Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Nur Khabbani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada kondisi cash flow perusahaan berisiko, maka perusahaan akan mengalami penurunan cash flow pada saat perusahaan membutuhkan pendanaan. Dengan asumsi bahwa shareholder dapat menilai risiko perusahaan, maka expected return diprediksi dapat menimbulkan precautionary motive dalam kebijakan cash holding. Dengan menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan menggunakan metode Pooled Ordinary Least Square, ditemukan bahwa expected return mempengaruhi perubahan cash holding perusahaan secara negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh expected return terhadap perubahan cash holding tidak didorong oleh precautionary motive melainkan diduga didorong oleh perilaku market timing manajer perusahaan. Lebih lanjut, hasil pada penelitian ini adalah konsisten ketika peneliti menambahkan variabel cash flow, size (ukuran perusahaan), dan book to market ratio.
ABSTRACT
In condition of risky cash flow, firms experience cash flow shortfall when firms need financing the most. With assumption that shareholder can value firm's risk, I predict that expected return can impact precautionary motive in cash holding policy. Using data of manufacturing firms listed in Bursa Efek Indonesia and Pooled Ordinary Least Square method, I find that expected return impact changes ini cash holding with negative sign. This result showed that the impact of expected return toward changes in cash holding is not driven by precautionary motive, but it's maybe driven by manager's market timing. Moreover, this result is consistent when I add variables cash flow, size, and book to market ratio.
2013
S46236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inav Haria Chandra
Abstrak :
Penelitian ini tergolong studi asset pricing yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan suatu risiko terhadap expected return . Idiosyncratic volatility merupakan proksi alami dari idiosyncratic risk yang hanya terdapat pada suatu sekuritas. Dalam penelitian ini, nilai idiosyncratic volatility dihitung dengan pendekatan direct, menggunakan model Fama-French Three Factor. Disamping itu, penulis mengestimasi nilai expected idiosyncratic volatility dengan model EGARCH karena sifat volatilitas yang memiliki variasi terhadap waktu (time varying). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa idiosyncratic volatility berpengaruh positif terhadap return saham pada waktu bersamaan (contemporaneous). Sedangkan nilai lagged idiosyncratic volatility juga ditemukan berpengaruh positif terhadap return. Terakhir, penulis menemukan bahwa nilai expected idiosyncratic volatility yang diestimasi dengan model EGARCH memiliki pengaruh positif terhadap return dimana hasil ini dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara idiosyncratic risk dan expected return. ......This research classified as asset pricing studies that conducted in order to identify the relation between particular risk and return. Idiosyncratic volatility is a natural proxy for idiosyncratic risk that only found in individual securities. In this research, idiosyncratic volatility estimated with direct decomposition method which uses Fama-French Three Factor model as systematic factor. In addition, EGARCH model is used to estimate expected idiosyncratic volatility because idiosyncratic volatilities are time-varying. The results show that the contemporaneous and lagged effect of realized idiosyncratic volatility on return is significantly positive. Furthermore, the effect of expected idiosyncratic volatility which estimated by EGARCH model on return is significantly positive where this result can draw inference of the relation between idiosyncratic risk and expected return.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S43925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refael Abner Dimitry
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh antara MAX return terhadap expected return pada saham-saham yang terdaftar di indeks KOMPAS100 Bursa Efek Indonesia periode 2012-2021. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah beta pasar, kapitalisasi pasar, book-to-market ratio, short-term reversal, dan idiosyncratic volatility. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik penarikan sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tercatat dan menetap di Indeks KOMPAS100 Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2021. Sampel penelitian yang digunakan terdiri dari 45 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 5.400 observasi. Data pada penelitian ini merupakan data panel, yaitu terdiri dari time series dan cross section. Penelitian ini memiliki 1 model dengan teknik cross-section regression. Pada model ini menggunakan variabel dependen expected return. Sementara untuk variabel independen yang digunakan pada model ini adalah MAX return. