Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartoni
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris dari hubungan kinerja ESG terhadap penghindaran pajak perusahaan serta apakah direktur dengan pengalaman asing dapat memperkuat atau memperlemah hubungan kinerja ESG terhadap penghindaran pajak. Data yang digunakan adalah perusahaan manufaktur berbasis ESG dari Thomson Reuters dari negara-negara ASEAN-5 selama periode 2017 hingga 2021 dengan sampel sebanyak 351 observasi. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi data panel random-effect. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja ESG yang tinggi lebih cenderung terlibat dalam aktivitas manipulasi pajak perusahaan. Perusahaan meningkatkan kinerja ESG untuk melindungi perusahaan terhadap risiko reputasi yang mungkin timbul dari praktik penghindaran pajak. Selain itu, kehadiran direktur dengan pengalaman asing dapat memberikan pengalaman dan budaya baru bagi perusahaan serta memainkan peran penting dalam memberikan pandangan terkait praktik ESG dan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki lebih banyak direktur dengan pengalaman asing mempunyai kekhawatiran yang lebih besar terhadap reputasi. Selain itu, direktur dengan pengalaman asing dapat membawa pengalaman serta budaya baru ke dalam perusahaan sehingga dapat memperlemah hubungan positif kinerja ESG terhadap penghindaran pajak agar perusahaan terhindar dari ancaman reputasi dan legitimasi. ......This study aims to provide empirical evidence of the relationship of ESG performance on corporate tax avoidance and whether directors with foreign experience can strengthen or weaken the relationship between ESG performance and tax avoidance. The data utilized were Thomson Reuters ESG-based manufacturing companies from ASEAN-5 nations from 2017 to 2021, with a sample size of 351 observations. Random-effect panel data regression was employed to test the hypothesis. The findings revealed that companies with high ESG performance were more likely to participate in corporate tax avoidance. The company improves ESG performance to protect the company against reputational risks that may arise from tax avoidance practices. Furthermore, the presence of a director with foreign experience can provide a new experience and culture for the company, as well as play a vital role in giving insights about ESG practices and tax avoidance. The results of this study indicate that companies that have more directors with foreign experience have greater concerns about reputation. In addition, directors with foreign experience can bring new experiences and cultures into the company so as to weaken the positive relationship between ESG performance and tax avoidance so that the company avoids reputational and legitimacy threats.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kao, Raymond W.Y.
New Jersey: World Scientific, 2010
330.9 KAO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This collection addresses the relationship between business, the natural environment, ethics and spirituality with insights from economists, business scholars, philosophers, lawyers, theologians and practitioners globally. The contributions offer new and invigorating approaches to sustainable business practices and sustainability leadership.
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469444
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Chen, Shuanglian
Abstrak :
This paper examines the effect of ownership concentration on engagement in corporate environmental responsibility (CER) in time and spatial dimensions. The time dimension focuses on the macroeconomic environment, in particular, periods of rapid and moderate-speed economic growth. The spatial dimension focuses on industry characteristics and different types of ownership (state or private). Further, it explores the mediating role of corporate leverage using panel regression models and stepwise regression with a sample of Chinese A-share listed companies over the period 2008–2016. The results show that ownership concentration has a significantly negative effect on CER. In addition, when we consider the macroeconomic growth rate, ownership type, and industry characteristics, the effect is heterogeneous. In periods with rapid economic growth, ownership concentration has a significantly negative effect on CER whereas it is not significant in a period with moderate economic growth. Further, the negative effect exists at state-owned and non-state-owned companies and at non-heavy-polluting industries. Corporate leverage has a partial mediating effect between ownership concentration and engagement in CER.
