mengemukakan mengenai permainan bahasa dan dekonstruksi. Melalui film The Truman Show, pemikiran Baudrillard yang cukup rumit, diturunkan dari tataran konsep ke tataran praktis, yang berada sangat dekat dengan kehidupan kita. Konsep hiperealitas, strategy of the real, dan problem subjek Film Truman Show merupakan film yang menceritakan mengenai reality show dalam bentuknya yang paling ekstrim. Di sini kita dapat inelihat dengan jelas betapa suatu bentuk simulakrum yang dibuat demi kepentingan tertentu, berhasil menyihir masyarakat untuk terus-menerus menyaksikannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S16179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Diah Irmaningrum Susanti
Malang: Setara press, 2017
343.048 2 DIA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasuhuk, Tonny
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T5972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sen, Amartya, 1933-
New York: Norton, 2006
303.601.1 SEN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Salsalina
Abstrak :
ABSTRAK
Peradaban modern di satu sisi menjadikan manusia berkembang dalam parameter progresif, namun di sisi lain efek negatif kedisiplinan menyembunyikan kekerasan. Hal ini menimbulkan permasalahan eksistensialisme. Skripsi ini membahas studi kasus Dave Pelzer dianalisis secara filosofis dengan pemikiran Emmanuel Levinas. Tidak hanya sebatas pada eksistensialisme, Levinas melampaui egosentris eksistensialisme dalam humanisme dengan eksistensialisme etis dalam humanitarianisme. Ini adalah pembuktian bahwa kedalaman eksistensialisme tidak hanya sekedar berhenti pada Ada melainkan melampaui dirinya menuju substitusi, yaitu kehadiran Yang Lain dalam keberagamannya (pluralitas). Ide atas totalitas (kepenuhan Ada) didobrak oleh ide atas infinitas (keberagaman) dalam bahasa. Humanitarianisme sebagai pergerakan pengakuan dan kepedulian terhadap Yang Lain membuka jalan keadilan dan kedamaian. Hal ini dapat kita implementasikan dalam keluarga dan tetangga yaitu perhatian dan etika di dalam keluarga.
ABSTRACT
In one side, modern civilization made human depelopment in progressive parameter, but in the other side there is negative effect from those dicipline system which hiding the violent character back of it. Consequently this sense made appeared existentialism problem. This graduate thesis discussing about studied a case of Dave Pelzer analized philosophically by Emmanuel Levinas thought. This wasn?t limited in existentialism, Levinas want to reached beyond existensialism?s egosentric on humanism with existensialism ethics on humanitarianism. He maked evidence that existensialism didn?t stop on Being but beyond him/her self through substitution, the presents of The Others in their diversity (plurality). The idea of totality (the completeness of Being) breached by the idea of infinity (diversity) through the language. Humanitarianism as a movement in recognitions and cares to The Others open the way of justice and peace. We can implementing this movement start from family and neighbourhood, such as attentions and ethics in family.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesiaa, 2011
S490
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 13 (1-4) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Diwati
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai Serat Dewaruci, salah satu karya sastra Jawa yang mengungkapkan ajaran mistisisme Jawa. Dalam Bab I (Pendahuluan) dikemukakan bahwa gagasan dasar yang mendorong penulisan skripsi ini adalah keinginan meninjau filsafat Jawa sebagai salah satu tradisi filsafat yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Tradisi ini terungkap dalam salah satu sikap yang senantiasa berusaha mencari dasar awal segala sesuatu lewat renungan tentang apa yang terdapat di belakang segala wujud lahir dan pencarian sebab terdalam dari padanya. Renungan dilaksanakan dengan keheningan cipta-rasa-karsa dalam samadi. Dalam Bab II dikemukakan perjalanan sejarah Jawa sebagai dimensi yang turut membentuk paham pemikiran Java. Melalui penelusuran sejarah sejak jaman Pra sejarah, jaman Hindu/Budha, hingga jaman Islam , menunjukkan adanya titik-titik pertemuan diantara ajaran Hindu/Budha sebelum kedatangan Islam dan ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia. Pandangan kedua sistim keagamaan tersebut digali dan diolah dengan unsur asli pemikiran Jawa sehingga diresapi sebagai ungkapan identitas Jawa sendiri. Bab III meraparkan kisah Dewaruci sebagai salah satu kar_ya sastra Jawa penuh kias dan lambang yang mengisahkan perjalanan Bima di dalam mencari air hidup agar mempero1eh kesempurnaan. Perjalanan Bima ini merupakan kesatuan gerak dalam kesa_tuan pengalaman yang menggambarkan proses kesadaran panca inde_ra memasuki kesadaran pribadi kernudian mencapai kesadaran ilahi. Lewat pendekatan filsafat diungkapkan aspek filosofis yang terkandung di dalamnya : aspek metafisika, yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam dunia sebagai wujud nyata yang dapat di_tangkap panca indera, dipertanyakan darimana dan kemana semua wujud ini. Aspek anthropologi mengungkapkan bahwa tata eksistensi manusia terdiri dari dua segi fundamental realitas yang bersatu dalam diri manusia yakni segi lahir dan yang dibelakangnya terselubung segi