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara variabel MAX return terhadap expected return sehingga dapat dikatakan bahwa investor pada Bursa Efek Indonesia memiliki preferensi untuk membeli saham-saham yang mengalami return positif yang ekstrem dengan harapan mendapatkan return yang tinggi meskipun memiliki probabilitas yang kecil dan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor di Bursa Efek Indonesia cenderung membeli saham yang bersifat seperti lotre. ......This study aimed to analyze the influence of MAX return on the expected return of stocks listed in the KOMPAS100 Index of the Indonesia Stock Exchange for the period of 2012-2021. The control variables in this study were the market beta, market capitalization, book-to-market ratio, short-term reversal, and idiosyncratic volatility. This study used a quantitative approach with the technique of purposive sampling. The samples are companies listed and settled in the KOMPAS100 Index of the Indonesia Stock Exchange during the period of 2012-2021. The sample used in the study consisted of 45 companies. The data in this study was panel data, consisting of time series and cross-section. This study had 1 model using cross-section regression technique. The results of this study showed that there was a significant negative influence between the MAX return and the expected return, so it could be said that investors on the Indonesia Stock Exchange had a preference for buying stocks that experienced extreme positive returns in hopes of getting high returns, although they had a small probability and had a higher level of risk. Thus it could be concluded that investors in the Indonesia Stock Exchange tended to buy stocks that were like a lottery.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harries Hidayat
Abstrak :
Salah satu peran pasar modal adalah sebagai lembaga yang dapat melakukan pemupukan modal dan mobilisasi dana secara produktif. Menurut Fama (1970) dan Ferguson (1983), pasar modal akan mewujudkan hal tersebut dengan efektif apabila pasar modal itu efisien. Makna yang terkandung dalam pasar modal efisien adalah harga-harga sekuritas di pasar modal telah mencerminkan seluruh informasi yang tersebar luas. Dengan demikian dapat lebih mendukung perkembangan ekonomi karena adanya alokasi dana dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif dan akan mempermudah para pelaku pasar modal dalam melakukan kebijakan dan pengambilan keputusan. Tujuan pokok penelitian ini adalah menguji asosiasi laba tahunan dengan harga saham di BEJ. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan bahwa pasar modal telah efisien dalam bentuk setengah kuat yang menyatakan dengan tersebarnya informasi baru (informasi earnings, dividend dan lain-lain) maka harga sekuritas seharusnya bereaksi dengan menyesuaikan ke tingkat harga yang baru. Selain tujuan pokok tersebut, juga diamati asosiasi laba tahunan dengan harga saham berdasarkan ukuran perusahaan dan perubahan Debt Equity Ratio (DER). Ukuran perusahaan didasarkan pada nilai kapitalisasi setiap saham, sedangkan perubahan DER didasarkan pada perbandingan DER tahun ini dengan DER tahun sebelumnya. Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari BEJ. Data tersebut meliputi harga harian saham dan Index LQ-45 tanggal 9 sampai dengan 29 Desember 1997 untuk perhitungan expected return setiap saham (ERj), laporan keuangan perusahaan tahun 1996 dan 1997 yang telah diaudit untuk perhitungan tingkat perubahan laba (% earnings change) dan perubahan DER, nilai kapitalisasi saham untuk menentukan ukuran perusahaan, serta harga harian saham dan Index LQ-45 selama 15 hari setelah laporan keuangan tahun 1997 dipublikasikan untuk perhitungan cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat asosiasi yang signifikan antara laba dengan cumulative abnormal return (CAR). Selanjutnya dilihat seberapa besar variasi perubahan harga saham dipengaruhi oleh variasi perubahan laba, dengan melihat nilai R_ Square. Dan hasil uji statistik terlihat tingkat asosiasi laba dengan harga saham sebesar 18,62%. Koefisien slope (beta) sebesar +0,0041 menunjukkan bahwa setiap perubahan (kenaikanlpenurunan) laba I% maka investor memperoleh kenaikan/penurunan abnormal return sebesar 0,0041%. Selanjutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan nilai kapitalisasi saham, yaitu kelompok perusahaan besar dan kelompok perusahan kecil, dengan batas pemisah nilai kapitalisasi saham Rp. 1 Trilyun. Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh ukuran perusahaan. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ memandang ukuran perusahaan bukanlah informasi lain (second inrformation) yang relevan dalam membaca informasi laba. Berikutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan perubahan DER, yaitu kelompok perusahaan dengan DER yang meningkat dan kelompok dengan DER yang menurun. Hasil pengujian menunjukkan asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh perubahan DER perusahaan emiten. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ tidak memandang perubahan proporsi hutang sebagai informasi lain (second information) yang relevan ketika mengamati informasi laba tahunan. Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat asosiasi informasi keuangan dengan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa investor pasar modal Indonesia telah memperhatikan faktor fundamental perusahaan emiten. Untuk itu diperlukan regulasi dari Bapepam dan pengelola PT. Bursa Efek Jakarta agar emiten lebih terbuka, murni dan jujur dalam penyampaian informasi keuangan yang merupakan indikator perkembangan perusahaannya. Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat lebih sehat, dipercaya oleh investor dan menguntungkan semua pihak. Untuk penelitian selanjutnya perhitungan expected return dapat dimodifikasi misalnya dengan CAPM. Selain itu dapat dikembangkan parameter yang lain seperti laba triwulanan, laba semesteran ataupun informasi lain misalnya stock dividend, stock split, cash dividend, penjualan saham borongan, dan right issue.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leola Dewiyani