Amsterdam: Elsevier, 2021
658.15 BIR 21:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tabah Rizki
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh Environmental Responsibility (ER) terhadap nilai perusahaan serta mengeksplorasi peranan moderasi Green innovation dan Environmental Investment pada hubungan keduanya. Data penelitian diambil dari 399 observasi perusahaan publik Energi dan Pertambangan di ASEAN-5 selama periode 2017-2019. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan data panel dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan Environmental Responsibility dapat meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Green Innovation dan Environmental Investment. Keduanya secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Green Innovation terbukti memiliki peran moderasi. Kehadiran Green Innovation terbukti secara signifikan memperkuat pengaruh positif Environmental Responsibility terhadap nilai perusahaan. Namun demikian Environmental Investment tidak terbukti mampu memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan Environmental Responsibility dan nilai perusahaan. Secara keseluruhan, temuan penelitian ini memberikan motivasi dan dorongan bagi perusahaan untuk meningkatkan Environmental Responsibility, Green innovation dan Environmental Investment mereka sebagai bagian dari strategi keunggulan kompetitif, yang nantinya mampu meningkatkan nilai perusahaan. ......This study aims to investigate the effect of Environmental Responsibility (ER) on firm value and to explore the moderating role of Green innovation and Environmental Investment in the relationship between them. The research data is taken from 399 observations of Energy and Mining public companies in ASEAN-5 during the 2017-2019 period. Data processing is done by using panel data approach and multiple regression. The results show that Environmental Responsibility can significantly increase firm value. The same results were also shown by Green Innovation and Environmental Investment. Both significantly have a positive effect on firm value. Green Innovation is proven to have a moderating role. The presence of Green Innovation is proven to significantly strengthen the positive influence of Environmental Responsibility on firm value. However, Environmental Investment is not proven to have a moderating effect on the relationship between Environmental Responsibility and firm value. Overall, the findings of this study provide motivation and encouragement for companies to increase their Environmental Responsibility, Green innovation and Environmental Investment as part of a competitive advantage strategy, which in turn will be able to increase firm value.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Savira
Abstrak :

Terdapat berbagai permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia, salah satunya adalah masalah sampah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan adalah dengan beralih menggunakan produk ramah lingkungan. Untuk dapat memprediksi pembelian produk ramah lingkungan, penting untuk meneliti intensi membeli produk ramah lingkungan. Penelitian ini berfokus pada dua hal yang menyebabkan green purchase intention, yaitu perceived environmental responsibility dan concern for self-image pada konsumen emerging adult. Partisipan berusia 18-29 tahun mengisi kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived environmental responsibility dan concern for self-image secara bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi green purchase intention pada konsumen emerging adult. Selain itu, concern for self-image memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap green purchase intention dibandingkan perceived environmental responsibility. Hal ini berarti bahwa pada konsumen emerging adult intensi membeli produk ramah lingkungan lebih dipengaruhi oleh kepedulian terhadap citra diri dibandingkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.


Among many environmental problems in Indonesia, plastic waste is one of them. Changing from brown products to green products is one way to overcome environmental problems. It is important to know green purchase intention to predict green purchasing behavior. This study aims to examine the effect of perceived environmental responsibility and concern for self-image in emerging adult. Participants in this study are emerging adults (18-29 years old) who filled online questionaires. The result of this study indicated that perceived environmental responsibility and concern for self-image simultaneously affect green purchase intention in emerging adult consumer. The results also show that concern for self-image has stronger effect on green purchase intention than perceived environmental responsibility. Therefore, emerging adult consumer’s intention to buy green products are more influenced by concern for self-image than perceived environmental responsibility.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The concept of responsibility has emerged as central to the study of international politics. This book explores the integral role of responsibility within the context of global crises such as the responsibility to address climate change, manage financial crises, and intervene with political conflicts. Vetterlein and Hansen-Magnusson address responsibility as a conceptual tool in its own right, existing at the intersection of accountability and legitimacy and spanning across governance sectors of the environment, business, and security. This practice-based approach to the study of responsibility maps similarities and difference across policy fields and reveals the diverse moral actors responsible for negotiating responsibility. The emergence of responsibility further implicates underlying moral values and policy-making within the context of global politics. The Rise of Responsibility in World Politics addresses not only individual agency, but also how questions of community play a role in broader negotiations around the meaning of responsibility.