batinnya . Aspek etika/estetika mengungkapkan bahwa etika adalah sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Aspek epistemologi mengungkapkan proses memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan kodrat kemampuan manusia untuk meningkatkan kesadaran aku (kesadaran panca indera) kepada kesadaran hening dalam cipta rasa-karsa, menuju kesadaran pribadi dan akhirnya mencapai kesadaran ilahi. Pengungkapan klasifikasi aspek-aspek tersebut sebagai acuan bagi kita untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalaman di samping memberikan struktur bermakna kepada alam pengalaman. Memasuki bab IV dimulailah pembahasan mengenal kisah Dewaruci sebagai ungkapan mistisisme Jawa. Sebelumnya dikemukakan mistisisme dalam pengertian umum yaitu sebagai ajaran rahasia yang tersembunyi yang berkembang praktis dalam semua agama sebagai jalan batin menuju Tuhan Yang Maha Esa. Mistisisme Jawa secara umum disebut sebagai kebatinan Jawa. Praktek penghayatan dalam kebatinan Jawa adalah usaha yang bersifat pribadi yang bertujuan mencapai kesatuan hamba dengan Tuhan. Kemampuan tersebut dicapai melewati jalan 4 tahap : Sarengat, Hakekat, Tarekat dan Makrifat. Penuangan kebatinan Jawa dilambangkan dengan tokoh Bima sebagai gambaran manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Bima menjalankan laku susila untuk mencapai kesempurnaan dengan mengembangkan rasa hingga mencapai kesadaran ilahi. Tuntutan etika merupakan sarana dan petunjuk jalan terbaik untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman batin hingga rasa jati dimana manusia bertemu dengan Yang ilahi. Perjalanan batin Bima sebagai praktek penghayatan yang menempatkan suatu penalaran yang mengembangkan penggunaan rasa untuk menyingkap pengetahuan dari Zat Yang Mutlak Rasa menurut paham Jawa dapatlah disamakan dengan hati nurani atau suara hati menurut paham Barat dalam arti sebagai penuntun tingkah laku manusia dari dalam. Perbandingannya, hati nurani di Barat sebagai hukum Tuhan Yang Mutlak yang digoreskan dalam diri manusia, maka di Jawa hati nurani adalah Tuhan yang bertahta dalam inti yang terdalam dari manusia yang memanggil manusia kasar untuk kembali ke asalnya. Demikianlah pembahasan Skripsi dari Bab I hingga Bab IV. Skripsi ini ditutup dengan Evaluasi dan Kesimpulan pada Bab V yaitu melihat seberapa jauh kaitan dan hubungan penghayatan menurut versi Dewaruci dengan penghayatan kebatinan dewasa ini serta adalah peranannya di Indonesia. Akhirnya disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan kebatinan menurut versi Dewaruci dengan kebatinan masa kini yang pada intinya ingin mewujudkan kesatuan hakiki antara hamba dan Tuhan (manunggaling kawula Ian gusti) melawan kemajuan perkembangan yang menyesatkan (individualisasi) dengan pembangunan mental menuju ke perkembangan dunia secara harmonis (memayu hayuning bawono). Praktek kebatinan mengacu pada pemusatan moral yang besar maka praktek kebatinan merupakan kondisi bagi hidup yang baik di bumi Indonesia ini. Keteraturan manusiawi dan kosmos yang terpadu adalah bagian dari keseluruhan hubungan harmonis dengan alam adikodrati dan kondisi-kondisi harmonis dalam kosmos yang akan memantulkan masyarakat teratur yang adil dan makmur. Bila kesadaran rohani manusia-manusia Indonesia dikembangkan, tidak mengumbar hawa nafsu dan pamrih, maka kehidupan dalam masyarakat Indonesia ini akan tertib, tenteran dan teratur Pula. Inilah cermin keteraturan kosmos serta hubungan antara Tuhan dengan manusia.
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatin Muslim
Abstrak :
Skripsi ini terdiri dari 5 bab, dan 3 bab merupakan inti dari buah pikiran penulis tentang tinjauannya secara filosofis terhadap matematika. Pada bab pertama selain memuat tema, metode dan sistematika penulisan juga secara ekplisit diberikan argumen dipilihnya judul dari skripsi. Karena penulis sangat prihatin atas terlupakannya ilmu-ilmu bantu seperti matematika oleh para pengguna dan pengembang matematika ini. Untuk selanjutnya diharapkan dengan pemahaman agak mendalam terhadap matematika, para pengguna dan pengembang sadar dan tahu bahwa ilmu-ilmu bantu seperti matematika, fisika, kimia dan lain sebagainya dapat bahkan penting untuk pengembangan ilmu dan teknologi. Metodologi matematika selama ini metode yang dipergunakan sering berubah-ubah namanya, dalam skripsi ini menggunakan metode deduksi dan aksiomatisasi. Apakah deduksi dan apa aksiomatisasi dapat diikuti pada bab 3, secara sengaja dipakai ilustrasi pada model-model matematika yang telah popular. Pada bab 4 berisi epistemologi dan ontologi dalam matematika. Kajian episternologi matematika mencari jawab dari mana sumber-sumber matematika, batas-batasnya dan juga. metodenya: Ontologi matematika tidak mempermasalahkan adanya matematika; tetapi adanya obyek-obyek di dalam matematika. Orang telah telanjur latah menyebut garis, titik, dan bidang di dalam lima ukur datar. Tetapi apakah hakekat dari garis, titik, dan sebagainya? Adakah hal-hal tersebut didunia nyata atau hanya ada di dalam ide saja, jawaban ini beraneka ragam menurut paham dan aliran-aliran filsafat yang dianut; Pada paham logisme mengatakan bahwa hakekat matematika adalah logika, tetapi aliran formalisme menekankan segi-segi formal.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>