Abstrak :
Secara rasional tujuan investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan, dalam hal ini return. Karena investasi yang dilakukan mengandung unsur ketidakpastian maka, investor harus mempertimbangkan fakto-faktor risiko. Menurut CAPM satu-satunya risiko yang patut dipertimbangkan dalam menjelaskan return adalah beta (risiko sistimatik), dimana pengaruh beta terhadap return tersebut adalah positip. Tetapi dalam berbagai studi empiris di Amerika terjadi berbagai kontradiksi pada model CAPM di atas, yaitu ada beberapa kasus yang tidak dapat diterangkan oleh CAPM. Berbagai studi tersebut menemukan bahwa hubungan antara beta dan return saham adalah lemah. Selain itu, temyata terdapat faktor-faktor lain selain beta (size perusahaan, rasio market to book (MUSE) dan price earning ratio (PER)) yang mempengaruhi return saham. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa selain beta, terdapat faktor-faktor lain yang dapat digunakan sebagai pengukur dari risiko saham. Berkaitan dengan pengujian CAPM. maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara beta (risiko pasar), size (kapitalisasi pasar), market to book value (ME/BE) dan price earning ratio (PER) terhadap expected return saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini adalah yang pertama di Indonesia yang berusaha menyelidiki faktor faktor yang mempengaruhi expected return saham di Bursa Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta mulai periode observasi Januari 1994 hingga Desember 1996. Data yang diambil dari populasi tersebut merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari Bapepam dan Laporan Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih seratus perusahaan teraktif tiap tahunnya menurut volume perdagangan (shares) dan sampel tersebut dianalisa dengan menggunakan metode OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAPM telah gagal dalam memprediksi expected return, karena beta yang seharusnya merupakan satu-satunya faktor yang dapat mengungkapkan return ternyata tidak dapat memperlihatkan 'powernya. Sebaliknya ditemukan dua variabel yang berhubungan dengan expected return yaitu size dan ME/BE. Secara keseluruhan (boo/ea) kedua variabel ini memberikan pengaruh negatip yang tidak linier (dalam logaritma) terhadap return. Akan tetapi secaru tahunan hanyo pengaruh yang diberikan oleh variabel size yang signifikan, sedangkan pengaruh yang diberikan oleh variabel ME/BE tidak konsisiten tiap tahunnya. Lebih jauh lagi hubungan antara size dan return secara tahunan dipengaruhi oleh kondisi pasar. Pada kondisi bearish, peningkatan size akan diikuti pula dengan peningkatan return, tetapi apabila kondisinya bullish, saham dengan size kecil akan mempunyai return yang lebih tinggi dibandingkan saham dengan size yang lebih besar. Hal ini konsisten dengan argumen yang menyatakan bahwa size merupakan proksi bagi risiko, karena pada kondisi bearish saham dengan size kecil (risiko tinggi) tentunya akan mengalami penurunan return yang lebih tinggi, sehingga actual return yang terjadi akan lebih rendah dibandingkan saham dengan size yang lebih besar. Sebaliknya pada kondisi bullish, saham yang mempunyai risiko tinggi akan mengalami peningkatan return yang tinggi, sehingga actual return yang dihasilkan akan tinggi pula. Sedangkan pengaruh price earning ratio terhadap return saham-saham di Bursa Efek Jakarta tidak berhasil ditemukan pada penelitian ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hapsari Rizki
Abstrak :
Pengabaian idiosyncratic risk dalam perhitungan asset pricing terkait dengan imbal hasil saham atau expected of return sesuai dengan teori CAPM (Capital Asset Pricing Model) menyebabkan beberapa anomali dan perbedaan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali peran idiosyncratic risk menggunakan idiosyncratic volatility sebagai proksi baik secara contemporaneus dan ex-ante terhadap imbal hasil saham menggunakan data 5 negara ASEAN dengan portofolio saham terbesar, yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada negara tersebut secara contemporaneus idiosyncratic risk berpengaruh signifikan positif terhadap expected of return sedangkan secara ex-ante tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap expected of return. ......Ignoring idiosyncratic risk in the calculation of asset pricing related to the expected return in accordance with the CAPM (Capital Asset Pricing Model) theory causes several anomalies and differences with some previous research results. This study aims to re-examine the role of idiosyncratic risk using idiosyncratic volatility as a proxy both contemporaneously and ex-ante to expected of return using data from 5 ASEAN countries with the largest stock portfolios, namely Indonesia, Singapore, Thailand, Malaysia and Philippines. The results showed that in these countries contemporaneous idiosyncratic risk had a significant positive effect on expected return, while ex-ante did not have a significant effect on expected return.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library