Cambridge: Cambridge University Press, 2020
e20518825
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Novriaty
Abstrak :
Sejalan dengan berkembangnya sektor industri di banyak negara sedang berkembang pada dekade 30 tahun terakhir, perkembangan industri di Indonesia pada kurun waktu tersebut pun mengalami peningkatan yang mengesankan. Kontribusi industri terutama industri manufaktur dalam kenaikan GDP dan GNP Indonesia juga meningkat dengan pesatnya. Akan tetapi peningkatan GDP dan GNP tersebut sebenamya tidaklah akurat untuk mengukur pembangunan Indonesia. Hal ini disebabkan GDP dan GNP mengesampingkan biaya-biaya eksternal yang harus ditangung oleh masyarakat, serta kerusakan lingkungan, deplesi sumberdaya alam dan kualitas kesehatan masyarakat. Kondisi ini tentu saja menimbulkan masalah, karena kerusakan yang terjadi telah menempatkan lingkungan dalam kondisi yang sangat kritis. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Meadow dan kawan-kawan, kondisi bumi akan hancur sebelum tahun 2100 karena kerusakan yang ada telah melampaui ambang batas kemampuan bumi untuk menanggungnya. Solusi berupa deindustrialisasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar sebenarnya mengandung risiko yang sama besarnya dengan melanjutkan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, industrialisasi bagi sebagian kalangan masih tetap dibutuhkan. Namun, untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah melakukan pembangunan dalam hal ini industrialisasi dengan cara-cara yang lebih baik sehingga memperkecil bila tidak dapat meniadakan dampak buruknya terhadap lingkungan. Biaya-biaya eksternal tidak dapat lagi dibiarkan menjadi tanggungan masyarakat Dunia usaha harus mengambil tanggung jawab untuk memperhatikan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatannya. Akan tetapi, mengingat selama ini perusahaan dijalankan dengan cara "business as usual', maka cukup banyak pendapat yang meragukan akan adanya keinginan perusahaan untuk menerapkan konsep tanggung jawab lingkungan dunia usaha ini. Di lain pihak tidak kalah banyak juga yang percaya bahwa perusahaan mau menjalankan tanggung jawab ini. Hal ini disebabkan pelaksanaan tanggung jawab lingkungan pada akhirnya bukan hanya memberikan manfaat pada lingkungan serta masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Bentuk-bentuk pelaksanaan produksi yang lebih bersih (Cleaner Production) bermuara pada pengurangan biaya-biaya produksi (eco-effidency) sehingga memberi nilai tambah pada bisnis mereka. Oleh sebab itu cukup banyak industri yang kini mengedepankan kepedulian pada lingkungan. Upaya ini tidak serta merta mendapat sambutan yang positif. Cukup banyak kalangan yang menganggp bahwa hal itu hanya sebagal "greenwash" dan semata-mata dilakukan untuk public relations dan bahkan disinformasi citra perusahaan. Perusahaan-perusahaan Multi dan Trans Nasional adalah yang paling mendapat kecaman mengenai hal ini karena dianggap telah memainkan praktek standar ganda di negara-negara berkembang. Ada perbedaan kepedulian lingkungan antara perusahaan yang berada di negara asalnya dengan cabang pabrik yang ada di negara berkembang. Berdasarkan permasalahan inilah penelitian ini dibuat yaitu dengan tujuan penelitian pertama menggambarkan bentuk penerapan tanggung jawab lingkungan salah satu perusahaan Trans Nasional di Indonesia dan kedua menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara apa yang telah dilakukan oleh perusahaan induk dengan apa yang diterapkan di Indonesia. Hipotesis kerja penelitian ini adalah pertama, dalam skala tertentu, ada bentuk tanggung jawab lingkungan yang diberikan oleh perusahaan trans nasional. Kedua, ada cukup banyak kesamaan antara apa yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan cabang yang ada di Indonesia. Untuk memahami bentuk penerapan tanggung jawab ini, peneliti melihatnya dari perundang-undangan yang ada di bidang lingkungan. Kepatuhan terhadap perundang-undangan merupakan hal yang paling mendasar dari bentuk tanggung jawab lingkungan dunia usaha. Lebih lanjut lagi, apabila kepatuhan telah dilakukan, maka upaya lain yang dilakukan adalah melaksanakan cara-cara berproduksi yang lebih bersih (Cleaner Production) dan membuat suatu manajemen lingkungan. Salah satu teori yang mempunyai pengaruh besar di dalam cara pandang hubungan antara industri dan lingkungan adalah teori Ecological Modernization. Teori inilah yang menjelaskan bahwa sebenamya adanya industri tidak selalu harus bertentangan dengan lingkungan. Industri dapat sejalan dengan lingkungannya melalui perbaikan di bidang teknologi sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan cara-cara yang lebih baik. Dalam perkembangannya, teori ini juga menekankan pada transformasi manajerial dan institusional. Pada akhirnya, berdasarkan semua landasan tersebut, maka bentuk penerapan tanggung jawab dunia usaha dapat dilihat. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitan Case Study dan dengan menggunakan metode pengumpulan data pengamatan, wawancara mendalam, penggunaan dokumen dan visual image untuk dianalisis. Sebagai Studi Kasus diambil PT. RBI yaitu suatu industri perbekalan kesehatan rumah tangga yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka. Dari pembahasan hasil temuan diperoleh bahwa PT. RBI telah melakukan tanggung jawab yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang mengatur pengolahan limbah, karena perusahaan ini berada di kawasan industri yang mempunyai kebijakan cukup ketat di dalam pengolahan limbah cair yang dihasilkan oleh industri yang ada di dalamnya. Lebih jauh lagi, sebagai bagian dari kebijakan perusahaan induk, maka perusahaan ini telah pula menjalankan deaner production dalam tingkatan tertentu. Namun, berbeda dengan perusahaan induk, PT. RBI belum memiliki kebijakan lingkungan serta sasaran dan target lingkungan. Dari apa yang dihasilkan dalam temuan dan pembahasannya maka dapat disimpulkan bahwa memang benar, PT. RBI telah menjalankan tanggung jawab lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan pengolahan limbah cairnya. Selain itu hipotesis kedua ternyata terdapat sedikit perbedaan antara apa yang telah dijalankan oleh perusahaan induk dengan apa yang dilaksanakan PT.RBI. Akan tetapi, perbedaan ini tidak sampai pada perusakan lingkungan, karena hal prinsip berupa perhatian pada efek negatif proses produksi tetap menjadi fokus utama PT. RBI. Dengan melihat bagaimana perusahaan trans nasional ini beroperasi, maka tampaknya apa yang dikemukakan oleh teori ecological modernization bahwa industri dapat berjalan bersama dengan lingkungan memang cukup relevan. Perubahan-perubahan cara berproduksi yang dilakukan oleh perusahaan induk (yang diterapkan pula oleh PT. RBI) memperlihatkan bahwa pada perbaikan teknologi dan manajerial memang mampu mendorong kearah pengurangan dampak negatif proses produksi terhadap lingkungan. Mengenai trasformasi institusional, saat ini memang pemerintah telah membuat instrumen insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (Program PROPER). Akan tetapi berbeda dengan apa yang dikemukakan dalam teori ini, salah satu tujuan dan sasarannya adalah justru meningkatkan penaatan terhadap regulasi yang ada. Hal ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan, mengingat kondisi di Indonesia masih sangat membutuhkannya. Dengan demikian, pengurangan command and control dan peran tradisional negara seperti yang ditawarkan teori ini belum saatnya untuk diiakukan. E. Daftar Kepustakaan : 50 (1982-2003) In line with the growth of the industrial sector in many developing nations in the last three decades, the industrial sector in Indonesia in the period showed an impressive growth. Contribution of the sector, especially manufacturing industries, to the national GDP and GNP also showed a significant increase. However, the increasing GDP and GNP were not accurate measurements of Indonesian development. GDP and GNP calculations put no regard to the external costs that must be borne by the public, and environmental damage, depletion of resources and lower quality of public health. This condition certainly causes serious problems, since the existing damage has resulted in a critical condition of the environment According to Meadow et al., the earth will be inhabitable before 2140, because the damages did has surpassed the ability of the earth to sustain. Proposed solutions such as reindustrialization have similar risks compared to continuing development itself. For many, industrialization seems to be the only possible alternative. Thus, in order to solve environmental problems, development attempts, especially industrialization, must be done in a better way to eliminate - at least minimize - negative impacts towards the environment. External costs must not be borne by the public. The business sector must assume the responsibility to solve environmental problems caused by its actions However, as most businesses are currently being operated `business as usual,' many are at least distrustful of the commitment of the businesses to apply the concept of corporate environmental responsibility. On the other hand, many believe that businesses will be responsible, as implementation of environmental responsibility will not only benefits the environment and the public, but also the business itself. Cleaner production will result in lower production costs {eco-efficiency), giving value to their products. Thus, many businesses now begin to pay attention to environmental issues. However, these attempts are not immediately responded positively. Many regarded that these attempts are merely "green wash," public relations moves or even disinformation regarding the image of the company. Multi-and trans-national companies are the ones with the harshest criticism, since they are regarded to use double standards in developing countries. There are differences between the practices of environmental responsibility of multinationals and transnational in their home countries and in the developing countries. This study is based on this problem. The study intends to describe the implementation of environmental responsibility in a trans-national corporation operating in Indonesia, and also to describe similarities and differences of the implementation of environmental responsibility between the holding company and the Indonesian operation. The working hypotheses of the study are: first, in a certain scale, trans-national companies have some kind of environmental responsibility. Second, there are similarities between the holding company and the Indonesian operation. In order to understand the implementation of environmental responsibility, the researcher will analyze the issue with the framework of environmental legislations. Observance to legislations is the most basic responsibility among the environmental responsibilities. Other responsibilities include cleaner production methods and a sort of environmental management. An influential theory regarding the relations of industry and the environment is the ecological modernization theory. The theory explains that industries are not always polar opposites of the environment. The industries can compatible with the environment through technological advances allowing better production methods. In its development, the theory also gives attention to managerial and institutional transformation. In the end, those are indicators with which implementation of environmental responsibility can be measured. The research was performed with the case study method, and data is collected with observations, in-depth interviews, document study and visual imaging. The case study was performed to FT. RBI, a manufacturer of household cleaning and health product located in the Jababeka industrial estate - Cikarang. The analysis found that PT. RBI has fulfilled its responsibilities regarding observance of legislations regulating disposal of waste, as the company is located in an industrial estate with tight regulations regarding liquid waste water disposal of the industries located within the area. Furthermore, as part of the holding company's policy, the company has also applied cleaner production in a certain scale. However, unlike the holding company, PT RBI has yet to have an environmental policy and environmental goals and targets. Thus, a conclusion can be deduced from the results of the study and the analysis, that PT. RBI has fulfilled their environmental responsibility, especially related to the disposal of liquid waste. The second working hypothesis was also found correct, as there are differences in the application of environmental responsibility of the holding company and in PT RBI. However, the difference was not significant, i.e. the Indonesian company's actions resulting in environmental damage. In principle, PT. RBI still focuses on the negative effects of the production process. With regard to the case study of the operations of a trans-national corporation, it seems that what is proposed by the ecological modernization theory remains relevant, that is industries can compatible with the environment. Changes in production methods in the holding company {which is also applied by PT. RBI} show that technological and managerial advances are indeed capable of reducing negative effects of the production processes towards the environment. In regard to institutional transformation, the government has created incentive and disincentive instruments to improve corporate performance in environmental management (PROPER program). However, unlike what the theory proposes, the intention is to increase the effectively of existing regulations. This is necessary since the condition in Indonesia still requires regulations. Thus, reduction of command and control and the traditional roles of the state are not yet possible. E. Number of Reference: 50 (1982-2003)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyandra Sekar Ahyinaa
Abstrak :
Adanya kebutuhan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten menyebabkan terjadinya talent war antar perusahaan. Dengan begitu, penting bagi perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan job pursuit intention calon pelamar kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran mediasi corporate reputation terhadap pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan job pursuit intention pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Variabel yang diuji adalah lima dimensi CSR, yaitu workplace economic responsibility, legal responsibility, ethical responsibility, philanthropic responsibility, dan environmental responsibility. Serta corporate reputation yang berperan sebagai variabel mediasi antara dimensi CSR dan job pursuit intention. Terdapat 270 responden yang menjadi data pada penelitian ini dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan secara online dan dianalisis menggunakan model Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.8. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CSR berpengaruh positif signifikan terhadap corporate reputation. Selain itu, corporate reputation juga berpengaruh positif signifikan pada job pursuit intention dan memediasi hubungan antara CSR dan job pursuit intention. Namun, CSR memiliki hubungan negatif signifikan terhadap job pursuit intention. Untuk itu, penting bagi BSI membangun corporate reputation agar job pursuit intention dapat meningkat. ......The need to obtain competent human resources causes talent wars to occur between companies. Thus, it is important for companies to know the factors that can increase the job pursuit intention of prospective job applicants. The purpose of this study was to determine the mediating role of corporate reputation on the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) and job pursuit intention in final-year students of the Faculty of Economics and Business, University of Indonesia. The variables tested are the five dimensions of CSR, namely workplace economic responsibility, legal responsibility, ethical responsibility, philanthropic responsibility, and environmental responsibility. As well as corporate reputation which acts as a mediating variable between the dimensions of CSR and job pursuit intention. There were 270 respondents who became the data in this study were collected from questionnaires that were distributed online and analyzed using the Structural Equation Model (SEM) using Lisrel 8.8 software. The results of this study prove that CSR has a significant positive effect on corporate reputation. In addition, corporate reputation also has a significant positive effect on job pursuit intention and mediates the relationship between CSR and job pursuit intention. However, CSR has a significant negative relationship with job pursuit intention. For this reason, it is important for BSI to build a corporate reputation so that job pursuit intentions can increase.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library